Istilah
Claw Back atau Annulment of Preferential Transfer
Definisi
Suatu upaya hukum untuk membatalkan perbuatan hukum yang dilakukan
oleh debitur untuk kepentingan debitur yang dapat merugikan
kepentingan para krediturnya
Actio Pauliana adalah hak yang diberikan kepada seorang kreditur untuk
memajukan dibatalkannya segala perbuatan hukum yang tidak diwajibkan
untuk dilakukan oleh debitur tersebut, sedangkan debitur tersebut
mengetahui bahwa dengan perbuatannya itu kreditur dirugikan
2
Tujuan
3
Pengaturan Dalam BW
Pasal 1131 BW
Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tidak
bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada dikemudian
hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan.
Pasal 1341 BW
…, tiap orang berpiutang boleh mengajukan batalnya segala perbuatan
yang tidak diwajibkan yang dilakukan oleh si berutang dengan nama
apapun juga, yang merugikan orang orang berpiutang, asal dibuktikan,
ketika perbuatan dilakukan, baik siberutang maupun orang dengan atau
untuk siapa si berutang itu berbuat,mengetahui bahwa perbuatan itu
membawa akibat yang merugikan orang yang berpiutang
4
Rumusan Pasal 1341 ayat (3) BW
Secara implisit Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mengakui adanya
dua macam tindakan hukum yang tidak diwajibkan tersebut, yaitu :
1. Tindakan hukum yang dilakukan atau lahir sebagai akibat dari suatu
perjanjian yang bertimbal balik;
2. Tindakan hukum yang bersifat sepihak.
Hak-hak yang diperoleh pihak ketiga dengan itikad baik atas kebendaan
yang menjadi obyek dari tindakan yang dapat dibatalkan tersebut harus
tetap dihormati.
5
Syarat Actio Pauliana (1)
1. Untuk kepentingan harta pailit
3. Dimintakan pembatalan
6
Syarat Actio Pauliana (2)
6. Debitur tersebut telah dinyatakan pailit (syarat tidak cukup jika terhadap
debitur tersebut hanya diberlakukan penundaan kewajiban membayar
hutang)
7
Elemen Perbuatan Hukum
8
Tindakan Yang Tidak Dapat Dibatalkan
9
Perbuatan Yang Diwajibkan,
Namun Masih Dapat Dibatalkan
10
Tindakan yang dianggap "tidak diwajibkan
Memberikan jaminan kepada kreditur yang tidak
diharuskan.
11
Perbuatan Yang Merugikan Kreditur
Penjualan barang yang harganya di bawah harga pasar.
12
Doktrin Actio Pauliana
1. Diketahui, atau
2. Patut diduga oleh pihak debitur dan pihak ketiga, bahwa perbuatari
tersebut merugikan (prejudicial) terhadap pihak kreditur.
14
Perbuatan Hukum
Yang dimaksud dengan perbuatan hukum adalah
setiap tindakan dari debitur yang mempunyai akibat
hukum.
15
Jenis Perbuatan Hukum
Yang Dianggap Harus Diketahui
16
Perbuatan Hukum Yang Dilarang
17
Debitur Perorangan terhadap individu
18
Debitur Badan Hukum terhadap Individu
19
Debitur Badan Hukum Terhadap Badan Hukum
20
Pelarangan Hibah
21
Konsekuensi Terhadap Pihak Ketiga
22
Kekayaan Yang Tidak Termasuk Harta Pailit
Uang atau gaji tahunan yang tidak dapat disita oleh pewaris
atau penjamin
Hak cipta
Jika barang tersebut karena sesuatu dan lain hal tidak dapat
dikembalikan lagi, pihak pembeli wajib memberikan ganti rugi
kepada kurator.
24
Contoh Kasus A
A adalah pemegang saham dan direktur PT X Perusahaan Penghancur
Bangunan dan direktur pemegang saham besar PT X Perusahaan
Kontraktor Bangunan.
