Anda di halaman 1dari 44

HAK ATAS KESEHATAN DI

INDONESIA

Dr H Tatang Kartawan
2009
INSTRUMEN NASIONAL

• UUD 1945 Amandemen ke-2 Tahun 2000:


Pasal 28H ayat (1): Setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan batin, bertempat tingggal
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik
dan sehat serta berhak mendapatkan
pelayanan kesehatan.
INSTRUMEN NASIONAL
• UU 39/1999 tentang HAM tidak secara spesifik menyebutkan
adanya penghormatan, perlindungan dan pemenuhan Hak Atas
Kesehatan.
Pasal 9 hanya menyebutkan: (1) hak untuk hidup,
mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf
kehidupannya; (2) hak hidup tenteram, aman, damai,
bahagia, sejahtera, lahir dana batin; (3) hak atas lingkungan
hidup yang baik dan sehat. Hanya saja berkaitan dengan Hak
Perempuan disinggung dalam Pasal 49 ayat (2): Wanita berhak
untuk mendapatkan perlindungan khusus dalam pelaksanaan
pekerjaan atau profesinya terhadap hal-hal yang dapat
mengancam keselamatan dan atau kesehatannya berkenaan
dengan fungsi reproduksi wanita.
INSTRUMEN NASIONAL

Juga berkaitan dengan Hak Anak disinggung dalam


Pasal 62: Setiap anak berhak untuk memperoleh
pelayanan kesehatan dan jaminan sosial secara layak,
sesuai dengan kebutuhan fisik dan mental
spiritualnya.

Kemudian Pasal 5 ayat (3) menyinggung hak


kelompok masyarakat rentan: Setiap orang yang
termasuk kelompok rentan berhak memperoleh
perlakuan dan perlindungan lebih berkenaan dengan
kekhususannya. Penjelasan : Yang dimaksud dengan
“kelompok masyarakat yang rentan” antara lain
adalah orang lanjut usia, anak-anak, fakir miskin,
wanita hamil dan penyandang catat.
INSTRUMEN NASIONAL

• UU No. 11 Tahun 2005 tentang Ratifikasi


Kovenan Internasional Hak Ekonomi, Sosial dan
Budaya

• Peraturan perundang-undangan terkait


lainnya.
KOVENAN INDUK HAK EKOSOB UU 11/2005
• Hak Atas Kesehatan secara sepsifik diatur dalam Pasal 12 Kovenan
Internasional Hak Ekosob (KIHESB):
Ayat (1) Negara-negara pihak pada Kovenan ini mengakui hak setiap orang
untuk menikmati standar tertinggi yang dapat dicapai dalam hal kesehatan
fisik dan mental.
Ayat (2): Langkah-langkah yang akan diambil oleh Negara-negara Pihak
pada Kovenan ini untuk mencapai perwujudan sepenuhnya hak ini harus
mencakup tindakan yang diperlukan untuk:
(a) ketentuan untuk mengurangi angka kematian bayi bagi ibu pada
waktu melahirkan dan kematian bayi serta perkembangan anak yang
sehat.
(b) perbaikan semua aspek kesehatan lingungan dan ingdustri;
(c) pencegahan, pengobatan dan pengendalian segala penyakit menular,
endemik, penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan penyakit
lainnya
(d) penciptaan kondisi yang menjamin adanya semua pelayanan dan
perhatian medis ketika penyakit timbul
KOMENTAR UMUM NO 14
KOMITE EKOSOB PBB
• Komite Ekosob PBB dalam Sidang ke-22 tanggal 25 April sd 12 Mei 2000,
menetapkan Komentar Umum No. 14 ttg Hak Atas Standar Kesehatan Tertinggi
Yang Dapat Dijangkau.

• Komentar Umum No. 14 menetapkan:


