TREATY SHOPPING Persetujuan penghindaran pajak berganda (P3B) atau tax treaty merupakan kesepakatan untuk membagi hak pemajakan, atau mengurangi hak pemajakan antara dua negara.
Treaty shopping biasanya melibatkan para pihak yg
memiliki hubungan istimewa , bahkan dengan sengaja mendirikan perusahaan untuk tujuan penghindaran pajak. ilustrasi sebagai berikut :
A adlh penduduk dinegara X yg tidak mempunyai tax
treaty dengan negara Z, apabila A melakukan investasi dinegara Z secara langsung atas penghasilan yg diterima akan dikenakan tarif pajak menurut UU domestik negara Z sebesar 20%. Lanjutan .. Negara Y mempunyai tax treaty dengan negara Z, apabila penduduk negara Y melakukan investasi dinegara Z maka tarif yg dikenakan sesuai dengan tax treaty negara Y dan negara Z sebesar 10%. Supaya dpt memanfaatkan treaty (tarif pajak lebih rendah 10%) maka A mendirikan perusahaan dinegara Y sebagai sarana untuk investasi ke negara Z. BENEFICAL OWNER Maksud dari adanya Benefical Owner adl untuk menangkal praktik treaty shopping dengan cara mencegah penduduk yg tidak mempunyai treaty menikmati manfaat suatu treaty. Dalam EOCD model, UN model, Model P3B Indonesia, pasal yg mengatur pengurangan tarif pajak oleh negara sumber atas deviden, bunga, dan royalty disebutkan bahwa pengurangan tarif pajak akan diberikan apabila Benefical owner adalah penduduk dari negara mitra P3B. Ketentuan perpajakan di Indonesia memuat aturan tentang pencegahan penyalahgunaan P3B oleh orang atau badanyg tidak berhak adalah sbb : 1. Orang pribadi atau badan yang ddi cakup dalam P3B 2. Penyalahgunaan P3B dapat terjadi dalam hal : a) Transaksi yg tidak mempunyai substansi ekonomi dilakukan dengan menggunakan skema sedemikian rupa dengan maksud memperoleh manfaat P3B. b) Transaksi dengan struktur atau skema yg format hukumnya legal form berbeda dengan substansi ekonomisnya. c) Penerimaan penghsilan bukan merupakan pemilik yg sebenarnya. 3. Kriterian Benefical owner hanya diterapkan untuk penghasilan yg didalam pasal P3B terkait memuat persyaratn Benefical owner. 4. Yg dimaksud dengan pemilik yang sebenarnya atas manfaat ekonomis dari penghasilan adalah penghasilan penerimaan yg : a) Bertindak tidak sebagai agen b) Bertindak tidak sebagai nominee c) Bukan perusahaan conduit 5. Orang pribadi atau badan yg dicakup dalam P3B yg dianggap tidak melakukan penyalahgunaan P3B : a) Individu yg bertindak sebagai agen atau nominee b) Lembaga yg namanya disebutkan secara tegas dalam P3B c) WPLN yang menerima atau memperoleh penghasilan melalui kostodian sehubungan dengan penghasilan dari transaksi pengalihan saham atau obligasi yang diperdagangkan atau dilaporkan di pasar modal di Indonesia,selain bungan dan deviden dalam hal WPLN bertindak tidak sebagi agen maupun nominer. d) Perusahaan yang sahamnya terdaftar di pasar modal dan diperdagangkan secara teratur. e) Dana pensiun yang pendiriannya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dinegara mitra P3B dan merupakan subjek pajak di negara mitra P3B. f) Bank g) Perusahaan yang memenuhi persyaratan sebagai berikut : • Bagi perusahaan yang menerima atau memperoleh penghasilan yang didalam pasal P3B terkait tidak mengatur persyaratan beneficial owner. • Bagi perusahaan yang menerima atau memperoleh penghasilan yang didalam pasal P3B terkait mengatur persyaratan beneficial owner. Bagi perusahaan yang menerima atau memperoleh penghasilan yang didalam pasal P3B terkait tidak mengatur persyaratan beneficial owner.