25
Montana Caravan BV
HR 22 Mei 1992, NJ 1992, 526
Debitor menjual sebuah barang dengan harga yang pada dasarnya wajar.
Pembeli barang membela diri dengan menyatakan bahwa terjadi hal yang
merugikan, mengingat ia membayar dengan harga yang wajar.
26
Montana Caravan BV
HR 22 Mei 1992, NJ 1992, 526
Pembayaran uang penjualan itu hanya mengakibatkan bahwa status debet
rekening bank si debitor berkurang.
Hal tersebut tidak menyebabkan terjadinya kemungkinan yang lebih besar bagi
kreditur untuk memperoleh pelunasan.
Hal yang menarik perhatian di dalam prosedur ini adalah bahwa pembeli menjadi
penjamin bagi fasilitas kredit yang diberikan bank kepada debitor.
Hoge Raad tidak memasukkan hal ini dalam butir pertimbangan putusannya.
28
Kasus Actio Pauliana
PNI.JAP.38.1999.N , PNI.JAP.3.2000.ACP , K.RI.16.2000.N , PK.RI.12.2000.N
29
Tuti Simorangkir (TS) sebagai Kurator PT.FP mengajukan permohonan Actio Pauliana
terhadap PT.FP dan PT. Catnera International Limited (PT.CIL), karena TS menduga adanya
kecurangan dalam suatu perjanjian kredit dengan PT.CIL.
Berdasarkan perjanjian itu, PT.FP menerima fasilitas kredit dari PT.FP dan memberikan
asetnya sebagai jaminan kepada PT.CIL.
Pemberian jaminan itu telah melanggar ketentuan yang diatur berdasarkan perjanjian-
perjanjian kredit dengan kreditur lain, yang masing-masing melarang PT.FP untuk
memberikan asetnya sebagai jaminan kepada pihak ketiga.
Menurut TS, tindakan demi kepentingan PT.CIL itu dapat merugikan harta pailit yang
dimaksud dalam ps.41 dan ps.42 UUK. Tindakan actio pauliana ini bertujuan untuk
membatalkan tindakan PT.FP itu.
PT.CIL berdalih bahwa pemberian fasilitas kredit berdasarkan perjanjian kredit itu
dilaksanakan 1 (satu) tahun sebelum PT.FP dinyatakan pailit. Sehingga sesuai dengan ps.42
UUK beban untuk membuktikan adanya pengetahuan terjadinya kerugian berada dipihak
PT.FP.
Selain itu, aset yang diberikan oleh PT.FP kepada PT.CIL sebagai jaminan telah dinyatakan
bebas dari segala beban atau jaminan.
Majelis Hakim Niaga sependapat dengan PT.CIL dan menganggap PT.CIL sebagai kreditur
separatis dari PT.FP. Permohonan Actio Pauliana ditolak.
TS mengajukan permohonan kasasi atas putusan Majelis Hakim Niaga mengenai penolakan
permohonan Actio Pauliana yang diajukan olehnya terhadap PT.CIL.
30
Menurut TS Majelis Hakim Niaga telah salah menerapkan hukum.
Majelis Hakim Niaga telah lalai dalam menilai persyaratan formil dari permohonan
Actio Pauliana yang diajukan oleh TS.
Seharusnya PT.FP tidak dijadikan sebagai termohon I dan tidak diwakili oleh
mantan Komisaris PT.FP yang menerima kuasa dari mantan Presiden Direktur
PT.FP, melainkan seharusnya diwakili oleh TS, Kurator PT.FP, yang menurut
hukum adalah sebagai wakil yang sah dari PT.FP yang sudah dinyatakan pailit.
Sehingga Majelis Hakim Kasasi berkesimpulan bahwa tidak lah tepat bila seorang
kurator menuntut atau menggugat pihak yang diwakilinya. Seharusnya yang
ditarik dalam perkara Actio Pauliana adalah hanya PT.CIL saja.
