DISUSUN
OLEH
Capt. M.T.Randabunga,M.Mar
PENDAHULUAN
Kecelakaan dapat terjadi pada kapal-kapal baik dalam pelayaran, maupun sedang
melakukan kegiatan bongkar muat di pelabuhan atau di terminal meskipun
sudah dilakukan suatu usaha ataupun upaya yang kuat, namun tidak dapat
dihindari.
Suatu keadaan darurat biasanya terjadi sebagai akibat dari tidak bekerjanya
Dengan normal suatu sistim secara prosedural ataupun karena gangguan alam.
Definisi
Prosedur adalah tata cara / pedoman kerja yang harus di ikuti dalam
melaksanakan suatu kegiatan agar mendapat hasil yang maksimal.
Keadaan darurat adalah keadaan yang lain dari keadaan normal yang
mempunyai kecenderungan atau potensi tingkat yang membahayakan
baik bagi keselamatan manusia, harta benda, maupun lingkungan.
Jika terjadi kecelakaan dan situasi keadaan darurat di kapal, nakhoda harus
melaporkan kepada dinas penjaga pantai (Coast Guard) atau penguasa
pelabuhan (Harbour Authority) dan kepada perusahaan segera mungkin.
2. sebab – sebab insiden, jika diketahui, misalnya overflow, pipa yang rusak,
keusakan – kerusakan pada lambung, dll.
Setiap kapal harus menerbitkan jadual latihan yang akan dilaksanakan dan
harus dilaksanakan sesuai dengan yang telah disusun.
Nakhoda kapal harus membuat catatan di log book bahwa latihan tidak dapat
dilaksanakan dan di re-schedule ulang.
Cara yang harus ditangani untuk mengindentifikasi semua hal yang
berpotensi Dalam keadaan darurat.
3. Metode komunikasi yang digunakan dikapal dan antara kapal dan darat.
Semua latihan yang telah dilaksanakan harus dicatat di log Book dan dilaporkan
ke kantor pusat. Catatan ini meliputi personil yang terlibat, peralatan yang
digunakan dan detail dari problem yang ada ( jenis latihan yang dilaksanakan )
dan di tandatagani oleh nakhoda. Keefektifan dari latihan harus direview dlam
pertemuan safety on Board. Saran-saran yang ada untuk perbaikan harus segera
di laorkan ke pusat untuk di setuji dn segera di praktekan dalam latiha
berikunya.
Emergency Response Team
b. Faktor manusia
Yaitu misalnya kelalaian manusia yang dapat mengakibatkan kebakaran
atau Ledakan yang disertai kebakaran dan sebagainya.
c. Faktor tekhnis
yaitu keadaan darurat yang mengakibatkan misalnya yang ada kaitannya
dengan kelaik lautan kapal, sehingga kapal tidak mampu meneruskan
pelayaran dengan aman, akibat yang ditimbulkan boleh jadi kapal bocor,
terbalik atau mesin rusak.
2. Jenis Keadaan Darurat
Sijil darurat dikapal perlu digantungkan ditempat yang strategis, muda dicapai,
muda dilihat dan muda dibaca oleh seluruh pelayar dan memberikan
perincian prosedur dalam kaadaan darurat seperti :
Jika semboyan ini berbunyi, berarti bahwa semua orang di atas kapal harus
mengenekan pakaian hangat dan baju renang dan menuju ke tempat
berkumpul atau station darurat. ABK melakukan tugas ditempat darurat
sesuai dengan apa yang tertera dalam sijil darurat serta selanjutnya
menunggu perintah dari Nahkoda.
Setiap juru mudi dan anak buah kapal menuju kesekoci dan
mengerjakan :
4. Memeriksa apakah semua awak kapal dan penumpang telah memakai rompi
penolong dengan benar/ baik.
Untuk mampu bertindak dalam situasi darurat maka setiap awak kapal harus
mengetahui dan terampil menggunakan perlengkapan keselamatan jiwa di laut
dan mampu menggunakan sekoci dan peralatannya serta cakap menggunakan
peralatan pemadam kebakaran.