Pendirian perusahaan atau pengaturan struktur atau skema
transaksi tidak semata mata tidak ditunjukan untuk oemanfaaatan P3B. Bagi perusahaan yang menerima atau memperoleh penghasilan yang didalam pasal P3B terkait mengatur persyaratan beneficial owner.
Pendirian perusahaan atau pengaturan struktur/skema
transaksi tidak semata-mata ditunjukan untuk pemanfaatan P3B Kegiatan usaha dikelola oleh manajemen sendiri. Perusahaan mempunyai pegawai. Mempunyai kegiatan atau usaha aktif. Penghasilan yang bersumber dari Indonesia Tidak menggunakan lebih dari 50% (lima puluh persen) dari total penghasilannya untuk memenuhi kewajiban kepada pihak lain 6. Dalam hal terjadi penyalahgunaan P3B maka: a) Pemotong/ pemungut pajak tidak diperkenankan untuk menerapkan ketentuan yang diatur dalam P3B dan wajib memotong atau memungut pajak yang terutang. b) WPLN yang melakukan penyalahgunaan P3B tidak dapat mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pajak yang tidak seharusanya terutang. 7. Dalam hal terdapat perbedaan antara format hokum suatu struktur / skema dengan substansi ekonomisnya, maka perlakuan perpajakan diterapkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku berdasarkan substansi ekonominya. 8. Dalam hal WPLN tidak melakukan penyalahgunaan P3B, WPLN berhak memperoleh manfaat P3B. Kesimpulan Treaty shopping merupakan suatu cara untuk mendapatkan manfaat suatu tax treaty oleh pihak yang tidak berhak atas manfaat tax treaty tersebut. Treaty shopping melibatkan pihak- pihak yang mempunyai hubungan istimewa yang berkedudukan di beberapa negara. Treaty shopping dilakukan oleh pihak yang merupakan penduduk suatu negara (misalnya Negara X) yang tidak mempunyai Tax treaty dengan suatu negara lain (misalnya Negara Z) dengan cara membuat suatu entitas pada negara (misalnya Negara Y) yang mempunyai tax treaty dengan Negara Z. Dan untuk mencegah treaty shopping ketentuan pajak di Indonesia melengkapi aturan domestik dengan ketentuan beneficial owner (pemilik yang sebenarnya atas manfaat ekonomis dari penghasilan). Tax Treaty MEGASKANDAL Bank Century yang diduga merugikan negara mencapai Rp6,7 triliun kembali menyeruak. Media daring Hong Kong, Asia Sentinel, merilis hasil investigasi tentang konspirasi di balik kasus Bank Century yang akhirnya berubah menjadi Bank Mutiara dan dikuasai korporasi J Trust asal Jepang. Mauritius yang jadi basis kantor Weston Capital International Ltd selama ini dicap sebagai surga pajak bagi penghindar pajak atau mereka yang menimbun dana gelap. Rekam jejak hubungan Mauritius dengan Indonesia terkait perpajakan cukup panjang. Pada 2004, kedua negara pernah bersitegang. Pemerintah Indonesia menuding pemerintah Mauritius melanggar perjanjian tax treaty yang telah disepakati. Tax treaty yang dimaksud ialah persetujuan antardua negara atau lebih dengan membagi hak untuk mengenakan pajak atas suatu penghasilan yang berasal dari suatu negara yang diperoleh penduduk negara lain. Perjanjian tersebut diperlukan untuk mencegah pengenaan pajak berganda (double taxation), penghindaran pajak (tax avoidance), dan pengelak-an pajak (tax evasion). Kesepakatan antara Indonesia dan Mauritius itu akhirnya dihentikan pada 2005. "Terlalu banyak penyalahgunaan perjanjian di sana, di antaranya seperti chanelling dan treaty shopping," kata Kasubdit Perjanjian Perpajakan dan Kerja Sama Internasional Ditjen Pajak Astera Primanto Bakti seperti dikutip Antara pada 2010.