pengeluaran dahak dari saluran pernafasan (ekspektorasi) dengan cara merangsang selaput lendir lambung dan selanjutnya secara refleks memicu pengeluaran lendir saluran nafas sehingga menurunkan tingkat kekentalan dan mempermudah pengeluaran dahak. Obat ini juga merangsang terjadinya batuk supaya terjadi pengeluaran dahak. EKPEKTORAN
Golongan obat yang bekerja menfasilitasi
pengeluaran dahak melalui refleks iritasi mukosa bronkus (cabang tenggorok). Melalui iritasi tersebut ekspektoran merangsang keluarnya cairan mukosa saluran napas sehingga dahak menjadi lebih encer dan mudah untuk dikeluarkan. EKSPEKTORAN
Mekanisme kerja dari ekspektoran adalah
meransang reseptor-reseptor di mukosa lambung yang kemudian meningkatkan kegiatan kelenjar-sekresi dari saluran lambung-usus dan sebagai refleks memperbanyak sekresi dari kelenjar yang berada di saluran napas. PENGELOMPOKKAN EKSPEKTORANSIA
1. Sekretolika
2. Mukolitika
3. Sekretomotorika SEKRETOLIKA
Sekretolitika adalah kelompok ekspektoran yang
meninggikan sekresi bronkhus sehingga dengan demikian mengencerkan lendir. Sekretolitika ini terjadi secara reflektorik dengan stimulasi serabut aferen parasimpatikus dan/atau dengan bekerja lansung pada sel pembentuk lendir. Contohnya : Guaiakol&Amonium klorida STIMULASI REFLEKTORIK MELALUI LAMBUNG PADA SEKRESI BRONKHUS
PUSAT MUNTAH
Nervus vagus Jalur parasimpatis aferen
KELENJAR BRONKHUS LAMBUNG
MUKOLITIKA
Mukolitika adalah kelompok ekspektoran yang
mengubah sifat fisikokimia sekret, terutama menurunkan viskositas sekret.
Yang termasuk mukolitika adalah :
1. Bromheksin dan metabolitnya yaitu embroksol 2. Asetilsistein, dan 3. Karbosistein SEKRETOMOTORIKA
Sekretomotorika adalah kelompok yang
menyebabkan gerakan sekret dan batuk untuk mengeluarkan sekret tersebut. Kerja sekretomotorika dapat dicapai dengan meransang kerja silia. Untuk itu digunakan β- simpatomimetika, dengan kerjanya yang bermanfaat pada penyakit saluran napas obstruktif yaitu kerja bronkholitik, dan sebagian juga bekerja meningkatkan motilitas silia. OBAT EKSPEKTORAN
Contoh obat ekspektoran adalah guaifenesin,
amonium klorida, amonium karbonat, potasium iodida,dan kalium iodida. Beberapa herbal juga dapat memiliki efek ekspektoran, seperti eukaliptus dan minyak lemon.
