Anda di halaman 1dari 15

CASE SCIENCE SESSION

COMPARISON OF TWO
APPROACHES FOR THE
TREATMENT OF
ANTERIOR CROSS BITE

Presented by : Ika Dewi R

Prceptor by : drg. Shella, Sp.Ort


Journal Analysis

 Title :
Comparison Of Two Approaches For
The Treatment Of Anterior Cross
Bite

 Author :
Sanjay Chachra, Preety Chaudhry
Introduction

Moyers mendefinisikan cross bite anterior sebagai suatu maloklusi gigi


yang disebabkan adanya abnormalitas pada inklinasi satu atau lebih
gigi rahang atas.

Praktisi dapat menentukan apakah cross bite disebabkan oleh skeletal


atau dental berdasarkan dari analisa profil dan pemeriksaan
intraoral.

Jenis crossbite anterior biasanya pada pasien yang :


1. Gigi molar dan premolar berada dalam hubungan Klass I
2. Crosbite melibatkan satu atau dua gigi
3. Profil pasien normal dan sama saat posisi rest mandibula
4. Gigi yang impaksi dan gigi yang crossbite hanya terlihat inklinasi
abnormal di lingual biasanya disebabkan oleh faktor penyebab
lain.
Penyebab terjadinya crossbite anterior :
1. Ada supernumerary tooth pada labial yang mengakibatkan
torsiversi dan linguoversi pada incisivus
2. Trauma pada gigi decidui anterior hingga menyebabkan
perubahan perkembangan gigi permanent dan erupsi dalam
konsisi crossbite
3. Defisiensi panjang lengkung rahang karena linguoversi dari
gigi permanen anterior selama erupsi

Perawatan pada crossbite dilakukan menggunakan alat removable


dengan kerjasama yang baik antara dokter dengan pasien
untuk mendapatkan hasil yang baik.
AIM

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kecepatan


hasil dan keoperatifan pasien terhadap dua alat terapi
yang berbeda.
Terdapat dua kasus crossbite anterior dengan perawatan
yang berbeda yaitu :
1. Tongue blade therapy dengan Catalan’s appliance
2. Z-spring dan posterior bite plane

Kedua kasus ini adalah pasien dengan periode awal gigi


bercampur, memiliki Klass I relasi molar dan relasi
kaninus. Pada kedua kasus ini terdapat jarak mesiodistal
yang cukup untuk mecapai gerakan labial gigi rahang
atas
Kasus I
Pasien berusia 9 tahun yang
dilaporkan ke departemen Pedodontik
dengan keluhan utama “crooked teeth”.
Hasil pemeriksaan intraoral menunjukkan
bahwa gigi permanent incisivus central
RA telah erupsi tetapi incisivus central
kanan RA mengalami linguoversi.
Diagnosa kasus ini : Single tooth dental
type anterior crossbite
Treatment :
Terapi awal dengan tongue blade. Pasien
diinstruksikan untuk memasukkan tongue
blade dan menggigit selama 5 detik diikuti
istirahat dan diulang 25 kali untuk setiap 3
kali sehari.
Tetapi pasien melaporkan setelah 4 hari tidak
ada perubahan. Kemudian dibuatkan inclined
plane menggunakan akrilik.
Pada kasus ini crossbite anterior
telah terkoreksi dalam waktu 7 hari.
Pasien melaporkan tidak ada
sensitifitas atau nyeri pasca terapi.
Namun pasien disarankan diet lunak
selama 1 minggu untuk mencegah
peradangan pada periodontal dan
struktur sekitarnya.
Kasus II
Pasien usia 9 tahun dilaporkan ke
departemen Pedodontik dengan keluhan
utama “unesthetic appearance”.
Pemeriksaan ekstra oral didapatkan profil
pasien normal. Hasil pemeriksaan
intraoral didapatkan gigi permanent
incisivus central kiri RA linguoversi.
Treatment :
Pada kasus ini Hawley’s appliance dengan double
cantilever spring pada gigi permanen incisicus central
kiri RA dengan posterior bite plane. Kemudian Z-spring
diindikasikan pada kasus ini karena ada ruang yang
cukup untuk labilisasi gigi incisivus central RA.

Selanjutnya pasien kontrol setelah 1 minggu dan double


cantilever spring diaktifkan dan hasil yang diinginkan
terlihat setelah 4 minggu.
Pasien kooperatif dan tidak mengeluhkan adanya rasa
sakit atupun peradangan.
Discussion
Alat yang dapat digunakan untuk single tooth dental anterior
crossbite adalah :
1. Tongue blade therapy
2. Reverse SSC
3. Mandibular acrylic inclined bite plane cekat atau lepasan
4. Hawley’s appliance dengan Z-spring

Tongue blade merupakan metode efektif pada periode awal gigi erupsi
tetapi dengan kerjasama yang baik dari pasien, yang tidak bisa
dicapai pada Kasus I.

Reverse SSC adalah salah satu metode yang memiliki kelemahan yaitu
sulitnya adaptasi dari mahkota SSC ke gigi yang crossbite. Dan
reverse SSC adalah perwatan yang tidak estetik pada kasus
crossbite anterior sehingga sering ditolak oleh pasien dan
keluarganya.
Outcome

 Penggunaan fluoride varnish dapat mencegah karies dini


pada anak
 Penggunaan fluoride varnish mengurangi peningkatan
karies
 Fluoride varnish direkomendasikan untuk pemberian
pada kunjungan awal terutama pada anak-anak dengan
resiko karies tinggi
 Pemberian fluoride varnish pada kunjungan pertama
akan membantu mengurangi terjadinya penyakit dimasa
mendatang
CRITICAL APPRAISAL

 Penelitian ini baik karena melaporkan dua kasus dengan


jenis keluhan (diagnosa) atau kondisi yang sama
sehingga perbandingan yang didapat lebih akurat.
 Penelitian ini melaporkan hasil yang sesuai dengan
tujuan awal sehingga berkesinambungan
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai