Kelompok 5
LANJUTAN ISOMETRI
Devi Yulianti 332016007
Neneng Kurnia Ningsih 332016009
Rosi Rasuanti 332016010
Apabila reflexi geser dikalikan dengan salah satu dari ketiga
isometri yang semula atau reflexi geser dikalikan dengan
reflexi geser yang lain, maka apakah kita akan memperoleh
suatu isometri yang baru?
Hasil kali reflexi geser dengan translasi.
Andaikan R sebuah reflexi geser dengan sumbu t sehingga
R=GABMt dengan AB // t. Andaikan GCD sebuah translasi.
Maka GCD R = GCD (GABMt)
= (GCD GAB ) Mt
Karena hasil kali dari dua translasi adalah translasi, maka ada dua
garis berarah EF sehingga GCD GAB = GEF. Dengan demikian maka
GCD R = GEF Mt.
Apabila EF t, maka GEF Mt adalah suatu reflexi pada sebuah garis
yang sejajar dengan t.
Apabila EF tidak tegak lurus pada t, maka GEF Mt adalah suatu
reflexi geser.
Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil kali reflexi geser
dengan sebuah translasi adalah suatu reflexi atau reflexi
geser.
Hasil kali reflexi geser dengan reflexi.
Bukti :
Dipunyai tiga titik yang tak kolinear (A, B, C). Andaikan ada dua isometri T1
dan T2 sehingga,
T1(A) = A’ = T2 (A)
T1(B) = B’ = T2 (B)
T1(C) = C’ = T2(C)
Karena T1 dan T2 isometri – isometri, maka
AB = A’B’
AC = A’C’
BC = B’C’
Karena A, B, C tak segaris, maka A’, B’, C’ juga tak segaris.
Andaikan T1(P) T2(P) dan T1(P) = P’, T2(P) = P’’, Maka
PA = P’A’ = P’’A’. Jadi A’ terletak pada sumbu ruas garis .
Dengan cara yang serupa, didapat B’, C’ juga
terletak pada sumbu . Jadi A’, B’, C’ segaris.
Ini tentunya berlawanan dengan sifat bahwa A’, B’, C’ tak
segaris. Jadi haruslah T1(P) = T2(P), . Ini berarti T1 = T2.
Jadi ada paling banyak satu isometri yang
memetakan A pada A’, B pada B’, dan C pada C’. Bahwa
tidak selalu ada isometri, dapat kita lihat apabila
∆ 𝐴𝐵𝐶tidak kongruen dengan ∆ 𝐴′𝐵′𝐶′ .
Teorema 13.2 (Perluasan Teorema Ketunggalan Isometri).
Jka s sebuah garis melalui titik asal sebuah sistem koordinat orthogonal
dan jika Ms memetakan A = (1,0) pada B = (h,k) dan P = (x,y)
maka Ms(P) = (hx + ky, kx - hy).
Bukti:
Dipunyai sebuah sistem koordinat, dengan titik A = (1,0) , B = (h,k) ,
P = (x,y) dan s garis melalui titik asal sistem koordinat.
Perhatikan gambar berikut
B(h,k) s Andaikan T memetakan P = (x,y)
pada titik (hx + ky, kx – hy), T(P) =
(hx + ky, kx – hy). Akan dibuktikan
bahwa T = Ms.
O A(1,0)
Gambar 13.1
Akan dibuktikan bahwa T sebuah isometri.
Andaikan P1= (x1,y1), P2 = (x2,y2) dua titik sebarang,
Maka P’1=T(P1) = (hx1 + ky1, kx1 – hy1), dan P’2=T(P2) = (hx2 + ky2, kx2 – hy2).
Sehingga,
(P’1P’2)2 = [(hx1 + ky1) – (hx2 + ky2)]2 + [(kx1 – hy1) – (kx2 – hy2)]2
= [h(x1- x2) + k(y1– y2)]2 + [k(x1 – x2) – h(y1 – y2)]2
= (h2 + k2)(x1-x2)2 + (k2+h2)(y1-y2)2
Oleh karena itu B = Ms(A) dan Ms(O) = O.
Maka OB = OA. Karena OA = 1 dan OB = ℎ2 + 𝑘 2 maka h2 + k2 = 1.
Sehingga P1' P2' x1 x2 2 y1 y2 2 P1 P2
Jadi T sebuah isometri.
Teorema 13.4.
Apabila ada dua ruas garis dan ruas garis sehingga . Maka ada
dua isometri yang satu isometri langsung dan yang lain isometri lawan
yang memetakan A pada C dan B pada D.
Bukti :
Dipunyai dua ruas garis 𝐴𝐵 dan ruas garis 𝐶𝐷 sehingga 𝐴𝐵 ≅
𝐶𝐷
Kasus 1 : 𝐴 = 𝐶, 𝐵 ≠ 𝐷
Perhatikan gambar berikut:
B
Andaikan 𝐴 = 𝐶, 𝐵 ≠ 𝐷 dan s sumbu
ruas 𝐵𝐷 , 𝐴𝐵 ≅ 𝐶𝐵. Karena A = C maka
𝐴𝐵 ≅ 𝐴𝐷 sehingga s melalui A.
Jadi M s A A C dan M s B D .
s
A=C
Sehingga M s adalah isometri lawan
Gambar 13.3 D t
A A
D
C
C t
B B’=D
B B’ u
Kasus 2: 𝐴 = 𝐶, 𝐵 = 𝐷
Maka jika s = 𝐴𝐵. Diperoleh Ms(A) = C dan Ms(B) = D yaitu isometri
lawan. Sedangkan I = MsMt adalah isometri langsung .
Teorema 13.5 :
Setiap isometri adalah hasil kali dari paling banyak tiga refleksi garis.
Teorema 13.6 :
Jika ∆𝑨𝑩𝑪 ≅ ∆𝑨′𝑩′𝑪′ maka ada tepat satu isometri yang
memetakan A pada A’ ; B pada B’ ; C pada C’.