Bahan Sosialisasi Produk Hukum Desa

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 27

MEKANISME

PENYUSUNAN
PRODUK HUKUM DESA
Oleh : Bagian Hukum dan Organisasi Setdakab. Mesuji
Disampaikan dalam Kegiatan Pelatihan Pembuatan Produk Hukum di
Desa Se Kecamatan Simpang Pematang, Kabupaten Mesuji
Simpang Mesuji, 18 Desember 2018
DASAR HUKUM:
 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan
 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 ttg Desa
 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
jo. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015
 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor
111 Tahun 2014 Tentang Pedoman Teknis Peraturan Di Desa
 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor
44 Tahun 2016 Tentang Kewenangan Desa
HIRARKIE PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN:

Pasal 7 ayat (1) UU 12 Tahun 2011:

 Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945;
 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
 Undang-Undang/Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang;
 Peraturan Pemerintah;
 Peraturan Presiden;
 Peraturan Daerah Provinsi; dan
 Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Dimana kedudukan Peraturan yang


ditetapkan oleh Kepala Desa (Produk
Hukum Desa) ?
KEDUDUKAN PRODUK HUKUM DESA DALAM SISTEM
HUKUM INDONESIA
Pasal 8 UU 12 Tahun 2011:
(1) Jenis Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
(1)mencakup peraturan yang ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi,
Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, badan, lembaga,
atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-Undang atau Pemerintah atas
perintah Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang
setingkat.
(2) Peraturan Perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diakui
keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang
diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi atau
dibentuk berdasarkan kewenangan.
APA SAJA PRODUK HUKUM DESA ITU?

BERSIFAT  PERATURAN DESA


 PERATURAN BERSAMA
PENGATURAN KEPALA DESA
(REGELLING)  PERATURAN KEPALA DESA
PRODUK
HUKUM
DESA
BERSIFAT
KEPUTUSAN KEPALA
PENETAPAN
DESA
(BESCHIKKING)
PENGERTIAN MENGENAI PRODUK HUKUM DESA

 Peraturan Desa adalah Peraturan Perundang-undangan yang


ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama
BPD.

 Peraturan Bersama Kepala Desa adalah Peraturan yang ditetapkan


oleh dua atau lebih Kepala Desa dan bersifat mengatur.

 Peraturan Kepala Desa adalah Peraturan yang ditetapkan oleh Kepala


Desa dan bersifat mengatur.

 Keputusan Kepala Desa adalah penetapan yang bersifat konkrit,


individual, dan final.
MUATAN MATERI PERATURAN DI DESA

PERATURAN DESA PERATURAN PERATURAN


BERSAMA KEPALA KEPALA DESA
DESA
Pelaksanaan kewenangan Materi kerjasama desa Pelaksanaan Peraturan
desa dan penjabaran lebih Desa, Peraturan Bersama
lanjut dari peraturan Kepala Desa, dan tindak
perundang-undangan yang lanjut dari peraturan
lebih tinggi perundang-undangan yang
lebih tinggi

Peraturan di desa dilarang bertentangan dengan


kepentingan umum, dan/atau ketentuan Peraturan
Perundang-undangan yang lebih tinggi.
JENIS KEWENANGAN DESA

 kewenangan berdasarkan hak asal usul;


