Anda di halaman 1dari 87

Spektrofotometri

Ultraviolet (UV) – Visibel (Vis)


B. Kuswandi
Fakultas Farmasi
Universitas Jember

1
Klasifikasi metode analisis (Skoog, 1-2)

Table I. Physical Properties Employed for Analysis


Physical property Analytical methods based
measured on measurement of property
Mass Gravimetric
Volume Volumetric
Absorption of radiation Spectrophotometry (x-ray, UV, Vis,
IR); colorimetry; atomic abs, NMR
Emission of radiation Emission spectroscopy (x-ray, UV, Vis);
flame photometry, fluorescence (x-ray,
UV, Vis)
Scattering of radiation Turbidimetry, Raman spectroscopy
Electrical potential Potentiometry
Mass-to-charge ratio Mass spectrometry
Gravimetric dan volumetric procedures  classical methodes of
analysis
The remainder of the list  instrumental methods
2
Modul 1

Spektrofotometri Ultra Violet/Sinar


Tampak (UV-Vis)

3
Satuan
1 Å = 1 angstrom = 10-10 m = 10-8 cm
1 µ = 1 mikron = 10-6 m = 10-4 cm = 104 Å
1 mµ = 1 milimikron = 10-9 m = 10-7 cm = 10 Å
(Gearien,133)

1 nm = 1 nanometer = 10-9 m = 10-7 cm = 10 Å = 1 mµ


(Miller,150;Williams,1)

Panjang gelombang pada daerah UV dan Vis biasanya


dinyatakan dalam satuan “nm”
(Miller,150)
4
Daerah UV dan Daerah Vis
Daerah UV (ultraviolet)
200 – 400 nm (Dyer,1) ← dapat dideteksi dengan film
(150-72 kcal mol-1) (Settle,485) fotografik atau sel fotolistrik (Diktat,5)

Sumber sinar (Dyer,4;Settle,489;Pecsok,148;Kellner,530)


 lampu “hydrogen - discharge” ← the high-voltage
(180 – 400 nm)
 lampu “deuterium-discharge”
Daerah Vis (visibel)
400 – 800 nm (Dyer,1) ← batas sensitif mata (Diktat,4)
(72-36 kcal mol-1) (Settle,485)

Sumber sinar (Dyer,4;Kellner,530;Pecsok,148)


 lampu “tungsten- filament” 5

(400 – 800 nm)


Radiasi elektromagnetik (1)
• Radiasi elektromagnetik, atau sinar

 suatu bentuk energi radiasi,


memperlihatkan sifat partikel dan gelombang
(Pecsok,115;Harvey,369)

• Sifat gelombang, tergambar pada sifat optik radiasi


elektromagnetik, yaitu difraksi (Harvey,369)

Sifat partikel, atau foton, tergambar pada proses interaksi


radiasi elektromagnetik dengan zat, yaitu pada proses
penyerapan dan emisi (Harvey,369)
6
Interaksi antara sinar dan zat (Kellner dkk,528) (1)
dipantulkan
(reflection) sampel
dihamburkan
(Scattering)

sinar dari menuju detektor


sumber I
Io
diserap
(absorption)

Io = intensitas sinar sebelum mengenai sampel


I = intensitas sinar yang diteruskan

Perhitungan intensitas pita serapan


 menggunakan hukum Lambert dan Beer
7
(Dyer,5)
Interaksi antara sinar dan zat (2)
Radiasi adalah suatu bentuk energi. Interaksi antara suatu
molekul dengan radiasi menyebabkan molekul bergerak dari
tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi yaitu ke
tingkat energi eksitasi (Miller,152)

Radiasi pada daerah UV dan Vis mempengaruhi transisi


elektronik. Energi yang serap pada transisi elektronik
menyebabkan terjadinya eksitasi elektron yang terdapat pada
orbital molekul ke orbital berikutnya yang mempunyai tingkat
energi yang lebih tinggi; jadi elektron mengalami eksitasi dari
tingkat dasar ke tingkat tereksitasi (Miller,152)

Keadaan tereksitasi berlangsung sangat singkat (10-9 - 10-7 detik)


(Pecsok,121; Bair,21)

8
Interaksi antara sinar dan zat (Miller,152) (3)

Dalam teori : transisi elektronik tunggal memberikan


garis tunggal yang tajam pada spektra serapan. Ini
hanya berlaku untuk molekul dalam bentuk gas atau
untuk atom dimana transisi selain elektronik ditekan.

