Anda di halaman 1dari 14

Perpajakan internasional

“ TREATY SHOPPING”

KELOMPOK 6
SUB POKOK BAHASAN

1. TREATY SHOPPING 2. BENEFICAL OWNER


TREATY SHOPPING
Persetujuan penghindaran pajak berganda (P3B) atau
tax treaty merupakan kesepakatan untuk membagi
hak pemajakan, atau mengurangi hak pemajakan
antara dua negara.

Treaty shopping biasanya melibatkan para pihak yg


memiliki hubungan istimewa , bahkan dengan sengaja
mendirikan perusahaan untuk tujuan penghindaran
pajak.
ilustrasi sebagai berikut :

A adlh penduduk dinegara X yg tidak mempunyai tax


treaty dengan negara Z, apabila A melakukan investasi
dinegara Z secara langsung atas penghasilan yg
diterima akan dikenakan tarif pajak menurut UU
domestik negara Z sebesar 20%.
Lanjutan ..
Negara Y mempunyai tax treaty dengan negara Z,
apabila penduduk negara Y melakukan investasi
dinegara Z maka tarif yg dikenakan sesuai dengan tax
treaty negara Y dan negara Z sebesar 10%. Supaya dpt
memanfaatkan treaty (tarif pajak lebih rendah 10%)
maka A mendirikan perusahaan dinegara Y sebagai
sarana untuk investasi ke negara Z.
BENEFICAL OWNER
Maksud dari adanya Benefical Owner adl untuk
menangkal praktik treaty shopping dengan cara
mencegah penduduk yg tidak mempunyai treaty
menikmati manfaat suatu treaty.
Dalam EOCD model, UN model, Model P3B
Indonesia, pasal yg mengatur pengurangan tarif pajak
oleh negara sumber atas deviden, bunga, dan royalty
disebutkan bahwa pengurangan tarif pajak akan
diberikan apabila Benefical owner adalah penduduk
dari negara mitra P3B.
Ketentuan perpajakan di Indonesia memuat aturan tentang
pencegahan penyalahgunaan P3B oleh orang atau badanyg
tidak berhak adalah sbb :
1. Orang pribadi atau badan yang ddi cakup dalam P3B
2. Penyalahgunaan P3B dapat terjadi dalam hal :
a) Transaksi yg tidak mempunyai substansi ekonomi
dilakukan dengan menggunakan skema sedemikian rupa
dengan maksud memperoleh manfaat P3B.
b) Transaksi dengan struktur atau skema yg format
hukumnya legal form berbeda dengan substansi
ekonomisnya.
c) Penerimaan penghsilan bukan merupakan pemilik yg
sebenarnya.
3. Kriterian Benefical owner hanya diterapkan untuk
penghasilan yg didalam pasal P3B terkait memuat persyaratn
Benefical owner.
4. Yg dimaksud dengan pemilik yang sebenarnya atas manfaat
ekonomis dari penghasilan adalah penghasilan penerimaan yg :
a) Bertindak tidak sebagai agen
b) Bertindak tidak sebagai nominee
c) Bukan perusahaan conduit
5. Orang pribadi atau badan yg dicakup dalam P3B yg dianggap
tidak melakukan penyalahgunaan P3B :
a) Individu yg bertindak sebagai agen atau nominee
b) Lembaga yg namanya disebutkan secara tegas dalam P3B
c) WPLN yang menerima atau memperoleh penghasilan
melalui kostodian sehubungan dengan penghasilan dari
transaksi pengalihan saham atau obligasi yang
diperdagangkan atau dilaporkan di pasar modal di
Indonesia,selain bungan dan deviden dalam hal WPLN
bertindak tidak sebagi agen maupun nominer.
d) Perusahaan yang sahamnya terdaftar di pasar modal dan
diperdagangkan secara teratur.
e) Dana pensiun yang pendiriannya sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan dinegara mitra P3B dan merupakan
subjek pajak di negara mitra P3B.
f) Bank
g) Perusahaan yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :
• Bagi perusahaan yang menerima atau memperoleh
penghasilan yang didalam pasal P3B terkait tidak mengatur
persyaratan beneficial owner.
• Bagi perusahaan yang menerima atau memperoleh
penghasilan yang didalam pasal P3B terkait mengatur
persyaratan beneficial owner.
Bagi perusahaan yang menerima atau memperoleh penghasilan
yang didalam pasal P3B terkait tidak mengatur persyaratan
beneficial owner.