 kewenangan lokal berskala Desa;
 kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; dan
 kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
TAHAPAN PEMBENTUKAN
PERATURAN DESA
(PERMENDAGRI 111 TAHUN 2014)
 Perencanaan
 Penyusunan
 Pembahasan
 Penetapan
 Pengundangan
 Penyebarluasan
TAHAPAN PERENCANAAN
 Perencanaan penyusunan rancangan Peraturan Desa
ditetapkan oleh Kepala Desa dan BPD dalam rencana
kerja Pemerintah Desa.
 Lembaga kemasyarakatan, lembaga adat dan lembaga
desa lainnya di desa dapat memberikan masukan
kepada Pemerintah Desa dan atau BPD untuk rencana
penyusunan rancangan Peraturan Desa.
TAHAPAN PENYUSUNAN
 Penyusunan rancangan Peraturan Desa dapat diprakarsai oleh Pemerintah Desa dan
diusulkan BPD.
 Rancangan Peraturan Desa yang telah disusun, wajib dikonsultasikan kepada masyarakat
desa (diutamakan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat yang terkait langsung
dengan substansi materi pengaturan) dan dapat dikonsultasikan kepada camat untuk
mendapatkan masukan.
 Rancangan Peraturan Desa yang telah dikonsultasikan disampaikan Kepala Desa kepada
BPD untuk dibahas dan disepakati bersama.
 Rancangan Peraturan Desa usulan BPD dikecualikan untuk rancangan Peraturan Desa
tentang rencana pembangunan jangka menengah Desa, rancangan Peraturan Desa tentang
rencana kerja Pemerintah Desa, rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa dan
rancangan Peraturan Desa tentang laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APB
Desa.
 Rancangan Peraturan usulan BPD dapat diusulkan oleh anggota BPD kepada pimpinan
BPD untuk ditetapkan sebagai rancangan Peraturan Desa usulan BPD
TAHAPAN PEMBAHASAN
 BPD mengundang Kepala Desa untuk membahas dan menyepakati
rancangan Peraturan Desa.
 Dalam hal terdapat rancangan Peraturan Desa prakarsa Pemerintah Desa
dan usulan BPD mengenai hal yang sama untuk dibahas dalam waktu
pembahasan yang sama, maka didahulukan rancangan Peraturan Desa
usulan BPD sedangkan Rancangan Peraturan Desa usulan Kepala Desa
digunakan sebagai bahan untuk dipersandingkan
 Rancangan Peraturan Desa yang belum dibahas dapat ditarik kembali oleh
pengusul.
 Rancangan Peraturan Desa yang telah dibahas tidak dapat ditarik kembali
kecuali atas kesepakatan bersama antara Pemerintah Desa dan BPD
TAHAPAN PENETAPAN
 Rancangan peraturan Desa yang telah disepakati bersama disampaikan oleh
pimpinan Badan Permusyawaratan Desa kepada kepala Desa untuk
ditetapkan menjadi peraturan Desa paling lambat 7 (tujuh) Hari terhitung
sejak tanggal kesepakatan.
 Rancangan peraturan Desa wajib ditetapkan oleh kepala Desa dengan
membubuhkan tanda tangan paling lambat 15 (lima belas) Hari terhitung
sejak diterimanya rancangan peraturan Desa dari pimpinan Badan
Permusyawaratan Desa
 Rancangan Peraturan Desa yang telah dibubuhi tanda tangan disampaikan
kepada Sekretaris Desa untuk diundangkan.
 Dalam hal Kepala Desa tidak menandatangani Rancangan Peraturan Desa,
Rancangan Peraturan Desa tersebut wajib diundangkan dalam Lembaran
Desa dan sah menjadi Peraturan Desa.
TAHAPAN PENYEBARLUASAN
 Penyebarluasan dilakukan oleh Pemerintah Desa dan BPD
sejak penetapan rencana penyusunan rancangan Peraturan
Desa, penyusunan Rancangan Peratuan Desa, pembahasan
Rancangan Peraturan Desa, hingga Pengundangan
Peraturan Desa.
 Penyebarluasan dilakukan untuk memberikan informasi
dan/atau memperoleh masukan masyarakat dan para
pemangku kepentingan.
EVALUASI KLARIFIKASI

Adalah pengkajian dan penilaian


terhadap Rancangan
Peraturan Desa untuk Adalah pengkajian dan penilaian
mengetahui bertentangan dengan terhadap Peraturan di Desa
kepentingan umum dan/atau untuk mengetahui bertentangan
peraturan perundang-undangan dengan kepentingan umum
yang lebih tinggi dan/atau peraturan perundang-
(untuk Raperdes mengenai undangan yang lebih tinggi
APBDes, tata ruang, pungutan,
organisasi Perangkat desa)
Bertentangan dengan kepentingan umum adalah kebijakan yang
menyebabkan:
terganggunya kerukunan antar warga masyarakat;
terganggunya akses terhadap pelayanan publik;
terganggunya ketentraman dan ketertiban umum;
terganggunya kegiatan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
dan/atau
diskriminasi terhadap suku, agama dan kepercayaan, ras, antar golongan, dan gender.

Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi


memiliki pengertian:
 Muatan materi pengaturan Raperdes/Perdes harus mencerminkan Pancasila sebagai
Fundamentalnorm/Sumber segala sumber hukum; dan
 Muatan materi pengaturan Raperdes/Perdes harus sinkron/selaras dengan
peraturan perundang-undangan dari tingkat Kabupaten – Provinsi – Pusat.
TERTIB TERTIB
TERTIB TERTIB IMPLEMENTASI
SUBSTANSI PROSEDUR
KEWENANGAN
Pembentukan Substansi dalam Pembentukan Bermakna bahwa
Perdes harus Perdes sesuai Perdes baik setelah Perdes
sesuai dengan dengan ketentuan dimulai dari diundangkan, tidak
dalam : tahapan berarti Perda
kewenangan UU 6/2014 tersebut sudah bisa
perencanaan,
pemrakarsa PP 43/2014 penyusunan,
bekerja dengan
pembentuk sendirinya, tetapi
Permendagri pembahasan, masih diperlukan
Perdes 44/2016 Penetapan, langkah langkah
Pengundangan lanjutan agar Perdes
dan bisa efektif yakni
penyebarluasan Sosialiasi, Manajemen
Hkm (SDM, Anggaran,
Sapras,SOP) dan
penegakannya.

