Anda di halaman 1dari 28

PENANGANAN LUKA

Karina Almas Fatin


30101307218

Pembimbing:
Kapten CKM dr. Mulya Imansyah, Sp. OT
PENDAHULUAN

■ Luka merupakan suatu kerusakan integritas kulit yang dapat terjadi ketika kulit
terpapar suhu atau pH, zat kimia, gesekan, trauma tekanan dan radiasi. Respon
tubuh terhadap berbagai cedera dengan proses pemulihan yang kompleks dan
dinamis menghasilkan pemulihan anatomi dan fungsi secara terus menerus disebut
dengan penyembuhan luka.
■ Metode perawatan luka berkembang cepat dalam 20 tahun terakhir, jika tenaga
kesehatan dan pasiennya memanfaatkan terapi canggih yang sesuai dengan
perkembangan, akan memberikan dasar pemahaman yang lebih besar terhadap
pentingnya perawatan luka. Semua tujuan manajemen luka adalah untuk membuat
luka stabil dengan perkembangan granulasi jaringan yang baik dan suplai darah
yang adekuat, hanya cara tersebut yang membuat penyembuhan luka bisa
sempurna.
ANATOMI KULIT

■ Struktur kulit
Epidermis : Terdapat empat jenis sel epidermis, yaitu: keratinosit, melanosit, sel
Langerhans, dan sel Merkel.
■ Stratum basal
■ Stratum spinosum
■ Stratum granulosum
■ Stratum lusidum
■ Stratum korneum
Dermis
Jumlah sel dalam dermis relatif sedikit. Sel-sel dermis merupakan sel-sel
jaringan ikat seperti fibroblas, sel lemak, sedikit makrofag dan sel mast.
■ Stratum papilaris
■ Stratum retikularis

Hipodermis
Sebuah lapisan subkutan
di bawah retikularis dermis
DEFINISI

■ Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh atau


terjadinya gangguan kontinuitas suatu jaringan, sehingga terjadi
pemisahan jaringan yang semula normal. Luka adalah kerusakan
kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh
yang lain. Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul seperti
hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, respon stress simpatis,
perdarahan dan pembekuan darah, kontaminasi bakteri, dan
kematian sel.
JENIS LUKA
Luka tertutup (closed wound)
Luka tertutup yaitu dimana tidak terjadi hubungan antara luka dengan dunia luar.
Contoh dari luka tertutup yaitu luka memar yang dapat digolongkan menjadi 2 jenis
yaitu :
■ contusio, dimana kerusakan jaringan dibawah kulit dari luar hanya tampak
sebagian benjolan
■ Hematoma, dimana kerusakan jaringan di bawah kulit disertai perdarahan sehingga
dari luar tampak kebiruan.
Luka terbuka (open wound)
Luka terbuka yaitu luka yang berhubungan langsung dengan dunia luar. Contoh dari
luka terbuka yaitu luka lecet (vulnus excoriatum), luka sayat (vulnus scissum), luka
tusuk (vulnus ictum), luka robek (vulnus laceratum), luka tembak (vulnus
sclopectorum), luka gigitan (vulnus morsum).
Menurut penyebabnya, luka di bagi atas :
a. Luka tajam

-luka lecet (vulnus excoriatum), -luka sayat (vulnus scissum), luka tusuk (vulnus ictum)
b. Luka tumpul
Sifat tepi luka tidak rata banyak jembatan jaringan dan diantaranya terdapat jaringan
yang mati (nekrosis), contohnya :

Luka robek (vulnus laceratum) Luka tembak (vulnus sclopectorum) Luka gigitan (vulnus morsum)
KLASIFIKASI LUKA

■ Luka dibagi atas 4 kategori berdasarkan atas penilaian klinik terhadap kontaminasi
bakteri dan resiko terjadinya infeksi :
■ Clean Wounds (Luka bersih)
■ Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi)
■ Contamined Wounds (Luka terkontaminasi)
■ Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi)
PERBAIKAN LUKA

Beberapa faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka adalah :