Sesuai dengan ps.24 (1) UUK, kurator mempunyai hak dan wewenang
penuh untuk mengajukan suatu tuntutan hukum kepada siapapun
(termasuk tetapi tidak terbatas pada debitur) sepanjang menyangkut
kekayaan si pailit.
32
Akibat hukum dari 2 (dua) putusan itu adalah sangat berbeda.
Yang pertama berakibat permohonan Actio Pauliana tidak dapat diajukan kembali.
Padahal apa yang diperkarakan olehnya adalah benar, yaitu bahwa transaksi
pemberian fasilitas kredit oleh PT.CIL kepada PT.FP dapat merugikan harta pailit.
Permohonan PK dikabulkan.
Permohonan Actio Pauliana tidak dapat diterima.
33
Perjumpaan Utang
Perjumpaan utang merupakan salah satu alasan hapusnya perikatan. Hak
perjumpaan utang ini dapat kita temukan pengaturannya dalam Pasal
1381 BW
34
Ketentuan Pasal 1428 dan Pasal 1434 BW
Seseorang tidak diperbolehkan memperjumpakan utang miliknya dengan
piutang pihak ketiga, meskipun utang tersebut merupakan utang yang
lahir dari suatu perikatan tanggung menanggung, dan pihak ketiga yang
memiliki piutang adalah pihak dalam perikatan tanggung menanggung
tersebut.
35
Esensi Pokok Perjumpaan Utang
Esensi pokok dari setiap perjumpaan utang dalam rangka pemberesan harta pailit
adalah bahwa utang dan piutang yang akan diperjumpakan haruslah telah ada
sebelum pemyataan pailit diputuskan.
Segala utang piutang yang diperoleh melalui pengalihan sesudah pemyataan pailit
diumumkan tidak dapat diperjumpakan.
Bagi pemilik piutang atas unjuk atau piutang kepada pembawa, perjumpaan utang
hanya dapat dilakukan jika terbukti bahwa pada saat pemyataan pailit diucapkan,
ia, dengan itikad baik, telah menjadi pemilik yang sah dari surat tunjuk maupun
surat kepada pembawa tersebut.
36
Persyaratan Untuk Kompensasi Menurut BW
Kedua belah pihak harus saling menjadi kreditur dan debitur. (Persyaratan penting)
Harus ada kebersamaan, yaitu perlu bahwa A mempunyai tagihan terhadap B dan B
mempunyai tagihan terhadap A.
Kedua tagihan harus merupakan tagihan keuangan atau tagihan yang merupakan
barang-barang yang dapat diganti. Tagihan yang dikompensasikan harus mempunyai
sifat yang sama.
Kedua tagihan harus sudah jatuh tempo dan harus dibayar, Jika suatu utang telah
jatuh tempo, maka utang tersebut dapat ditagih dan harus dibayar.
Besarnya kedua tagihan harus cukup dapat ditentukan (yaitu harus likuid).
Dalam praktek, banyak perjanjian pinjaman memuat ketentuan yang memperbolehkan bank
untuk mempercepat jatuh tempo tagihan, seperti dalam kejadian kelalaian.
Bank berhak untuk mempercepat tanggal pembayaran kembali pinjaman, sebagai contoh,
dalam hal bunga atau pokoknya tidak dibayar, suatu wanprestasi silang, mengajukan suatu
permohonan kepailitan atau penangguhan pembayaran, atau sitaan atas semua atau
sebagian besar aset debitur.
37
Pencegahan Penyalahgunaan Hak Kompensasi
Para kreditur dilarang untuk mengambil alih utang dari seorang yang pailit
semata-mata untuk memperoleh hak kompensasi (dan sebaliknya: para debitur
dilarang untuk membeli tagihan terhadap yang pailit untuk maksud yang sama).
Seorang kreditur yang mengambil alih suatu utang harus melakukannya dengan
itikad baik antara lain, disyaratkan bahwa ketika utang diambil alih kreditur tidak
mengetahui bahwa debitur sudah hampir dinyatakan pailit.