2. Tindakan untuk mencegah terjadinya tubrukan
a. Harus ada ventilasi udara yang baik pada muatan batu bara untuk
menghidari batu bara itu menangas ( terbakar sendiri).
b. Usahakan menempatkan gas yang mudah terbakar / meledak, minyak
dan sejenis pada tempat yanga aman.
c . Jaga dan simpan barang mudah terbakar, seprti kapok, wol dan lain-
lain. Jauhkan dari api dan perhatikan benar penempatan barang
tersebut.
d. jangan mengunakan api terbuka dalam ruangan, ruang tertutp dan
tempat-tempat khusus di kapal.
e. Awasi bunga api yang berasal dari ketel, cerobong atau dapur .
f. Cegah agar api jangan masuk ruangan muatan lewat ventilasi kapal.
g. Periksa kabel listrik kemungkinan ada hubungan singkat (koslioting).
c. Hindari pengunaan peta lama atau peta dengan skala kecil. Apabila tidak
tersedia, dapat diguankan peta lama yang sudah di koreksi dengan baik
dan skalanya besar.
PROSEDUR PENANGGULANGAN DAN PENYELAMATAN TERHADAP
BERBAGAI MACAM KEADAAN DARURAT DI KAPAL.
Penaggulangan keadaaan darurat didasarkan pada suatu pola ter padu yang
mampu mengintegrasikan aktivitas atau upaya penangulangan keadaan darurat
tersebut secara cepat, tepat dan terkendali atas dukungan dari instansi terkait
dan sumber daya manusia serta fasilitas yang tersedia.
Dengan memahami pola penangulangan keadaan darurat ini
dapat diperoleh manfaat:
B. Langkah-langkah pedataan :
1. Tingkat kerusakan kapal
2. Ganguan keselamatan kapal (stabilitas)
3. Keselamatan manusia
4. Kondisi muatan
5. Pengaruh kerusakan pada lingkungan
6. Kemungkinan membahayakan terhadap dermaga atau kapal lain.
C. Peralatan
Sarana dan prasarana yang akan di gunakan disesuaikan dengan kaedaan
darurat yang dialami dengan memperhatiakn kemampuan kapal dan
manusia untuk melepaskan diri dari keadaan darurat tersebut sehingga
kondisi normal kembali .
Petugas atau anak buah kapal yang terlibat dalam operasi mengatasi
keadaan darurat ini seharusnya mampu bekerjasama dengan pihak lain bila
mana diperlukan ( dermaga ,kapal lain , taem SAR).
2. Prosedur praktis dari penanganan kejadian yang harus diikuti dan beberapa
kegiatan / bagian secara terpadu.
Prosedur di atas harus meliputi segala macam keadaan darurat yang di temui,
baik menghadapi kebakaran, kandas, pencemaran, dan lain-lain dan harus di
pahami dengan baik tentang pelaksanaan latihan secara teratur dapat
dilaksanakan dengan baik.
Dalam keadaan darurat Nakhoda harus mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut untuk melakukan suatu tindakan :
3. Apakah ada waktu yang cukup untuk meluncurkan alat penolong dan
meninggalkan kapal dengan alat penolong tersebut.
Tindakan yang perlu diperhatikan bila terjadi keadaan darurat
adalah sebagai berikut :
Pada saat kapal kandas tidak bergerak, posisi kapal akan sangat tergantung
pada permukaan dasar laut atau sungai dan situasi di dalam kapal tentu akan
tergantung juga pada keadaan kapal tersebut.
Sering tindakan ini yang paling cepat, namun tidak selalu demikian. Bila kapal
kandas pada batu dan akibatnya mengalami kerusakan berat pada dasar kapal,
maka kemungkinan akibat dari gerakan mundur, kapal akan tenggelam, segera
setelah kapal tersebut terapung.
Bila kapal berbaling – baling tunggal kandas pada haluannya saja maka oleh
pengaruh gerakan mundurnya baling –baling, kapal akan berputar dengan cepat
dan mungkin akan kandas dengan seluruh panjangnya.