■ Umur pasien
■ Berat badan pasien
■ Status nutrisi
■ Dehidrasi
■ Suplai darah tidak adekuat ke daerah luka
■ Keadaan respon imun pasien
■ Adanya penyakit kronik dan keganasan
■ Obat-obatan
FASE PENYEMBUHAN LUKA
■ Fase Inflamasi
■ Fase inflamasi dimulai dari saat terjadinya luka hingga hari ke lima. Saat terjadi luka maka
tubuh akan berusaha untuk menghentikan perdarahan dengan cara memvasokonstriksikan
pembuluh darah, pengerutan ujung pembuluh darah (retraksi), dan reaksi hemostasis
■ Dalam fase inflamasi ini trombosit yang keluar pembuluh darah akan saling menempel dan
bersama-sama dengan benang-benang fibrin trombosit akan membekukan darah sehingga
perdarahan dapat dikontrol Disisi lain tubuh memiliki sel mast yang berfungsi untuk
meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga sel-sel darah putih sebagai pemakan bakteri
atau sel-sel yang mati dapat masuk dengan mudah. Sel mast mengeluarkan serotonin yang
menyebabkan permeabilitas kapiler meningkat dan vasodilatasi di sekitar tempat inflamasi,
hal inilah yang menyebakan cairan di pembuluh darah masuk di sekitar tempat inflamasi
sehingga menyebabkan oedema (pembengkakan).
■ Terjadinya luka menyebabkan terjadinya perpindahan sel-sel darah putih (Leukosit) ke tempat
peradangan. Leukosit mengeluarkan enzim hidrolitik yang membantu mencerna bakteri
beserta sel-sel yang rusak. Setelah itu barulah muncul limfosit dan monosit yang memiliki
kemampuan mencerna bakteri lebih baik untuk membantu pertempuran melawan bakteri.
■ Fase ini disebut juga dengan fase lamban karena luka masih belum stabil, pembentukan
kolagen masih minimal dan luka hanya ditautkan dengan benang-benang fibrin yang amat
lemah.
■ Tanda dan gejala pada fase inflamasi:
– Kalor : Terasa hangat
– Rubor : Berwarna kemerahan
– Dolor : Nyeri
– Tumor : Pembengkakan
– Fungsiolesa : Penurunan fungsi
Fase Proliferasi
■ Fase proliferasi terjadi antara 3 sampai 24 hari setelah luka terjadi. Tujuan utama
dari fase ini adalah menumbuhkan jaringan baru dari dasar luka dengan jaringan
penyambung atau biasa juga disebut sebagai granulasi dan menutup bagian atas
luka dengan jaringan epitel (epitelisasi). Fibroblas adalah sel-sel yang mensintetis
kolagen yang akan menutup luka.
Fase Maturasi/Remodeling
■ Selama proses ini dihasilkan jaringan parut yang pucat karena jaringan parut
mengandung lebih sedikit sel-sel pigmentasi. Terlihat pengerutan maksimal pada
luka. Pada akhir fase ini, perupaan luka kulit mampu menahan regangan kira-kira
80% kemampuan kulit normal. Hal ini tercapai kira-kira 3-6 bulan setelah
penyembuhan . perupaan luka tulang (patah tulang) memerlukan waktu satu tahun
atau lebih untuk membentuk jaringan yang normal secara histologi atau secara
bentuk.
KLASIFIKASI PENYEMBUHAN LUKA