Contoh :
Suatu bank berutang uang kepada suatu perseroan berdasarkan "swap" mata uang atau
bunga.
Bank membeli surat berharga yang dikeluarkan oleh perseroan yang menjual dengan
potongan harga yang tinggi oleh karena perseroan berada dalam keadaan keuangan
yang sangat sulit.
Jika tagihan-tagihan (atau utang-utang) dialihkan setelah putusan pailit diucapkan,
kompensasi tidak diizinkan.
38
"Close-out Netting"
Dalam kebanyakan transaksi "swap", juga dalam transaksi derivatif bursa
pararel jenis lain, para pihak mengandalkan pada ketentuan “close-out”
dalam perjanjian induk yang memungkinkan suatu pihak.
Dalam hal kepailitan dari pihak lawannya, untuk mendapat hasil bersih
dari jumlah seluruh keuntungannya dan seluruh kerugiannya ditambah
semua jumlah bersama yang belum dibayar (netting).
Sistem "jumlah pembayaran kompensasi" atau "close-out netting" ini
memberikan kredit kepada pihak yang tidak mampu membayar untuk
transaksi derivatif individu yang menguntungkannya dan menghasilkan
suatu jumlah penyelesaian pembayaran yang ditentukan oleh pihak
yang sanggup membayar.
Untuk dapat mengandalkan sepenuhnya pada ketentuan "close-out" dari
perjanjian induk, adalah penting bahwa peraturan yang bersifat memaksa
mengenai kompensasi di negara tempat tinggal pihak yang pailit sesuai
dengan sistem "close-out netting" ini
39
Syarat "Net Close-out“ Yang Harus Dipenuhi
40
Pemusatan Rekening “Netting"
Pemusatan rekening adalah salah satu nama yang diberikan
kepada gagasan atau konsolidasi nyata oleh suatu bank dari
rekening-rekening yang dipegang di bank itu oleh sejumlah
perseroan untuk maksud perhitungan bunga dan kalkulasi
umum (exposure).
Pada dasarnya suatu sistem untuk "netting" aset dan
tanggung jawab dari badan-badan hukum yang berbeda,
walaupun perseroan yang bersangkutan adalah anggota
khusus dari kelompok badan hukum yang sama.
Dampak pada hak bank untuk kompensasi, dari pengalihan hak oleh suatu
perseroan kepada pihak ketiga sehubungan dengan saldo kredit, sitaan
oleh pihak ketiga atas saldo kredit dalam suatu rekening dan resiko lain
yang timbul dari para pihak yang melakukan intervensi
42
UU PT
Jika perusahaan bertindak dengan cara yang
melebihi ruang lingkup kekuasaannya baik yang
tegas maupun kekuasaan yang berkaitan maka,
doktrin “ultra vires” dapat di pergunakan untuk
membatalkan transaksi.
Sanksi ini tidak secara tegas disebutkan di dalam
Undang-undang Perseroan Terbatas.
Kita dapat berharap bahwa pengadilan akan ikut
campur hanya jika tindakan tersebut tidak untuk
kepentingan perusahaan.
43
Anggapan Positif
Bahwa perusahaan hanya dapat membatalkan suatu transaksi
yang tidak berada dalam ruang lingkup maksud dan
tujuannya, jika pihak yang lain mengetahui tujuan
perusahaan dan selayaknya telah mengetahui bahwa
transaksi ini merupakan ‘Ultra Vires”.
Terdapatnya anggaran dasar Perseroan pada yang sudah
disahkan oleh Menteri Kehakiman yang mengandung klausula
maksud dan tujuan perseroan tidak menciptakan suatu
anggapan mengenai pengetahuan yang diperlukan tersebut.
Tes “Actio Pauliana" yang mensyaratkan bahwa
garansi akan dipertahankan apabila ‘diserang’ atas dasar
"actio Pauliana"
44