Untuk molekul dalam larutan, terlihat adanya pita


serapan yang lebar pada spektra UV yang disebabkan
oleh berbagai jenis transisi (elektronik, vibrasi, dan
rotasi) yang saling berhubungan, dan karena interaksi
solut-pelarut.

9
Eksitasi elektronik (1)

 Penyerapan sinar (energi) UV dan Vis oleh molekul suatu


zat organik :
 disebabkan oleh eksitasi elektronik (Dyer,2)
 melibatkan promosi elektron pada orbital σ,  dan n
dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih
tinggi (Dyer,5)
 Transisi elektronik () yang dilibatkan pada daerah UV
dan Vis adalah tipe-tipe berikut (Dyer,6) :
σ  σ*, n  σ*, n  *, dan   *
Yang paling banyak pada daerah UV : transisi yang
10 melibatkan elektron orbital n dan * (Miller,153)
Skema tingkat energi orbital molekul (2)

11
Electronic transitions involving , σ and n electrons (3)

12
Analisis Kualitatif (1)
Serapan sinar UV/Vis ditentukan oleh (Shimadzu, 4.4.1)
- Kromofor : gugus fungsional yang menyerap sinar
a.l : >C=C<, >C=O, -N=N-, -N=O, ← mempunyai multiplet
bonding (Shimadzu,4.4.1)
-NO2, -C=C- (Miller,154)

Kromofor biasanya mengandung “ bond” (Miller,153)


- Ausokrom : gugus fungsional yang tidak mempunyai serapan
a.l : -OH, -NH2, -SH (dan ← punya pasangan elektron yang tidak
derivatnya), dan terikat (Shimadzu,4.4.1)
beberapa halogen (Dyer,11)
Jika terikat dengan kromofor, gugus ini biasanya menyebabkan
pergeseran serapan ke arah  yang lebih besar dan
meningkatkan intensitas puncak serapan (Dyer,10-11)
13
Analisis Kualitatif (2)
Applikasi spektrofotometri UV-Vis untuk keperluan
analisis kualitatif adalah sangat terbatas karena pita
serapan cenderung lebar dan karenanya informasi
yang diberikan kurang detail. Walaupun demikian,
investigasi terhadap spektra pada daerah ini
seringkali memberikan informasi yang berguna
mengenai ada tidaknya gugus fungsional (misalnya
karbonil, aromatis, nitro, atau diena terkonyugasi)
pada suatu senyawa organik (Skoog,80-81)

Spektra serapan UV/Vis sering digunakan pada saat


mengidentifikasi spesies molekuler. Ini sering
dilakukan dengan cara membandingkan spektrum
spesies zat sampel dengan spektrum zat yang telah
diketahui (berasal dari spektra literatur) (Settle,497) 14
Informasi Analisis pada range UV-Vis (a) (Kellner,531-532)

In the UV-Vis range from 200-700 nm typical (khas)


cromophores (light absorbing groups) can be observed;
groups with n  *,   * transitions in molecular
orbitals, d-d transitions in ligand fields of metal chelates
and charge-transfer bonds.