Penyembuhan Luka Primer


■ Jenis penyembuhan luka primer terjadi bila luka segera diusahakan bertaut,
biasanya dengan bantuan jahitan. Parut yang terjadi biasanya lebih halus dan kecil.
Penyembuhan Luka Sekunder
■ Penyembuhan luka sekunder merupakan penyembuhan luka kulit yang terjadi tanpa
pertolongan dari luar. Penyembuhan ini berjalan alami atau mandiri dilakukan oleh
tubuh. Luka akan terisi jaringan granulasi yang tumbuh dari dasar luka dan akhirnya
akan ditutup oleh jaringan epitel. Penyembuhan seperti ini biasanya memerlukan
waktu uang cukup lama dan akan meninggalkan jaringan parut yang kurang baik,
terutama bila luka terbuka/mengaga lebar.
Penyembuhan Luka Tersier (Primer Tertunda)
■ Namun, jahitan luka tidak dapat langsung dilakukan pada luka terkontaminasi berat
dan/ atau tidak berbatas tegas. Luka yang compang-camping seperti luka tembak,
sering meniggalkan jaringan yang tidak dapat hidup yang pada pemeriksaan
pertama sukar dikenal.
PERAWATAN LUKA
Perawatan Luka bersih 3 hari sekali ganti verban sedangkan Luka kotor tiap hari 2 kali ganti
perban (luka berbau dan ada sekret).
■ Perawatan luka secara umum:
1. Pada setiap perlukaan perhatikan keadaan umum terlebih dulu. Apabila keadaan umum
buruk usahakan terlebih dulu perbaikan keadaan umum.Apabila perdarahan tampak terus
berlanjut dan merupakan penyebab dari keadaan umum yang buruk maka perdarahan dan
keadaan umum buruk diatasi secara bersama-sama.
2. Saat terjadinya perlukaan :
■ Luka kurang dari 6 jam : Luka ini dianggap luka bersih (clean wound) . Luka seperti ini
diharapkan akan sembuh per-primam (dengan tindakan yang adekuat) dan dapat dilakukan
tindakan primer / penjahitan primer.
■ Luka terkontaminasi: Luka ini diragukan untuk dapat sembuh secara primer karena itu
diberikan tindakan ekspektatip (kompres zat antiseptika dan diberikan antibiotika). Apabila
pada hari ke-3-7 tidak timbul radang bila perlu dapat dilakukan tindakan penjahitan ;
penjahitan disini disebut jahitan primer tertunda (delayed primary suture). Bila antara hari ke-
3-7 timbul pus maka luka dianggap luka terinfeksi.
■ Luka terinfeksi : Setiap luka diatas 12 jam dianggap luka terinfeksi. Pada luka ini diberi kompres
dan antibiotika sambil menunggu hasil kultur dan resistensi test untuk pemberianantibiotika yang
sesuai.. Apabila kemudian proses radang sudah tenang dan timbul jaringan granulasi sehat dapat
dilakukan jahitan sekunder.
Perkecualian untuk penanganan ini:
■ Luka lebih lama dari 6 jam tanpa tanda-tanda radang dan sudah diberi zat antiseptika sebelumnya
dapat dilakukan tindakan primer.
■ Luka terkontaminas didaerah wajah tetap dilakukan penjahitan primer.
■ Luka kurang dari 6 jam didaerah perineum tetap dianggap luka terkontaminasi.
■ Perlukaan lebih dari 6 jam tetap dapat dilakukan eksplorasi
Profilaksis tetanus :
Dapat diberikan dalam bentuk Toksoid, ATS atau imunoglobulin. ATS diberikan 1500U,Toksoid 1cc atau
imunoglobulin 250U (pada orang dewasa).
■ Medikamentosa Sebaiknya diberikan antibiotika profilaksis.
■ Pembukaan jahitan :
Pada daerah wajah jahitan dibuka hari ke-4 untuk menghindari terjadinya "railroad track" yang akan
sangat sulit untuk dikoreksi. Apabila pada saat kontrol tampak adanya pus, maka jahitan segera dibuka
pada dimana tampak pernanahan.
Perawatan luka khusus:
■ Perlukaan pembuluh darah : Apabila terdapat perlukaan pada pembuluh darah sebagai tindakan
sementara dapat dilakukan tindakan penekanan daerah luka atau penekanan pada nadi proksimal
dari luka.Sebagai tindakan definitip adalah ligasi atau repair dari perlukaan pembuluh darah.
■ Perlukaan syaraf perifer : Pada luka bersih, maka repair syaraf dapat dilakukan secara primer, pada