Bila kapal kandas pada dasar yang lunak atau ( lumpur atau pasir ), harus dicegah
untuk mesin dimundurkan untuk waktu lama, karena arus baling – baling yang
didorong kedepan membawa pasir dan lumpur, sehingga bagian di tengah –
tengah kapal terbentuk ambang dibawah kapal, sehingga kapal akan duduk lebih
kokoh lagi.
Keberatan lain atas gerakan mundur adalah kemungkinan masuknya lumpur atau
pasir kedalam kondensor.
Tindakan – tindakan yang harus diambil bila kapal kandas :
1. Stop mesin
2. Bunyikan serine bahaya
3. Pintu-pitu kedap air di tutup
4. Nahkoda diberi tahu
5. Kamar mesin diberitahu.
6. VHF dipindahkan ke chanel 16.
7. Tanda-tanda bunyi kapal kandas dibunyikan.
8. Lampu-lampu dan sosok-sosok benda diperlihatkan.
9. Lampu dek dinyalakan.
10. Menonding got-got dan tangki - tangki dengan tujuan untuk memeriksa
apakah kapal bocor.
11. Di sekililing kapal di perum untuk menentukan seberapa jauh dan
seberapa
panjang kapal yang kandas.
12. Kemudian segera menurunkan sekoci untuk memerum lanjut daerah
sekitarnya, dengan tujuan untuk memeriksa pada arah-arah mana
terdapat
air yang dalam.
13. Dari peta, buku – buku kepanduan bahari dan daftar – daftar pasang
surut
dikumpulkan keterangan – keterangan yang diperlukan tentang
kedudukan 14. partikel dari gerakan pasang surut.
15. Apakah air akan naik atau turun seberapa banyak dan kemungkinan arah
dari
Selanjutnya, bila dengan menggunakan mesin, kapal tidak terapung dalam
waktu singkat sedikit – sedikitnya menggunakan jangkar ringan (jangkar
buritan atau jangkar cemat), kemudian tali dari jangkar tersebut dihibob
kencang dan dibelit.
Bila kapal sedang kandas pada dasar keras dan air sedang surut, sehingga
terdapat banyak patahnya kapal bukan tidak mungkin atau diramalkan cuaca
buruk, maka tidak boleh ragu – ragu untuk secepat mungkin minta bantuan dari
kapal – kapal lain atau menerima bantuan yang ditawarkan.
Bila keadaan sedemikian rupa bahwa adanya bahaya langsung dapat
dipertimbangkan :
1. Biasanya bantuan yang paling tepat dapat diharapkan dari kapal – kapal,
yang khsus dirancang untuk jasa – jasa tunda dan penyelamatan.
2. Gaya, yang dapat diberikan pada tali tunda oleh kapal yang datang untuk
memberi bantuan sering kali lebih kecil dari pada gaya yang tersedia pada
kapal anda sendiri untuk pengapungan, bila dengan bantuan wins – wins
dan takal–takal dapat menghibob pada rantai dari jangkar yang
dimtepatkan pada arah yang tepat dan berdaya tahan yang cukup.
Sepotongan tali baru yang kuat dipasang keliling batang jangkar di bawah
tongkat dan di ikat pada bangku atau kait pengangkat ( hijshaak )
sekoci.
Tali jangkar dipasang pada cincin jangkar. Kemudian rip muatan di aria dengan
hari –hati sampai bobot jagkar secara penuh ditampung oleh tali tersebut.
Sekoci kini akan sedikit
menonggak, namun karena ballas yang ditempatkan,
penonggakan tidak akan begitu besar sehingga sekoci sulit
untuk dikendalikan.
Darii cara ini adalah, bahwa jangkar praktis akan jatuh dengan sendiri begitu
lasingan A dipotong.
Pada gambar ini B adalah balok kayu pada kimbul.
Bila balok ini cukup tinggi, maka dapat dicegah bahwa batang C dari jangkar arus
bersandar pada buritan C.
Mengenai cara mengeluarkan jangkar dengan arus, berlaku juga apa yang telah
diuraikan mengenai membawa keluar tali –tali dengan arus.