Kesehatan adalah HAM yang fundamental dan tak ternilai demi terlaksananya
HAM yg lainnya. Setiap orang berhak menikmati standar kesehatan yang dapat
dijangkau dan kondusif bagi kehidupan manusia yang berderajat. Realisasi hak
atas kesehatan dapat tercapai melalui beberapa pendekatan yang beragam,
seperti pembentukan kebijakan kesehatan atau perlaksanaan program yang
dibentuk WHO atau adopsi instrumen hukum. Pelaksanaan Hak Atas kesehatan
mencakup beberapa komponenan yang dapat dilaksanakan menurut hukum.
Menegaskan kembali komitmen internasional dalam DUHAM:
Pasal 25 (1): Setiap manusia mempunyai hak atas standar kehidupan yang
cukup bagi kesehatan diri sendiri dan keluarganya serta pelayanan sosial yang
penting.
KOMENTAR UMUM NO 14
KOMITE EKOSOB PBB
Indikator Pelaksanaan
• Indikator Pelaksanaan Hak Atas Kesehatan adalah:
• KETERSEDIAAN: fasilitas pelayanan; barang & jasa;
program: mencakup faktor tertentu yg berpengaruh
thd kesehatan, mis: air minum yg sehat, sanitasi
memadai, RS, klinik & bangunan lain; tenaga medis
berpengalaman & Prof dg penghasilan kompetitif dan
obat yg baik.
• KUALITAS: Kualitas fasilitas, barang dan jasa
pelayanan dijamin kualitasnya secara keilmuan.
Personil yang menangani berkemampuan (kompeten).
Obat-obatan dan peralatannya memadai serta
didukung oleh saluran air minum yang sehat dan
sanitasi yang memadai.
KOMENTAR UMUM NO 14
KOMITE EKOSOB PBB
Indikator Pelaksanaan
• AKSESIBILITAS: (a) Bisa diakses semua orang tanpa
diskriminasi; (b) terjangkau secara fisik dan aman
bagi semua: kelompok rentan/marjinal, etnis
minoritas/masy adat; perempuan, anak-2,
penyandang cacat, pengidap HIV; (c) terjangkau
secara ekonomis oleh semua pihak, termasuk masy.
miskin; (d) akses informasi bagi semua pencari
pelayanan,
• AKSEPTABILITAS: Bisa diterima atas dasar etika medis
maupun secara budaya, mis: menghormati budaya
minoritas dan masy adatr, sensitif jender dan
kelompok masyarakat rentan.
KOMENTAR UMUM NO 14
KOMITE EKOSOB PBB (1)
• Kewajiban menghormati: menetapkan kebijakan
dan tindakan yang mampu secara efektif mencegah
segala bentuk pembatasan akses setiap orang untuk
memperoleh pelayanan kesehatan untuk mencapai
standar tertinggi yang dapat terjangkau. Termasuk
di antaranya kewajiban negara untuk mencegah
terjadinya berbagai kondisi yang berakibat pada
menurunnya derajat kesehatan masyarakat,
misalnya: polusi air, pencemaran akibat bahan-
bahan buangan industri, tes terhadap dampak
nuklir, senjata biologis dan kimia serta akases
terhadap pelayanan kesehatan ketika terjadi konflik
bersenjata internal.
KOMENTAR UMUM NO 14
KOMITE EKOSOB PBB (1)

• Kewajiban melindungi: menetapkan kebijakan atau


tindakan untuk menjamin akses yg sama dalam
pelayanan kesehatan, sehubungan dengan tindakan
atau kebijakan pihak ketiga (termasuk di antaranya
kewajiban untuk mengontrol pemasaran peralatan
medis dan obat-obatan).

• Kewajiban memenuhi: menetapkan kebijakan dan


tindakan untuk memberikan pengakuan secara
hukum atas hak kesehatan setiap orang dalam
politik nasional dan sisterm hukum.
KOMENTAR UMUM NO 14
KOMITE EKOSOB PBB (2)
• Kewajiban menfasilitasI: menetapkan ukuran-ukuran positif
yang membolehkan dan membantu setiap individu dan
komunitas untuk pemenuhan hak atas kesehatan, mencakup:
(a) mendorong pengakuan faktor yg berpengaruh positif thd
kesehatan, melalui penelitian dan penyediaan informasi;
(b) menjamin pelayanan kesehatan secara budaya dan staf
pelayanan yang terlatih dalam mengenali dan merespon
kebutuhan khusus masy. Rentan dan marjinal;
(c) menjamin penyebarlusan informasi yg sesuai dengan gaya
hidup sehat dan netral; praktik tradisional yg berbahaya serta
informasi mengenai ketersediaan pelayanan;
(d) mendukung setiap individu dan komunitas dalam pemilihan
informasi kesehatan.
PRINSIP PELAKSANAAN KEWAJIBAN
MEMENUHI
Prinsip-prinsip Limburg