The omnipresent (keberadaan) σ-bonds in organic


compounds and also the non conjugated (isolated)
double bonds and n  δ* transitions are not excited in
the normal UV-Vis range and thus do not interfere

15
Informasi Analisis pada range UV-Vis (b) (Kellner,531-532)
Absorption maxima of some Absorption maxima of nonconjugated
conjugated chromophores chromophores
max max
Substances Chromophore Transition
(nm) (nm)
CH3-CO-CH=CH2 225 -C-C- σ  σ* 150
CH2=CH-CH=CH2 217 -O- n  σ* 185
CH3(CH=CH)3CH3 274 -N< n  σ* 195
CH3(CH=CH)5CH3 342 -S- n  σ* 195
CH3(CH=CH)7CH3 401
>C=O   * 190
C6H6 203
n  * 300
C6H5-CH=CH2 248 (weak)
>C=C<   * 190 16
Analisis Kualitatif (4)
Pergeseran serapan maksimum ke arah  yang
lebih panjang  pergeseran batokromik
(=pergeseran merah) (Settle,486;Miller,155)
Pergeseran ini dapat disebabkan oleh terikatnya ausokrom pada
kromofor (Miller,155;Williams,7) atau perubahan pelarut (Williams,7)
Pergeseran serapan maksimum ke arah  yang
lebih pendek  pergeseran hipsokromik
(=pergeseran biru) (Settle,486;Miller,155)
Pergeseran ini dapat disebabkan oleh perubahan pelarut (makin polar)
atau substituen pada molekul (Miller,155-156), atau fenomena seperti
hilangnya konyugasi (Williams,7)
Kenaikan instensitas serapan, misalnya karena terikatnya ausokrom pada
kromofor atau efek pelarut (makin polar)  efek hiperkromik
(Miller,155-156)

Penurunan instensitas serapan  efek hipokromik


(Settle,155,486;Williams,7)
17
Analisis Kuantitatif (1)
Untuk keperluan kuantitatif :
• diperlukan ε maks besar

agar konsentrasi larutan uji encer/kecil
• larutan uji biasanya sangat encer (c ≤ 0,1 mol/L) (Kellner,528)
 1 mg (jika BM 100-200) dilarutkan hingga 100 ml (Williams,2)
Jika pekat  yang dipantulkan
yang dihamburkan  besar, sedangkan
yang diserap yang diteruskan : kecil
Yang dibutuhkan,
yang diteruskan : besar
• nilai maksimal serapan (A) adalah 1,0
 A yang digunakan : 0,2 – 0,8 [0,2 - 0,650 (Willard,90)]
atau T : 15 – 75%
Angka ini dipilih untuk meminimalkan “errorr” dari alat 18
Analisis Kuantitatif (2)

Untuk mengetahui apakah “daerah kerja” memenuhi hukum


Lambert-Beer,

 dibuat kurva baku


Kurva baku digunakan jika “r hitung > r tabel”

kurva baku  jaminan kita bekerja dengan larutan encer


yang memenuhi hukum Lamber-Beer

19
Analisis Kuantitatif (Settle,498) (3)
Ada beberapa tehnik analisis yang dikembangkan untuk jenis
sampel berlainan. Penentuan secara langsung dilakukan jika
molekul analit memiliki suatu kromofor. Standar harus
digunakan untuk menentukan absorbsivitas sehingga
konsentrasi dapat dihitung dengan persamaan berikut
A = a.b.c
or by establishing acalibration plot from which the
concentration can be determined by graphic interpretation or
by regretion analysis.
Penentuan secara tidak langsung umumnya dilakukan jika
molekul analit tidak memiliki “a suitable chromophore”.
Dalam hal ini, analit direaksikan secara kuantitatif dengan
molekul yang memiliki suatu kromofor and correlating the
diminution of absorbance with the concentration of the
analyte, atau dengan mereaksikannya dengan suatu reagen
yang dapat membentuk suatu gugus kromofor.
20
Hukum Lambert-Beer (1)
Cara menyatakan hukum Lambert-Beer :

T = I / Io = transmitan A = log (Io/I) = absorbansi


(serapan)
- log (I/ Io) = a.b.c log (Io /I) = a.b.c
- log T = a.b.c A = a.b.c

Seringkali a dinyatakan dalam ppm (mg zat/1 L larutan).