Bila seluruh gulungan tali telah diletakkan di sekoci, mata tali yang berada
disebelah atas disambung pada cincin jangan dengan segel.
Dalam hal ini tempat dimana jangkar akan diturunkan dari sekoci, kini segala
sesuatu harus dilakukan dengan sangat cermat. Karena kemungkiann terjadi
“jangkar tidak bebas “ pada saat ini besar.
Bila waktu kembali dengan ujung tali tidak sampai pada kapal, anda dapat
memasang tali buangan pada ujung tali tersebut, setelah itu mendayung ke kapal
dan mengambil tali lain, tali ini kemudian disambung dengan “simpul mati“ pada
tali lain.
Anda juga dapat menyambung ujung tali pelampung terserbut dengan tali
buangan berpelampung, kemudian kembali ke kapal untuk mengambil tali lain.
waktu mengeluarkan jangkar arus atau jangkar buritan yang lebih berat anda
mungkin tidak dapat mengedalikan lagi.
Karena sekoci ini, haluan dan buritannya berbentuk lancip, maka jangkar tidak
dapat digantung pada buritan seperti yang diuraikan pada sekoci kerja, atau
diletakkan di dalam sekoci di kimbul.
Kini jangkar harus digantung di bawah bagian tengah dari sekoci. Ini dapat
dilakukan secara tegak lurus atau dengan cara “ terapung “.
Cara mana yang harus diterapkan, tergantung dari kedalaman air yang tersedia.
Namun untuk ini diperlukan kedalaman yang melebihi 5 meter. Pada bagian
tengah dari sekoci diletakkan “papan biola”.
Papan biola ini merupakan balok yang ujng-ujungnya bertakik. Untuk mencegah
jangan sampai ujung –ujung akan sobek, ujung – ujung tersebut diberi pita besi.
Selanjutnya diambil dua potong tali baja yang sama panjang, yang disambung
dengan segel berat atau dengan cincin.
Ujung – ujung yang lain dari kedua potongan tali baja tersebut
disambung pada tengah – tengah papan biola dengan tali yang sangat
kuat secara “ simpul Matthew “ (tali reep).
pada segel atau cincin yang dimaksudkan di atas dipasang tali baja.
Tali baja tersebut harus sedemikian panjang agar tali tersebut dapat
disambung pada cincin jangkar bila jangkar tersebut diturunkan dengan
“sleng mengunakan segel”.
A. Jangkar buritan
B. Tali jangkar
C. Tali pelampung
D. Sleng tali baja
E. Rip muat dan kait muat
Digeladak jangkar di gantung di bawah papan biola. Begitu sekoci
berada pada tempat yang dikehendaki.
Rip muat diarea secara hati –hati sehingga papan biola di sekitar ujung –
ujung bangku melintang ditopang dengan potongan–potongan kayu dan
agak diganjal dengan baji – baji.
Bila dalam hal ini juga digunakan cara ke 2, maka mungkin yang diperlukan
hanya kedalaman 3 ½ atau 4 m.
Seng tali baja pendek dilingkarkan pada batang jangkar disekitar “sendi” ( kom )
sehingga sleng tersebut tidak dapat bergeser ( lihat gambar dibawah ini ).
Melalui kedua mata sleng dipasang segel besar, yang dapat disambung pada
cincin brendel ( spruit ).
Bila jangkar digantung dibawah sekoci dengan cara ini, jangkar tersebut
tergantung terbalik dengan batangnya menunjuk agak ke bawah.
Dengan sendirinya maka jangkar arus atau bahkan jangkar buritan tidak dapat
menghasilkan daya tahan yang dikehendaki dalam segala hal.
Daya tahan dari jangkar yang bersambung adalah jauh lebih besar daripada daya
tahan dari satu jangkar yang bobotnya sama dengan jumlah bobot dari kedua
jangkar yang dipakai.
Bila dengan material ya
ng relatif terbatas anda hendak mencapai hasil yang baik maka anda harus
menggunakan jangkar yang bersambung.