• Kewajiban untuk memulai secepatnya


mengambil langkah ke arah realisasi
sepenuhnya hak atas kesehatan dengan semua
sarana yang tepat, termasuk tindakan
legislatif, administratif, yudisial, sosial-
pendidikan, sesuai dg sifat dai hak
• Secara bertahap mencapai realisasi
sepenuhnya (progresives realizations) hak.
Kewajiban ini membutuhkan penggunaan
sumber-sumber daya anggaran secara efektif.
PRINSIP PELAKSANAAN KEWAJIBAN
MEMENUHI
Prinsip-prinsip Limburg

• Menggunakan sumber daya (ekonomi) secara


maksimum yang tersedia, termasuk sumber daya dari
masyarakat internasional.
• Secara sendiri-sendiri serta melalui bantuan dan
kerja sama internasional, terutama di bidang
ekonomi dan teknik.
• Menghapuskan dan tanpa menunda-nunda lagi
seleuruh peraturan perundang-undangan serta
tindakan dan praktik yang diskriminatif (termasuk
melakukan perbuatan atau tidak melakukan
perbuatan) yang mempengaruhi
penikmatan/pemenuhan hak atas kesehatan.
CORE OBLIGATION
Deklarasi Alma Ata
Dalam Komentar Umum 14

• Menjamin akses pada fasilitas kesehatan barang dan jasa


dengan dasar nondiskriminasi, khususnya bagi golongan rentan
dan marginal
• Menjamin akses pada makanan yang penting yang secara
nutrisi memadai dan aman, memastikan kebebasan dari
kelaparan pada setiap orang
• Menjamin akses pada pemukiman dasar, perumahan dan
sanitasi serta penyediaan air yang memadai dan sehat.
• Menyediakan obat-obatan yang dari waktu ke waktu telah
ditetapkan dalam Program Aksi WHO Mengenai Obat-obatan
yang esensial
MINIMUM CORE FO OBLIGATION
Deklarasi Alma Ata
Komentar Umum 14

• Menjamin perawatan reproduksi ibu sebelum dan


sesudah melahirkan serta anak
• Menyediakan imunisasi penyakit infeksi yang terjadi
dalam masyarakat
• Menjamin pendidikan dan akses informasi mengenai
problem utama kesehatan di masyarakat, termasuk
metode dalam mencegah dan mengendalikannya.
• Menyediakan pelatihan yang memadai bagi personil
kesehatan, termasuk pendidikan kesehatan dan hak
asasi manusia.
KOMENTAR UMUM NO 14
KOMITE EKOSOB PBB
CORE CONTENT OF OBLIGATION

• Minimum core content of obligation, bisa dibaca dalam Pasal 12 ayat (2)
Kovenan Internasional Hak EKOSOB:
• Langkah-langkah yang akan diambil oleh Negara-negara Pihak pada
Kovenan ini untuk mencapai perwujudan sepenuhnya hak ini harus
mencakup tindakan yang diperlukan untuk:
(a) ketentuan untuk mengurangi angka kematian ibu pada waktu
melahirkan dan kematian bayi serta perkembangan anak yang sehat.
(b) perbaikan semua aspek kesehatan lingkungan dan industri;
(c) pencegahan, pengobatan dan pengendalian segala penyakit menular,
endemik, penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan penyakit
lainnya
(d) penciptaan kondisi yang menjamin adanya semua pelayanan dan
perhatian medis ketika penyakit timbul

• Penjelasan rincinya terdapat dalam Komentar Umum No 14, khususnya


paragraf 14 sd 27.
KOMENTAR UMUM NO 14
KOMITE EKOSOB PBB
PENJELASAN RINCI MINIMUM CORE CONTENT OF
OBLIGATION (1)

• Hak Ibu, Hak Abak dan Kesehatan Reproduksi: mengurangi angka keguguran
& kematian bayi & perkembangan anak; meningkatkan kesehatan ibu &
anak; pelayanan kesehatan seksual & reproduksi; akses KB, perawatan
pra/pascamelahirkan; pelayanan kebidanan darurat dan akses thd
informasi serta pengembangan SDM yg dibutuhkan utk tindakan
berdasarkan informasi tsb.