Jika c dinyatakan dalam mol per liter, dan b dalam cm,
 a diganti dengan ε (koefisien ekstingsi molar, =
molar absorptivitas = absortivitas molar)
(Dyer,5;Settle,487;Fritz,70-71)

dan selanjutnya persamaan Lambert-Beers menjadi


- log T = ε.b.c atau A = ε.b.c 21
Hukum Lambert-Beer (2) (Kellner,528)
A=ε.b.c
dimana
A : Absorbansi (= serapan)
ε : molar absorptivitas (L mol-1 cm-1)
c : kosentrasi larutan (mol/L)
b : tebal sel ≈ tebal kuvet ≈ tebal larutan (cm)
nilai c biasanya hanya untuk larutan encer (c ≤ 0,1 mol/L)
Jadi, Serapan (A) proporsional dengan konsentrasi larutan
zat (c) dan ketebalan sel (b)

22
Hukum Lambert-Beer (3)
Jika BM suatu zat tidak diketahui, atau jika yang
ditetapkan berupa campuran (Williams,8), intensitas serapan
dinyatakan sebagai E 1%
1 cm atau A 1 cm , serapan larutan zat
1%

1% dalam kuvet 1,0 cm. Hubungannya dengan ε (Dyer,5):

10 ε = 1%
E 1 cm X mol. berat

Contoh perhitungan serapan :


1%
E 1 cm 325 nm = 30
Berdasarkan persamaan diatas (Williams,8):
nilai serapan atau log (Io/I) larutan adalah 30;
diukur terhadap larutan dengan kadar 1% dan
ketebalan larutan 1 cm, pada  325 nm
23
Hukum Lambert-Beer (4) (Skoog,87)

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap spektrum


serapan suatu zat :
- pelarut
- pH larutan
- suhu
- konsentrasi elektrolit yang tinggi
- zat asing yang mengganggu

24
Pelarut (1)
• Harus dapat melarutkan zat uji dan meneruskan
radiasi pada daerah  yang digunakan (Pecsok,153)
• Senyawa hidrokarbon jenuh dan senyawa yang hanya
memiliki gugus alkil jenuh, gugus alkohol, dan gugus
eter adalah transparan (tidak memberikan serapan)
pada daerah 200-1000 mµ
 dapat digunakan sebagai pelarut pada penentuan
spektra yang melalui daerah ini (Dyer,8-9)
• Pelarut paling umum untuk penentuan spektrum UV
adalah etanol 95% (Dyer,4)
Etanol absolut komersial mengandung residu benzen
yang memberikan serapan pada daerah UV (Williams,2)

25
Pelarut (2)
• Air dan heksana juga sering digunakan (Dyer,4)
• Perbedaan pelarut dapat menggeser posisi puncak
serapan (Dyer,4). Serapan maksimum dalam larutan etanol
terjadi pada  yang lebih panjang dibandingkan dalam
larutan heksana (Diktat, 31)

Pergeseran merah  sekitar 10-20 nm,


dari pelarut heksana ke etanol (Diktat,
31)

Panjang gelombang maksimum ( maks) untuk senyawa


nonpolar umumnya sama dalam pelarut alkohol dan
heksana;  maks untuk senyawa polar biasanya berbeda
(bergeser) (Dyer,4)

26
Pelarut (Kellner,532) (3)

Solvent can interact strongly with certain solutes and


thus change the observed UV-Vis spectra, either

by removing vibrational fine structure, or


by shifting absorption band maxima, or
both

27
Pelarut (4)

28
Pelarut (5a)

29
Pelarut (5b)

30
Pelarut (5c)

31
Analisis kuantitatif campuran (Pecsok,137) (1)

32
Analisis kuantitatif campuran (Pecsok,136) (2)
Jika sistem terdiri lebih dari satu komponen yang menyerap,
diasumsikan :
- proses penyerapan oleh spesies tidak tergantung spesies
yang lain
- serapan semua spesies adalah aditif
Pada serapan maksimum untuk komponen I pada 1, terdapat
serapan komponen II
Pada serapan maksimum untuk komponen II pada 2,
terdapat serapan komponen I
Spektrum serapan untuk campuran I dan II merupakan
jumlah kurva kedua komponen