Pendirian perusahaan atau pengaturan struktur atau skema


transaksi tidak semata mata tidak ditunjukan untuk
oemanfaaatan P3B.
Bagi perusahaan yang menerima atau memperoleh penghasilan
yang didalam pasal P3B terkait mengatur persyaratan beneficial
owner.

 Pendirian perusahaan atau pengaturan struktur/skema


transaksi tidak semata-mata ditunjukan untuk pemanfaatan
P3B
 Kegiatan usaha dikelola oleh manajemen sendiri.
 Perusahaan mempunyai pegawai.
 Mempunyai kegiatan atau usaha aktif.
 Penghasilan yang bersumber dari Indonesia
 Tidak menggunakan lebih dari 50% (lima puluh persen) dari
total penghasilannya untuk memenuhi kewajiban kepada pihak
lain
6. Dalam hal terjadi penyalahgunaan P3B maka:
a) Pemotong/ pemungut pajak tidak diperkenankan untuk
menerapkan ketentuan yang diatur dalam P3B dan wajib
memotong atau memungut pajak yang terutang.
b) WPLN yang melakukan penyalahgunaan P3B tidak dapat
mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pajak yang
tidak seharusanya terutang.
7. Dalam hal terdapat perbedaan antara format hokum suatu
struktur / skema dengan substansi ekonomisnya, maka
perlakuan perpajakan diterapkan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku berdasarkan substansi ekonominya.
8. Dalam hal WPLN tidak melakukan penyalahgunaan P3B,
WPLN berhak memperoleh manfaat P3B.
 Kesimpulan
Treaty shopping merupakan suatu cara untuk mendapatkan
manfaat suatu tax treaty oleh pihak yang tidak berhak atas
manfaat tax treaty tersebut. Treaty shopping melibatkan pihak-
pihak yang mempunyai hubungan istimewa yang berkedudukan
di beberapa negara. Treaty shopping dilakukan oleh pihak yang
merupakan penduduk suatu negara (misalnya Negara X) yang
tidak mempunyai Tax treaty dengan suatu negara lain (misalnya
Negara Z) dengan cara membuat suatu entitas pada negara
(misalnya Negara Y) yang mempunyai tax treaty dengan Negara
Z.
Dan untuk mencegah treaty shopping ketentuan pajak di
Indonesia melengkapi aturan domestik dengan ketentuan
beneficial owner (pemilik yang sebenarnya atas manfaat ekonomis
dari penghasilan).
Tax Treaty
MEGASKANDAL Bank Century yang diduga merugikan negara mencapai
Rp6,7 triliun kembali menyeruak. Media daring Hong Kong, Asia Sentinel, merilis hasil
investigasi tentang konspirasi di balik kasus Bank Century yang akhirnya berubah
menjadi Bank Mutiara dan dikuasai korporasi J Trust asal Jepang.
Mauritius yang jadi basis kantor Weston Capital International Ltd selama ini
dicap sebagai surga pajak bagi penghindar pajak atau mereka yang menimbun dana
gelap. Rekam jejak hubungan Mauritius dengan Indonesia terkait perpajakan cukup
panjang.
Pada 2004, kedua negara pernah bersitegang. Pemerintah Indonesia menuding
pemerintah Mauritius melanggar perjanjian tax treaty yang telah disepakati. Tax treaty
yang dimaksud ialah persetujuan antardua negara atau lebih dengan membagi hak
untuk mengenakan pajak atas suatu penghasilan yang berasal dari suatu negara yang
diperoleh penduduk negara lain.
Perjanjian tersebut diperlukan untuk mencegah pengenaan pajak berganda
(double taxation), penghindaran pajak (tax avoidance), dan pengelak-an pajak (tax
evasion). Kesepakatan antara Indonesia dan Mauritius itu akhirnya dihentikan pada
2005. "Terlalu banyak penyalahgunaan perjanjian di sana, di antaranya seperti chanelling
dan treaty shopping," kata Kasubdit Perjanjian Perpajakan dan Kerja Sama Internasional
Ditjen Pajak Astera Primanto Bakti seperti dikutip Antara pada 2010.

Anda mungkin juga menyukai