• Hak atas lingkungan alam dan tempat kerja yg sehat dan aman: ukuran-2
preventif thd kecelakaan kerja & penyakit; persyaratan dlm pemenuhan air
minum yg sehat & aman; sanitasi dasar; pencegahan & pengurangan
kerentanan masyarakat dari subtansi ytg membahayakan, misal: radiasi &
zat kimia berbahaya atau kondisi lingkungan yg membahayakan, langsung
& tak langsung, yg berdampak pada kesehatan seseorang; industri yg
hiegenis dari penyebab rusaknya kesehatan sehubungan dg lingkungan
kerja; perumahan yg sehat, memadai dan lingkungannya yg hiegenis;
persediaan makanan dan nutrisi yg cukup; pengendalian penyalahgunaan
alkohol, tembakau, obat-2an dan subtansi yg berbahaya.
KOMENTAR UMUM NO 14
KOMITE EKOSOB PBB
PENJELASAN RINCI MINIMUM CORE CONTENT OF
OBLIGATION (2)

• Hak Pencegahan, Penanggulangan & Pemeriksaan Penyakit:


Pembentukan program pencegahan & pendidikan bagi tingkah
laku yg berkaitan dg kesehatan, misal: penyakit akibat seks
(khususnya HIV/AIDS) & penyakit yg berpengaruh pada
kesehatan seksual & reproduksi; promosi faktor sosial yg
berpengaruh pada kesehatan yg baik; pembentukan sistem
keperawatan, kesehatan dlm kasus kecelakaan, penyakit
epidemik dan gangguan kesehatan; ketentuan bantuan
bencana alam, bantuan kemanusiaan dlm situasi darurat;
pengendalian penyakit yg dilakukan secara sendiri oleh negara
& bersama masy, antara lain menyediakan teknologi,
menggunakan dan meningkatkan ketahanan epidemi; koleksi
data dasar pemisahan; perluasan program imunisasi dan
strategi lainnya dlm pengendalian penyakit.
KOMENTAR UMUM NO 14
KOMITE EKOSOB PBB
PENJELASAN RINCI MINIMUM CORE CONTENT OF
OBLIGATION (2)

• Hak Atas Fasilitas Kesehatan, Barang dan Jasa: Penciptaan


kondisi yg menjamin pelayanan medis dan perhatian medis
dlm keadaan sakit, baik fisik maupun mental, termasuk akses
yg sama dlm pencegahan dasar, kuratif, pelayanan rehabilitasi
& pendidikan kesehatan; program screening secara teratur;
perawatan yg sesuai pada penyakit prevalens, kesakitan,
cidera dan cacat, terutama pada tingkat komunitas;
ketentuan obat-2-an yg esensial; pengobatan & perawatan
kesehatan mental yg tepat; peningkatan keterlibatan masy,
dlm penyediaan pelayanan pencegahan serta penanggulangan
kesehatan, seperti organisasi bidang kesehatanb & sistem
asuransi secara khusus; partisipasi dlm keputusan politik
sehubungan hak atas kesehatan di level masyarakat & negara.
KOMENTAR UMUM NO 14
KOMITE EKOSOB PBB
KELOMPOK KHUSUS YG MEMERLUKAN PERHATIAN (1)

• ANAK & REMAJA: Menjamin akses terhadap informasi


yang berorentasi pada anak dan remaja,
mengenaimasalah yg bersifat preventif dan promotif,
termasuk di antaranya: akses yg sama antara anak
laki-2 dan perempuan thd nutrisi; lingkungan yg
aman& pelayanan fisik & mental; praktik-2
tradisional yg membahayakan kesehatan
anak/remaja, khususnya anak perempuan seperti
pernikahan dini,
KOMENTAR UMUM NO 14
KOMITE EKOSOB PBB
KELOMPOK KHUSUS YG MEMERLUKAN PERHATIAN (1)

• ORANG LANJUT USIA: Pembentukan sistem


menggunakan pendekatan terintegrasi,
menggabungkan elemen pencegahan, pengobatan dan
rehabilitasi kesehatan. Ukuran-2 tsb berdasarkan
pemeriksaaan secara periodik thd lekai-laki dan
perempuan; Rehabilitasi fisik & mental ditujukan
bagi pemeliharaan fungsi & otonomi orang lanjut
usia, perhatian serta perawatan seseorang yg
berpenyakit kronis dan menghindarkan diri dari rasa
sakit yg tak perlu dan memberikan mereka
kesempatan untuk meninggal dengan bermartabat.
KOMENTAR UMUM NO 14
KOMITE EKOSOB PBB
KELOMPOK KHUSUS YG MEMERLUKAN PERHATIAN (2)