33
Analisis kuantitatif campuran (Pecsok,136-137) (3)
Rumus Perhitungan :
Pada At 1 A11 = εI1.b.cI dan AII1 = εII1.b.cII
A 1 = AI1 + AII1 = εI1.b.cI + εII1.b.cII
Pada At 2 A12 = εI2.b.cI dan AII2 = εII2.b.cII
A 2 = AI2 + AII2 = εI2.b.cI + εII2.b.cII
A 1 = serapan campuran yang diamati pada 1
A 2 = serapan campuran yang diamati pada 2
AI1 = serapan komponen I dalam campuran pada 1
AI2 = serapan komponen I dalam campuran pada 2
εI1, εI2, εII1 dan εII2 = absorbsivitas molar komponen I
dan II pada 1 dan 2
CI dan CII = konsentrasi respective komponen I dan II
dalam campuran 34
Conto….

• Titanium and vanadium form colored complexes with


hydrogen peroxide. Separate solutions containing 5.00
mg of these metals were treated with perchloric acid and
hydrogen peroxide and diluted to 100 ml. A third solution
was prepared by dissolving 1.00g of alloy (containing Ti
and V but no other interfering metals) ang tretig in the
same manner as the standart solution. The absorbance
of three solutions were measured at 410 and 460 nm in
1 cm cells. Calculate the % V and Ti in the alloy

• Artinya???

35
Analisis kuantitatif campuran (Pecsok,137-138) (4b)
Hasil pengukuran : larutan A410 A460
Ti 0,760 0,513
V 0,185 0,250
Alloy 0,715 0,657
Dari larutan standar :
ATi410 = aTi410 . b . cTi
aTi410 = 0,760/5 = 0,152
Dengan cara yang sama diperoleh :
aTi460 = 0,103, aV410 =0,037, aV460 = 0,050
Untuk larutan alloy : At 410 nm: 0,715 = 0,132CTi + 0,037CV
At 460 nm: 0,657=0,103CTi + 0,050 Cv
Solution of these simultaneous equations yields
CTi = 3,0 mg/100 ml, CV = 6,9 mg/100 ml 36
% Ti = 0,30 % V = 0,69
H. Tahapan Kerja Analisis (1)
1. Mencari “Operating Time” (OT)
Tujuan :
mengetahui waktu dimana suatu proses reaksi
berlangsung stabil
Pada saat reaksi berlangsung stabil (=pada saat OT)
 diukur serapan larutan uji
Pengukuran pada saat reaksi berlangsung tidak stabil
 data yang diperoleh tidak menentu
Bagaimana mencari dan mengetahui OT ?

37
H. Tahapan Kerja Analisis (2)
2. Mencari  maksimum (maks)
Tujuan :
memperoleh serapan maksimum
Serapan maksimum diperoleh jika pengukuran
dilakukan pada maks
Perubahan serapan per unit konsentrasi pada maks
adalah sangat besar (Skoog,87)
“ semua yang terserap larutan uji idealnya juga terukur
maksimal oleh spektrofotometer “ sehingga diperoleh
hasil uji yang maksimal.
maks harus dicari walaupun dalam prosedur
aslinya biasanya juga telah disebutkan (petunjuk,14)
Bagaimana mencari dan mengetahui maks ?
38
39
H. Tahapan Kerja Analisis (3)
3. Membuat kurva standar
a. Dibuat dari satu seri larutan standar - menggunakan
zat standar - dalam berbagai kadar
Zat standar = zat yang diuji (terdapat dalam larutan uji)
b. Diukur serapan satu seri larutan standar pada OT dan
 maks yang diperoleh pada tahap 1 dan 2.
Serapan tiap-tiap kadar larutan standar dicatat, dicari
persamaan garis lurus dan koefisien korelasinya;
absis (X) untuk konsentrasi (c) larutan standar,
ordinat (Y) untuk serapan (A)

40
Kurva kalibrasi

41
42
H. Tahapan Kerja Analisis (4)
4. Mencari kadar zat dalam larutan uji
a. Larutan uji dalam kuvet yang telah dipersiapkan
diukur serapannya pada OT dan  maks yang
telah diketahui.
Dilakukan beberapa kali pengulangan pengujian
(4 replikasi).
b). Dengan bantuan kurva standar atau persamaan
garis linier yang diperoleh dapat diketahui kadar
zat dalam sampel.