Untuk mengeluarkan jangkar yang bersambung, jangkar yang paling berat yang
pertama – tama dikeluarkan.
Tali pelampung dari jangkar ini menjadi tali jangkar untuk jangkar ke-2 dan
panjang talinya harus dikitnya 1 ½ kali kedalam air.
Bila jangkar arus telah melakukan tugasnya, jangkar tersebut harus dihibob masuk.
Bila hal ini tidak dapat dilakukan oleh kapal, maka ini harus diangkat oleh sekoci.
Untuk digunakan jeruji kerja (jeruji tangan besar) dimana terikat balok pengantar
(voetblok).
Dengan “pemasak” balok yang berjalan dari takal bermata tiga atau yang bermata
empat disambungkan pada tali pelampung.
Pada umumnya hanya dapat mengharapkan akan berhasil untuk usaha -usaha
dalam mengapungkan kapal yang kandas bila kapal tersebut berlabuh
jangkar arah yang tepat dan jarak yang tepat dari kapal yang kandas.
Bila tidak ada arus, kapal yang akan memberi bantuan, bila mungkin berlabuh
jangkar dengan satu atau dua jangkar dengan rantai panjang, pada arah
perpanjangan dari garis lunas linggi dari kapal yang kandas ( gambar E.9. ).
Bila hubungan telah terlaksana, maka kapal yang membantu mulai menghibob
jangkar dan memajukkan mesin secara bertahap.
Kapal yang tidak diperlengkapi khusus untuk
tugas–tugas tunda.
Pada umumnya hanya dapat mengharapkan akan berhasil untuk usaha -usaha
dalam mengapungkan kapal yang kandas bila kapal tersebut berlabuh jangkar
arah yang tepat dan jarak yang tepat dari kapal yang kandas.
Bila tidak ada arus, kapal yang akan memberi bantuan, bila mungkin berlabuh
jangkar dengan satu atau dua jangkar dengan rantai panjang, pada arah
perpanjangan dari garis lunas linggi dari kapal yang kandas ( gambar E.9. ).
Bila hubungan telah terlaksana, maka kapal yang membantu mulai menghibob
jangkar dan memajukkan mesin secara bertahap.
Kapal yang kandas, bila mungkin akan membantu dengan mesinnya dan
terutama dengan menghibob pada jangkar – jangkar yang telah dikeluarkan.
Ada dua alasan, yang menghendaki atau setidak – tidaknya yang sangat
menganjurkan untuk sebelum menunda bebas agar berlabuh jangkar dahulu.
Pertama – tama kini akan senantiasa menarik ke arah yang paling tepat,
sedangkan bila tidak ada jangkar didasar, akan ternyata bahwa praktis tidak
mungkin untuk mengendalikan kapal.
Kedua, hasil guna dari menghibob pada jangkar adalah cukup besar, bahkan
mungkin lebih besar daripada dengan bergerak majunya mesin – induk.
Tali tunda atau yang dibujat panjang
Dengan alasan yang sama maka diperlukan untuk menyiapkan paling sedikit satu
jangkar untuk di letgo pada kapal yang kandas.
Bila arus mengalir sejajar dengan pantai, maka kapal yang datang
membantu bila mungkin untuk berlabuh jangkar diatas arus dari
perpanjangan dari garis lunas linggi dari kapal yang kandas.
Bila terdapat arus sepanjang pantai, maka dengan sendirinya diusahakan
untuk berlabuh jangkar di atas arus dari garis, bila usaha – usaha untuk
menunda harus dimulai, ialah sebelum air-pasang.
Bila terdapat arus dan tidak tersedia kesempatan untuk berlabuh jangkar,
penundaan bebas mungkin dapat dicoba dengan bantuan tali tunda, yang
dilakukan melalui lobang tali di sekitar bagian tengah kapal.
Bila tali tunda ini telah diikat pada kedua kapal, maka kapal yang membantu,
dengan bantuan kemudi dan mesinnya yang bergerak maju, diarahkan untuk
melintangi arus, sehingga dengan demikian kapal cenderung untuk
menghanyut dari darat dengan penempatan demikian bagi tali tunda terdapat
kemungkinan untuk mengendalikan kapal yang membantu, yang mana tidak
mungkin bila tali dipasang melalui ulup buritan atau sisir buritan.