• PENYANDANG CATAT: Pembentukan sistem


perhatian dan perawatan yang menekankan
pada kebutuhan, tidak hanya bidang
kesehatan publik, juga jaminan pelayanan
kesehatan dan fasilitas kesehatan yang
berpijak pada prinsip nondiskriminasi dan
hubungan dengan penyandang catat.
KOMENTAR UMUM NO 14
KOMITE EKOSOB PBB
KELOMPOK KHUSUS YG MEMERLUKAN PERHATIAN (2)

• MASYARAKAT ADAT: melakukan identiifikasi


berbagai elemen yg dapat membantu merumuskan
secara tepat hak masyarakat adat atas kesehatan.
Masyarakat adat mempunyai hak atas standar-2
khusus untuk meningkatkan akses mereka pada
perawatan dan pelayanan kesehatan yang sesuai
dengan kultur mereka, memasukkan unsur_2
perawatan tradisional, praktik penyembuhan dan
obat-2-an.
KASUS HAM & KESEHATAN DI INDONESIA

• Masyarakat Kampung Buyat Pante dan Buyat


Kampung menyampaikan pengaduan mengenai
keberadaan sejumlah penduduknya yang
mengalami berbagai macam penyakit. Mereka
menyatakan, penyakit yang mereka derita ada
kaitannya dengan dugaan adanya pencemaran
lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan
tambang emas.
KASUS HAM & KESEHATAN DI INDONESIA

• Sub Komisi Ekosob Komnas HAM, setelah


mempelajari pengaduan tersebut memutuskan
untuk membentuk tim pemantau dugaan
pelanggaran Hak Atas Kesehatan. Sedangkan
pengaduan atas dugaan pelanggaran Hak Atas
Lingkungan Hidup Yang Sehat, tidak dapat
ditindaklanjuti karena berdasarkan Pasal 91
ayat (1) huruf e: “sedang berlangsung
penyelesaian melalui upaya hukum yang
tersedia sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.”
KASUS HAM & KESEHATAN DI INDONESIA

• Kesimpulan hasil penyelidikan: pemerintah


sebagai pemangku kewajiban Hak Atas
Kesehatan tidak melakukan pemeliharaan,
pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan
yang bersifat menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan, sebagaimana diatur dalam
Pasal 10 UU No 23/1992 ttg kesehatan. Dengan
demikian pemerintah belum melakukan
kewajiban pokoknya (core obligations)
sebagaimana ditetapkan dalam peraturan
perundangan-undangan, juga Kovenan
Internasional Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya.
PELANGGARAN HAM
Menurut UU 39/1999

• Pasal 1 angka 6: Setiap perbuatan seseorang atau


kelompok orang, termasuk aparat negara, baik
disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian,
yang secara melawan hukum mengurangi,
menghalangi, membatasi dan atau mencabut HAM
seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh
UU ini, dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan
tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang
adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang
berlaku.
PELANGGARAN HAM
MENURUT KOMENTAR UMUM NO 14 KOMITE
EKOSOSB PBB

• Pelanggaran hak atas kesehatan dapat terjadi


melalui tindakan langsung Negara atau Badan
Negara yang ditetapkan untuk itu. Antara lain
berupa adopsi (penerapan) kebijakan atau
peraturan atau tindakan yang tidak sesuai
dengan kewajiban inti. Pelanggaran melalui
tindakan aktif, termasuk penundaan formal
atas perundang-undangan yang penting bagi
pemenuhan yang berkesinambungan atas hak
kesehatan.
PELANGGARAN HAM
MENURUT KOMENTAR UMUM NO 14 KOMITE
EKOSOSB PBB