43
I. Instrumen (1)
Spektrofotometer
provide a plot of the intensity of transmitted or absorbed
light versus wavelength (Dyer,4;Settle,488)
Penggolongan berdasarkan sistem optik
-- single beam
Sistem optik -- -- single detector
-- double beam --
-- double detector
Pada double beam,
sumber cahaya utama terbagi menuju 2 beam :
satu menuju kuvet (mengandung larutan sampel) dan satu
menuju kuvet (mengandung pelarut referensi) (Dyer, 4)
Yang dimiliki Farmasi UAD ?
 double beam – double detector (UV-1700) 44
I. Instrumen (2)

45
I. Instrumen (3)

46
I. Instrumen (Settle,489) (4)

47
Sumber sinar

48
49
• Filter atau monokromator
Ada beberapa cara untuk mengisolasi/mendapatkan
sinar monokromatik yang diinginkan. Salah satunya
adalah dengan menempatkan suatu filter di depan wadah
sampel
 filter dapat berupa glass filter atau gelatin filter (Wratten),
yang mempunyai bandwidths yang luas dan puncak emisi
yang rendah (Hicks,26)
[Bandwidth (nm) glass filter : 150+, gelatin filter : 25-50;
Transmisi (%) glass filter : 25-90%, gelatin filter : 5-30
(Beckett,227)]

Beberapa instrumen menggunakan prisma atau diffraction


gratings sebagai monokromator (Settle,490).

50
Skema monokromator
prisma (Pecsok,150)

51
Sampel

Sampel (molekul, ion) yang diuji pada daerah UV


atau Vis biasanya berupa gas atau larutan dan
ditempatkan dalam sel atau kuvet (Pecsok,153,226)

52
Kuvet
Untuk Vis  dari gelas atau kuarsa (quartz) (Pecsok,153;Kellner,530)

Untuk UV  harus dari kuarsa (Fritz, 77; Dyer, 4)


Gelas menyerap sinar UV dengan kuat (Dyer,4)

Kuvet biasanya mempunyai panjang celah 1,0 cm (Dyer,4;Skoog,50)


Kuvet dari kuarsa atau gelas dapat dibersihkan dengan dibilas
dengan air; jika perlu, dengan larutan deterjen atau
asam nitrat panas (Pecsok,153)
Dibilas dengan etanol agar cepat kering
Dibilas untuk mencegah terjadinya penumpukan zat yang
mengabsorbsi, pada permukaan kuvet (Settle,497)

53
54
K. Blangko (Hicks dkk., 22-23; Gearien,139)

• Serapan yang terukur oleh spektrofotometer tidak


hanya serapan solut dalam larutan uji melainkan juga
semua molekul yang dilewati sinar. Karenanya dibuat
blangko, untuk mengkoreksi pantulan, hamburan dan
penyerapan oleh kuvet dan konstituen pada larutan uji.
Blangko dibuat dengan menempatkan konstituen
(pelarut, reagen, dll) yang digunakan pada larutan uji,
ke dalam kuvet. Dengan larutan blangko selanjutnya
rekorder diatur pada posisi T = 100% atau A = 0, pada
 pengujian serapan solut. Setelah itu baru dilakukan
pembacaan serapan solut dalam larutan uji.
Dengan demikian, serapan konstituen dalam larutan uji
yang diukur dapat diabaikan.