KEADAAN DARURAT PADA SAAT KAPAL MENGALAMI TUBRUKAN
Persiapan adalah syarat utama untuk mencapai keberhasilan pada saat kapal
mengalami tubrukan.
Nahkoda dan para perwira harus menyadari apa yang mereka harus lakukan
pada saat kapal mengalami tubrukan tersebut, harus dapat secara cepat dan
tepat mengambil tindakan, keputusan apa yang harus di lakukan untuk
mengatasi situasi pada saat kapal tubrukan.
a. Pengaruh Angin
Kekuatan angin dan arah berhembusnya dapat dipakai sebagai pedoman
dalam menentukan arah menjalarnya api dan usaha pemadaman tidak
dibenarkan melawan arah angin.
Hal ini dapat berbahaya pertama karena terhalang oleh asap, kedua dapat
menjadi korban jilatan api.
f. Penyerangan Kebakaran
1. Penyerangan api secara langsung ( Direct Attack ).
2. Regu pemadam maju mendekati area kebakaran dan langsung melakukan
penyemprotan media pemadaman ke pangkal api.
3. Penyerangan api tidak langsung ( Indirect Attack )
4. Hal ini di lakukan jika tidak mungkin ada regu pemadam mencapai pangkal
api.
2.TINDAKAN PENDAHULUAN JIKA KAPAL TERBAKAR
Saran dan prasarana yang digunakan pada saat terjadi kebakaran tersebut :
a. Breathing Apparatus
b. Fireman Out Fit
c. Alat komunikasi
d. Alarm
e. Tandu
f. Selang kebakaran.
g. Hydran.
h. Botol pemadan kebakaranatnya.
PERAN DALAM STASIUN KEADAAN DARURAT DAN KEBAKARAN
3. Mualim II Membantu mualim I mengawasi keadaan darurat 3. Masinis Berjaga di generator darurat atau berjaga
II menghidupkan CO2
4. Mualim III Membantu nakhoda membawa surat penting dan lainnya 4. Masinis Berjaga di pompa pemadam darurat
III
5. Mualim IV Membantu mualim I dan kelompok selang pemadam 5. Mandor I Mengawasi dan me- nutup perlengkapan peranginan
6.Markonis Berjaga di ruang radio kelompok selang dan menerima 6. Oiler A Berjaga pada mesin induk didalam ruang pengontrol
berita mesin
7. Serang Pimpinan dari kelompok selang pemadam 7. Oiler B Kelompok selang pemadam dan nozzle
8. Juru Mudi A Berjaga di anjuangan 8. Oiler C Kelompok selang pemadam dan nozzle
9. Juru Mudi B Membantu mualim II 9. Oiler D Kelompok selang pemadam dan nozzle
10. Juru Mudi C Memakai baju tahan api 10.Pelayan Menutup semua pintu dan lubang – lubang dikapal.
A/ B
Segera bunyikan suling sesuai ketentuan kapal kecuali ada ketetuan lain
dari terminal, hentikan segera kegiatan penenganan muatan, bunker atau
ballas serta stand by mesin.
Bila diperlukan bantuan dari terminal harus diciptakan kerja sama yang
baik antara kapal dan terminal.
b. Segera setalah mendegar tanda bahaya kapal, maka petugas jaga
memberitahu Control room, mana dari control room melaksanakan tindakan-
tindakan yang perlu berkaitan dengan hal seperti :
a. Tindakan kapal
Control room segera memberitahu terminal dengan alat komunikasi
yang ada, hentikan segera kegiatan penanganan muatan, bunker dan
ballast, siapkan untuk di connect peralatan muatan, siapkan alat-alat
pemadam kebakaran dan siapkan kapal untuk dapat bergerak apabila
diperlukan.
b. pembuagan dari kran air laut pada sisi yang berlawanan untuk iar
kamar mesin.