• Pelanggaran hak atas kesehatan dapat terjadi


melalui sikap diam atau lalai dalam
mengambil tindakan yang tepat menuju
realisasi dari hak setiap orang untuk
mendapatkan standar kesehatan fisik dan
mental tertinggi yang terjangkau, kelalaian
dalam kebijakan nasional/regional dalam
kesehatan kerja dan pelayanan kesehatan dan
kelalaian untuk menegakkan hukum yang
berlaku. (Komentar Umum No 14)
PELANGGARAN KEWAJIBAN
MENGHORMATI
• Pelanggaran kewajiban menghormati
adalah tindakan, kebijakan atau
ketentuan Negara yang bertentangan
dengan aturan yang ada pada pasal 12
Kovenan dan yang membahayakan
kesehatan secara fisik. (Komentar
Umum Komite Ekosob PBB No. 14)
PELANGGARAN KEWAJIBAN
MELINDUNGI
• Merupakan lanjutan dari kelalaian dari Negara
dalam mengambil setiap tindakan yang perlu untuk
melindungi setiap orang melalui kewenangan, atas
pelanggaran hak atas kesehatan oleh pihak ketiga.
Kategori ini termasuk dalam sikap diam atau lalai
untuk mengatur kegiatan individu, kelompok atau
perusahaan, sehingga membuat mereka secara sadar
atau tidak sadar melanggar hak atas kesehatan dari
setiap orang atau kelompok. (Komentar Umum
Komite Ekosob PBB No. 14)
PELANGGARAN
KEWAJIBAN MEMENUHI
Kelalaian Negara untuk mengambil sikap langkah
yang perlu untuk menjamin regulasi hak atas
kesehatan, seperti mencakup kelalaian untuk
mengadopsi atau melaksanakan kebijakan
nasional/regional yang dirancang untuk
menjamin hak atas kesehatan bagi semua.
Termasuk di dalamnya pengeluaran anggaran
yang tidak proporsional dari sumber daya publik,
sehingga menimbulkan terhalangnya hak atas
kesehatan. Khususnya bagi kelompok rentan dan
marginal. (Komentar Umum Komite Ekosob PBB
No. 14)
TUJUAN PEMBANGUNAN MILLENIUM INDONESIA
TUJUAN 4 :
Menurunkan Angka Kematian Anak

• Target 5: Menurunkan angka kematian balita sebesar 2/3-nya


antara 1990-2015

Indikator:
Angka kematian balita, angka kematian bayi dan persentase
anak di bawah 1 tahun yang diimunisasi campak.
Angka kematian anak tahun 2002 sekitar 46 anak/1000 anak.
Target World Summit for Children 65 anak/1.000 kelahiran.
Perbandingan: 4,6 X di banding Malaysia, 1,3 X dari Filipina,
1,8 X dari Thailand.
Persentase anak di bawah satu tahun yang diimunisasi campak
Imunisasi campak: baru 77,6% di kota dan 66% pedesaan.
TUJUAN PEMBANGUNAN MILLENIUM INDONESIA
TUJUAN 4 :
Menurunkan Angka Kematian Anak

• Target 6: Mengendalikan penyakit malaria dan mulai


menurunnya jumlah kasus malaria dan penyakit
lainnya pada 2015,

Indikator:
Prevalensi angka malaria dan angka kematiannya
Persentase penduduk yang menggunakan cara
pencegahan yang efektif utk memerangi malaria
Persentase penduduk yang mendapat penanganan
malaria secara efektif
Prevalensi tuberkulosis, angka kematian, angka
penemuan dan kesembuhannya.
TUJUAN PEMBANGUNAN MILLENIUM
INDINESIA
TUJUAN 5 :
Meningkatkan Kesehatan Ibu
• Target 7: Menurunkan angka kematian ibu sebesar ¾-
nya antara 1990-2015

Indikator:
Angka kematian ibu, proporsi persalinan oleh tenaga
kesehatan terlatih, angka pemakaian kontrasepsi
Angka kematian ibu 307/100.000 persalinan
(Bandingkan dg Thailand 100/100.000 persalinan).
Target tahun 1990-2015 menurun ¾-nya.
Tantangan: disparitas antardaerah yang tinggi akibat
desentralisasi
TUJUAN PEMBANGUNAN MILLENIUM
INDINESIA
TUJUAN 6 :
Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular
Lainnya

• Target 7: Mengendalikan penyebaran HIV/AIDS dan


mulai menurunnya jumlah kasus baru pada 2015,
Indikator:
Prevalensi HIV di kalangan ibu hamil berusia 15-24
TH, penggunaan kondom pada hubungan seks berisiko
tinggi; penggunaan kondom pada pemakai
kontrasepsi; persentase anak usia 15-24 th yang
punya pengetahuan komprehensif mengenai HIV/AIDS
TUJUAN PEMBANGUNAN MILLENIUM
INDINESIA
TUJUAN 6 :
Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular
Lainnya