55
Detektor

56
57
Aplikasi UV/Vis (Harvey, 395-398)

 Bidang lingkungan
(misal : analisis berbagai logam dalam air)
 Bidang klinik
(misal : analisis barbiturat dalam serum)
 Bidang industri
Bidang industri farmasi : analisis antibiotika, hormon,
vitamin, analgesik)
Bidang industri lain : analisis makanan, cat, gelas, logam
 Bidang Forensik
58 (misal : analisis narkotika, alkohol dalam darah)
Spektrum elektromagnetik dan sinar visibel

59
Panjang gelombang dan warna sinar

60
Modul 2

Spektrofotometri Infra Merah dan


Spektrometri Sinar X

61
Absorpsi
• Berkas radiasi elektromagnet bila dilewatkan
pada sampel kimia maka sebagian akan
terabsorpsi
• Energi elektromagnet yang ditransfer ke
molekul sampel akan menaikan tingkat energi
(tingkat tereksitasi)
• Eksitasi energi dapat berupa eksitasi
elektronik, vibrasi dan rotasi
• Molekul akan dieksitasi sesuai dengan panjang
gelombang yang diserapnya
• Hampir semua gugus fungsi organik memiliki
bilangan gelombang serapan khas di daerah
yang tertentu
Vibrasi molekul
• Jenis vibrasi:
1. Vibrasi ulur (Stretching Vibration),
yaitu vibrasi yang mengakibatkan
perubahan panjang ikatan suatu
ikatan
2. Vibrasi tekuk (Bending Vibrations),
yaitu vibrasi yang mengakibatkan
perubahan sudut ikatan antara dua
ikatan
Spektroskopi IR
Spektroskopi Infra Merah
• Merupakan suatu metode yang
mengamati interaksi molekul dengan
radiasi elektromagnetik yang berada
pada daerah panjang gelombang 0.75
– 1.000 µm atau pada bilangan
gelombang 13.000 – 10 cm-1
• Umumnya digunakan dalam penelitian
dan industri
• Menggunakan teknik absorpsi
Instrumentasi
Spektroskopi IR
• Sumber Radiasi
- Nerst Glower
• Daerah Cuplikan/Sampel
• Monokromator
– Prisma garam batu
• Detektor
- Detektor termal
• Signal Prosessor dan Readout
Fourier Transform Infra
Red

Bruker Vertex 70
Diagram Skematik dari
Spektrometer IR
Instrumentasi Fourier
Metode Spektroskopi Infrared
Identifikasi Gugus Fungsi
Frekuensi dapat dijadikan penentu
gugus fungsi dengan persamaan :
ð= 1/(2πc)√(K/µ)
Metode Spektroskopi Infrared
Identifikasi Gugus Fungsi
Frekuensi dapat dijadikan penentu gugus fungsi, dengan
klasifikasi seluruh daerah frekuensi IR menjadi 3 atau 4
bagian.

Pembagian IR
1. Daerah dekat IR ( 0,2-2,5µ )
2. Daerah Fundamental (2,5-50µ)
3. Daerah jauh IR (50-500µ)

Berdasarkan daerah ulur hidrogen (2,7-3µ), daerah ikatan


rangkap 3 (3,7-5,4µ), daerah ikatan rangkap 2 (5,1-
6,5µ),daerah sidik jari (6, 7-14µ).

Rata-Rata klasifikasi pada daerah fundamental


Metode Spektroskopi Infrared

Metode Base Line


Pada konsentrasi tinggi, absorbansi
tinggi
Tidak memenuhi hukum Beer
dikarenakan adanya penentuan dengan
menyeleksi pita absorbsi yang
dianalisis yang tidak terjatuh kembali
pada pita komponen yang dianalisis.
Metode Spektroskopi Infrared
Po menunjukan intensitas sinar yang
didapat dengan cara menarik garis
lurus tangensial pada kurva spektrum
absorpsi pada posisi pita absorbsi
yang dianalisis
T untuk Pt diukur dari titik absorbsi
maksimum
Kurva kaliberasi didapatkan dengan
log(Po/Pt).konsentasi sample
Penafsiran hasil
spektroskopi
INFRAMERAH
Syarat-syarat yang harus
dipenuhi untuk penafsiran
1. Spektrum harus terselesaikan dan intensitas
cukup memadai.
2. Spektrum diperoleh dari senyawa murni.
3. Spektrofotometer harus dikalibrasi sehingga pita
yang teramati sesuai dengan frekuensi atau
panjang gelombangnya.
4. Metode persiapan sampel harus ditentukan. Jika
dalam bentuk larutan, maka konsentrasi larutan
dan ketebalan sel harus ditunjukkan.
Komponen grafik