Zat-zat ini memperbanyak produksi dahak
(yang encer) dan dengan demikian mengurangi kekentalannya, sehingga mempermudah pengeluarannya dengan batuk. Kalium iodida
o Iodida menstimulasi sekresi mucus di cabang
tenggorokan dan mencairkannya, tetapi sebagai obat batuk (hampir) tidak efektif. Namun obat ini banyak digunakan dalam sediaan batuk, khususnya pada asma, meskipun resiko akan efek samping besar sekali. o Efek sampingnya kuat dan berupa gangguan tiroid, struma, urticaria dan iod-akne, juga hiperkaliemia (pada fungsi ginjal buruk). o Dosis: Pada batuk oral 3 dd 0,5-1 g, maks 6 g sehari. Bagi pasien yang tidak boleh diberikan kalium, obat ini dapat diganti dengan natrium iodida dengan khasiat yang sama. Amonium klorida
Berdaya diuretis lemah yang menyebabkan
acidosis, yakni kelebihan asam dalam darah. Keasaman darah meransang pusat pernapasan, sehingga frequensi napas meningkat dan gerakan bulu-getar (cilia) di saluran napas distimulasi. Sehingga sekresi dahak juga meningkat, maka senyawa ini banyak digunakan dalam sediaan syrup obat batuk, misalnya obat batuk hitam. Amonium klorida
o Efek sampingnya hanya terjadi pada dosis
tinggi dan berupa acidosis (khusus pada anak-anak dan pada pasien ginjal) dan gangguan lambung (mual, muntah), berhubung sifatnya yang meransang mukosa. o Dosis : Oral 3-4 dd 100-150 mg, maks. 3 g sehari Guaifenesin
o Guaiafenesin adalah derivat guaiakol yang
banyak digunakan sebagai ekspektorans dalam berbagai jenis sediaan obat batuk. Pada dosis tinggi bekerja merelaksasi otot. o Efek sampingnya kadang kala berupa iritasi lambung (mual, muntah) yang dapat dikurangi bila diminum dengan segelas air. o Dosis : Oral 4-6 dd 100-200 mg. Minyak terbang
Minyak terbang/atsiri, seperti minyak kayu putih,
minyak permen, dan minyak adas (Oleum foeniculi) berkhasiat menstimulasi sekresi dahak, bekerja spasmolitis (melawan kejang), antiradang dan juga bersifat bakteriostatis lemah. Berdasarkan sifat- sifat. ini, minyak terbang banyak digunakan dalam syrup obat batuk atau juga sebagai obat inhalasi uap. MUKOLITIK PENGERTIAN MUKOLITIK
Mukolitik adalah golongan obat yang bekerja
dengan cara memecah ikatan kimia mukoprotein dan mukopolisakarida pada dahak sehingga dahak menjadi lebih encer dan tidak lengket, hal ini kemudian akan mempermudah pengeluaran dahak dari saluran napas. MUKOLITIK
Obat mukolitik dapat membantu meredakan
gejala pasien-pasien dengan batuk berdahak kronis yang kesulitan untuk mengeluarkan dahak, misalnya pada pasien dengan penyakit paru obstruktif kronis dan kistik fibrosis. Obat Mukolitik
Contoh obat mukolitik adalah ambroxol, erdosteine,
bromheksin, acetylcysteine, dan carbocysteine. Efek samping dari obat mukolitik jarang terjadi, namun efek samping yang diketahui adalah iritasi dan perdarahan saluran cerna, mual, muntah, dan reaksi alergi.
Secara umum obat mukolitik ditoleransi dengan baik
oleh tubuh, namun obat ini tidak dianjurkan untuk digunakan pada pasien dengan tukak saluran cerna dan pasien yang diketahui alergi terhadap obat mukolitik. Bromheksin
Derivat sikloheksil ini berdaya mukolitik pada dosis
yang cukup tinggi. Mula kerjanya sesudah lebih kurang 5 jam (per oral), sebagai inhalasi sesudah 15 menit. Setelah beberapa hari pernafasan menjadi lebih baik dan ransangan batuk berkurang. Bromheksin bekerja dengan cara menguraikan mukopolisakarida asam sehingga serabut lendir bronkhus akan terurai. Ini dilakukannya dengan memperbanyak produksi lisosom dan mengaktifkan enzim hidrolitik. Pada saat yang sama sel kelenjar serosa distimulasi. Dengan pertambahan jumlah sekret, viskositas sputum akan turun. Metabolit utama bromheksin adalah ambroksol. Bromheksin
Efek samping jarang terjadi dan berupa
gangguan lambung-usus, pusing dan berkeringat. Dosis : Oral 3-4 kali sehari 8-16 mg (klorida), anak-anak 3 kali sehari 1,6-8 mg, tergantung dari usianya. Asetilsistein
Derivat dari asam amino sistein ini berdaya
memperpendek rantai-rantai panjang mukoprotein dari dahak, hingga menjadi lebih cair dan lebih mudah dikeluarkannya dengan batuk. Efek samping yang paling sering terjadi adalah mual dan muntah, maka pasien borok lambung hendaknya menggunakannya dengan hati-hati. Dosis : Oral 3 kali sehari 200 mg granulat, sebagai inhalasi 3-4 kali sehari 1-10 ml dari larutan 20%.