• Tantangan: angka penggunaan napza


menggunakan jarum suntik meningkat 15% di
th 1999 dan naik 47,0% th 2002. Prevalensi
HIV/AIDS pada anak usia produktif makin
meningkat. Diperkirakan di Indonesia ada 1
juta pengidap HIV/AIDS. Tahun 2010,
diperkirakan sekitar 110 ribu menderita AIDS
dan meninggal. Target: tahun 2015
penyebarannya terkendali dan jumlah kasus
baru menurun.
JUSTISIABILITAS HAK
ATAS KESEHATAN
• Banyak pakar hukum di Indonesia berpandangan
bahwa hak atas kesehatan (Hak Ekosob) tidak
justisiabel (tak bisa dituntut melalui pengadilan
secara pidana atau perdata), karena lebih banyak
bersifat sebagai hukum administrasi. Mereka
beranggapan, jika terjadi pelanggaran HAM atas Hak
Kesehatan, negara harus mengambil langkah sesegara
mungkin untuk mengoreksi kebijakannya dan
melakukan tindakan remedial bagi korban yang hak-
haknya terkurangi, terhalangi, terbatasi dan/atau
tercabut.
JUSTISIABILITAS HAK
ATAS KESEHATAN
• Komentar Umum No 14 menyatakan: Tiap orang atau
kelompok orang yang menjadi korban pelanggaran
Hak Atas Kesehatan harus mempunyai akses pada
peradilan yang efektif atau upaya hukum lainnya
yang sesuai dlm level nasional dan internasional;
semua korban harus mempunyai hak untuk pemulihan
yg memadai, yg mungkin membutuhkan restitusi,
kompensasi, kepuasan atau jaminan dan nonrepetisi,
ombudsman nasional, Komnas HAM, forum konsumen,
asosiasi hak pasien aatau institusi lainnya yang harus
mengenali pelanggaran Hak Atas Kesehatan.
TUGAS & TANGGUNG
PEMERINTAH
Pemerintah wajib dan bertanggungjawab
menghormati, melindungi, menegakkan dan
memajukan HAM yang diatur dalam UU ini, UU lain,
hukum internasional ttg HAM yang diterima oleh RI.
Kewajiban dan tanggung jawab tsb meliputi
implementasi yang efektif dalam bidang hukum,
politik, ekonomi, sosial, budaya, hankam dan bidang
lain (Psl 71 dan 72 UU 39/1999).
Pemerintah bertanggungjawab untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat (Psl 9 UU 23/1992)
KOMNAS HAM
• Pasal 1 angka 7 UU 39/99: Komnas HAM adalah lembaga
(negara) mandiri yang kedudukannya setingkat dengan lembaga
negara lainnya yang berfungsi melaksanakan pengkajian,
penelitian, penyuluhan, pemantauan dan mediasi HAM.

• Pasal 75 UU 39/99: Komnas HAM bertujuan: a. Mengembangkan


kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan HAM sesuai dengan
Pancasila, UUD 1945 dan Piagam PBB serta Deklarasi Universial
HAM. b. Meningkatkan perlindungan dan penegakan HAM guna
berkembangnya pribadi manusia seutuhnya dan kemampuannya
berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan

• Pasal 79 ayat (1): Untuk mencapai tujuannya, Komnas HAM


melaksanakan fungsi pengkajian, penelitian, penyuluhan,
pemantauan dan mediasi HAM.
FUNGSI KOMNAS HAM
• Psl 89 ayat (1): Pengkajian/penelitian: berbagai
instrumen internasional HAM dan memberi saran
kemungkinan aksesi/ratifiksi; berbagai peraturan
per-uu-an ttg HAM utk memberikan rekomendasi
mengenaipembentukan, perubahan dan pencabutan;
dll

• Psl 89 ayat (2): Penyuluhan: penyebarluasan wawasan


HAM, peningkatan kesadaran masyarakat.
FUNGSI KOMNAS HAM
• Psl 89 (3): Pemantauan: pengamatan pelaksanaan HAM dan
laporannnya; penyelidikan/pemeriksaan thd peristiwa yang
berdsr sifat atau lingkupnya patut diduga terdpt pelanggaran
HAM; pemanggilan pengadu, saksi, pihak terkait atau
kunjungan lapangan, dll

• Psl 89 (4): mediasi: perdamaian kedua pihak, penyelesaian


perkara melalui konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi dan
penilaian ahli; pemberian saran melalui pengadilan;
penyampaian rekomendasi kasus pelanggaran HAM kpd
pemerintah untuk ditindaklanjuti penyelesaiannya;
rekomendasi kpd DPR RI.

Anda mungkin juga menyukai