baseline

peak

• Transmitans % menyatakan banyaknya intensitas cahaya yang kembali ke


detektor M at h Com poser 1. 1. 5
ht t p: / / www. m at hcom poser . com

intensitas
%T = x 100
intensitas orisinil
• Wavenumber menyatakan panjang gelombang yang dipancarkan (cm-1)
CH3COOH
Analisis Kualitatif dengan Inframerah
• Daerah ulur hidrogen. (3700-2700 cm-1)
Puncak terjadi karena vibrasi ulur antara atom H dengan atom
lainnya. Ikatan hidrogen menyebabkan puncak melebar
dan terjadi pergeseran gelombang ke arah lebih
pendek. Perubahan struktur dari ikatan CH akan menyebabkan puncak bergeser
ke arah yang maksimum.

• Daerah ikatan rangkap dua (1950-1550


cm-1) konjugasi menyebabkan puncak lebih rendah
sampai 1700 cm-1.
• Semakin elektronegatif, uluran akan menyebabkan
perubahan besar dalam momen ikatan; oleh karena itu resapannya
bersifat kuat.
Pengaruh Ikatan Hidrogen
3350 – frekuensi vibrasi stretching OH
2950 -- frekuensi vibrasi stretching CH alifatik asimetris
(intensitas kurang dari 2860 adalah frekuensi vibrasi stretching simetris
1425 -- Karakteristik penyerapan CH2
1065 -- Penyerapan CO

Senyawa tersebut adalah cyclohexanol.


F Sinar X

K
θ
A
θ Kristal

Collimators

Gambar Spektrometer Sinar X


Teori dan Prinsip Dasar
1. Mekanisme Terjadinya Sinar X
• Katoda K yang dipanaskan oleh filamen F memancarkan
elektron dari permukaanya menuju anoda A, karena adanya
beda potensial antara A dan K, elektron bergerak dipercepat.
Elektron yang datang pada permukaan anoda memiliki energi
kinetik tinggi
• Terjadi gaya interaksi yang berasal dari elektromagnetisme
antara elektron bebas dalam logam anoda dan elektron yang
datang
• Melalui tumbukan beruntun elektron kehilangan energinya
secara berlahan. Dalam anoda yang berupa polikristal, energi
kinetik diubah menjadi dua macam :
a. Akibat perlambatan (bremsstrahlung) terjadi radiasi
elektromagnetik berupa sinar X
b. Tersimpan sebagai kalor dalam logam berupa energi getaran
kisi-kisi kristal
Difraksi Bragg

II

θ θ d

d sin θ

Gambar Difraksi Sinar x melalui kisi kristal


Keterangan :
• Seberkas sinar X dengan panjang gelombang λ jatuh pada
suatu kristal dengan sudut θ terhadap deretan atom, dengan
jarak antar atom dalam kristal d seperti terlihat di gambar.
Beda panjang lintasan sinar I dan sinar II adalah:
2 d sin θ
• Interferensi konstruktif hanya terjadi apabila beda panjang
lintasan itu sama dengan kelipatan bulat dari panjang
gelombang sinar X, misal: λ, 2λ, 3λ, dsb. Jadi interferensi
maksimum terjadi bila :
2 d sin θ = n λ dengan n = 1,2,3,…
Rumus Perhitungan
2 d hkl sin   n
a
d hkl 
s
2 .s
a
4 sin 2 

Keterangan :
n = 1 (bilangan bulat positif)
λ = 1,54 Ǻ (panjang gelombang sinar X yang dipakai dalam
percobaan)
a = nilai rata-rata parmeter kisi
dhkl = jarak antar atom dalam kisi kristal (KBr)

Anda mungkin juga menyukai