luka terkontaminasi atau terinfeksi dilakukan secara sekunder.
■ Perlukaan tendo : Bila luka dijahit primer maka tendo juga diusahakan untuk dijahit secara primer.
Perkecualian adalah pada daerah "no mans land" pada tangan dimana dimana repair dilakukan
secara sekunder.
■ Perlukaan daerah toraks dan abdomen : Harus selalu ditentukan apakah luka tembus atau tidak.
■ Perlukaan daerah wajah dan kepala : Apabila terdapat luka pada daerah kepala maka rambut harus
dicukur terlebih dahulu. Alis tidak diperbolehkan untuk dicukur. Apabila terdapat perdarahan maka
langsung dilakukan penjahitan tanpa hemostasis kecuali bila terkena pembuluh darah sedang atau
besar. Perlukaan pada daerah pipi harus dipastikan bahwa tidak terdapat kerusakan pada n.VII
ataupun ductus Stenoni.
■ Perlukaan daerah leher : Apabila luka dalam dan ada kemungkinan terkena organ penting
(pembuluh darah dsb) maka perlu eksplorasi.
PERTOLONGAN PERTAMA PADA LUKA
■ Pertama-tama, lakukan pemeriksaan secara teliti untuk memastikan apakah ada perdarahan
yang harus dihentikan. Kemudian, tentukan jenis trauma, tajam atau tumpul. Luasnya
kematian jaringan, banyaknya kontaminasi dan berat ringannya luka.
Tindakan
■ Perawatan luka akan tergantung pada jenis luka, berat ringannya luka, ada tidaknya
perdarahan dan risiko yang dapat menimbulkan infeksi. Prinsip umum pertolongan pertama
pada luka sebagai berikut
■ Mencuci tangan dengan menggunakan sabun atau larutan antiseptik
■ Segera pantau luka kemungkinan adanya benda asing dalam luka
■ Bersihkan pinggiran luka dengan antiseptik atau sabun antiseptik. Bila luka dalam, bersihkan
dengan normal saline (cairan infus/NS, jika tidak ada gunakan air matang beri sedikit garam)
dari pusat luka ke arah luar, setelah luka dibersihkan kemudian lakukan irigasi luka dengan
normal salin.
■ Keringkan luka dengan kasa steril yang lembut
■ Berikan antibiotk atau obat antiseptik yang sesuai
■ Tutup luka dengan kasa steril dan paten
■ Tinggikan posisi luka bia terjadi perdarahan dan imobilisasi
Kontrol perdarahan
■ Pantau keadaan luka (angkat atau gunting pakaian pada area injury) bila diperlukan
■ Ambil benda asing secara perlahan bila terdapat benda asing dalam luka
■ Lakukan penekanan area perdarahan dengan kasa steril
■ Lakukan penutupan area luka dengan kasa steril
■ Lakukan pembalutan
Dressing/Pembalutan
Tujuan :
■ memberikan lingkungan yang memadai untuk penyembuhan luka
■ absorbsi drainase
■ menekan dan imobilisasi luka
■ mencegah luka dan jaringan epitel baru dari cedera mekanis
■ mencegah luka dari kontaminasi bakteri
■ meningkatkan hemostasis dengan menekan dressing
■ memberikan rasa nyaman mental dan fisik pada pasien
KOMPLIKASI PENYEMBUHAN LUKA
Infeksi
■ Kunci pengobatan yang efektif adalah dengan cepat mengidentifikasi patogenesanya
■ Kultur jaringan harus dianalisis dan diidentifikasi mikroorganismenya.
■ Penggunaan antibiotik harus segera dimulai pada selulitis dan fascitis berdasarkan hasil kultur.
Gangguan terhadap Luka
■ Terutama pada orang tua dan lemah.
■ Laki-laki lebih sering.
■ Sering hari ke 5 - 12 post operasi.
Dehisensi
■ Luka terlipat dan terbuka (splitting open).
■ Luka terbuka adalah pemisahan sebahagian atau seluruhnya lapisan jaringan setelah penutupan.
■ Terlipatnya jaringan dapat terjadi akibat: Banyaknya tekanan pada jaringan yang baru dijahit.
Eviserasi
■ Ditandai dengan menonjolnya usus melalui luka pada abdomen yang sebelumnya telah ditutup.
■ Akibat tingginya tekanan intra abdominal kembung, mual, dan batuk setelah pembedahan akan
meningkatkan tekanan pada luka.

Anda mungkin juga menyukai