Sesuai dengan teknik legal drafting


o kejelasan tujuan
o Kelembagaan/pejabat
pembentuk yang tepat
Dalam membentuk o Kesesuaian antara jenis,
Peraturan di Desa harus hierarki, dan materi
dilakukan berdasar asas
muatan
pembentukan peraturan
perundang-undangan yang o Dapat dilaksanakan
baik, meliputi: o Kedayagunaan &
kehasilgunaan
o Kejelasan rumusan
o keterbukaan
Selain mencerminkan asas
tersebut, Perdes dapat
o Pengayoman dapat berisi asas lain sesuai
o Kemanusiaan dengan bidang yang
bersangkutan
o Kebangsaan
o Kekeluargaan
o Kenusantaraan
o Bhinneka tunggal ika
o Keadilan
Materi muatan
Peraturan Desa
o Kesamaan kedudukan
harus mencerminkan dalam hukum dan
asas: pemerintahan
o Ketertiban dan kepastian
hukum
o Keseimbangan, keserasian,
dan keselarasan
Ketentuan mengenai teknik
penyusunan Peraturan di Desa
dan Keputusan Kepala Desa
sesuai dengan ketentuan
Undang-Undang tentang
Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan
Mengacu pada ketentuan
Lampiran II UU Nomor 12
Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan, yang
menjadi pedoman
penyusunan peraturan
perundang-undangan dari
sisi Legal Drafting
A. JUDUL
B. PEMBUKAAN
1. Frasa “Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa”
2. Jabatan pembentuk (Kepala Desa)
3. Konsideran
4. Dasar hukum
5. Diktum
C. BATANG TUBUH
1. Ketentuan umum
2. Materi pokok yang diatur
3. Ketentuan peralihan (jika diperlukan)
4. Ketentuan penutup
D. PENUTUP
E. PENJELASAN (jika diperlukan)
F. LAMPIRAN (jika diperlukan)
 Konsideran memuat uraian singkat mengenai pokok pikiran yang
menjadi pertimbangan dan alasan pembentukan Peraturan
 Pokok pikiran konsiderans memuat unsur filosofis, sosiologis, dan
yuridis yang menjadi pertimbangan dan alasan pembentukan
peraturan dan ditempatkan secara berurutan
 Konsideran cukup memuat satu pertimbangan yang berisi uraian
ringkas mengenai perlunya melaksanakan ketentuan pasal atau
beberapa pasal dari peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi yang memerintahkan pembentukan Perdes dengan
menunjuk pasal atau beberapa pasal yang memerintahkan
 Dasar hukum memuat:
a. Dasar kewenangan pembentukan Perdes
b. Peraturan perundang-undangan yang memerintahkan
pembentukan Perdes
 Peraturan yang digunakan sebagai dasar hukum hanya peraturan
perundang-undangan yang tingkatannya sama atau lebih tinggi
 Urutan pencantuman memperhatikan tata urutan peraturan
perundang-undangan (hierarki) dan jika tingkatannya sama
disusun secara kronologis berdasarkan saat pengundangan atau
penetapannya
 Ketentuan umum berisi:
a. Batasan pengertian atau definisi
b. Singkatan atau akronim yang dituangkan dalam batasan
pengertian atau definisi
c. Hal-hal lain yang bersifat umum yang berlaku bagi pasal atau
beberapa pasal berikutnya, antara lain ketentuan yang
mencerminkan asas, maksud, dan tujuan tanpa dirumuskan
tersendiri dalam pasal atau bab
 Kata/istilah yang dimuat dalam ketentuan umum hanyalah kata
atau istilah yang digunakan berulang-ulang di dalam pasal atau
beberapa pasal selanjutnya
 Rumusan definisi harus sama dengan rumusan definisi dalam
peraturan perundang-undangan yang telah berlaku
 Pembagian materi pokok ke dalam kelompok yang lebih kecil
dilakukan menurut kriteria yang dijadikan dasar pembagian
Contoh: berdasarkan kronologis/ urutan.
SEKIAN
dan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai