Anda di halaman 1dari 46

PRESENTASI KASUS

BELL’S PALSY

Ellyna Aisha Sari

Dokter Pembimbing :
dr. M. Ardiansyah M.Kes Sp.S
IDENTITAS
• Nama : Ny. SP
• Usia : 37 tahun
• Alamat : Tidar Sawe, Magelang
• Agama : Islam
• Pekerjaan : IRT
• Status : Menikah
ANAMNESIS

Keluhan Utama
• Bibir merot, wajah bagian kiri terasa
tidak nyaman
Keluhan Tambahan
• Mata kiri tidak bisa mengedip dan sering
berair, kadang terasa nyeri di bagian
telinga kiri
Riwayat Penyakit Sekarang
• Pasien datang ke poli spesialis syaraf dengan
keluhan bibir merot sejak kurang lebih 2 minggu
SMRS.
• Gejala yang dirasakan sebelum bibir merot adalah
rasa tidak nyaman pada wajah bagian kiri ketika
bangun pagi untuk mengambil air wudhu. Dua hari
setelah rasa tidak nyaman pada wajah bagian kiri,
bibir mulai merot. Mata kiri tidak dapat
ditutup/mengedip, terasa sering berair dan telinga
sebelah kiri terasa nyeri.
• Rasa kesemutan, nyeri pada mata, pandangan
kabur/dobel, dan kelemahan anggota gerak tidak
dikeluhkan oleh pasien. Pasien menyatakan tidak
mengalami demam sebelum gejala muncul, tidak
pernah ada
Riwayat Penyakit Dahulu
• Riwayat penyakit serupa :(-)
• Riwayat tumor payudara :(+)
• Riwayat herpes simplek : (-)
• Riwayat otitis media : (-)
• Riwayat HT, DM, jantung : (-)
• Riwayat trauma kepala : (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
• Riwayat penyakit serupa : (-)
• Riwayat herpes simplek : (-)
• Riwayat otitis media : (-)
• Riwayat HT, DM, jantung : (-)
Riwayat Pengobatan
• Pasien mengaku belum pernah
berobat dan sedang tidak
m e n g k
on s
u ms
Ri waya tA le rgi iobat apapun

• Riwayat alergi debu, dingin, makanan


dan obat-obatan disangkal
Riwayat Sosial dan
Kebiasaan
• Pasien adalah seorang ibu rumah
tangga, riwayat terpapar angin terus
menerus disangkal seperti terkena kipas
angin atau berkendara menggunakan
sepeda motor.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
• Keadaan Umum : Baik
• Kesadaran : Compos Mentis, GCS : E4V5M6
• Vital Sign :
• Tekanan Darah : 140/90mmHg
• Nadi : 80x/menit
• Respirasi : 24x/menit
• Suhu : 360C
• Meningeal signs : kaku kuduk (-), Brudzinski I (-), Brudzinski II (-)
• Kepala :
• Mata : pupil isokor d= 3mm/3mm, refleks cahaya (+/+), releks
kornea (+/+)

• Leher : pembesaran KGB (-)


• Dada : paru dan jantung dalam batas normal
• Abdomen : dalam batas normal
Pemeriksaan Neurologi
No. Nama Komponen yg diperiksa Kanan Kiri
Nervus
1. I: Olfaktorius Secara subyektif : Tidak Tidak
Membau sesuatu secara dilakukan dilakukan
bergantian hidung ditutup
2. II: Optikus -Tajam Penglihatan Normal Normal
-Lapang Penglihatan (>2/60) (>2/60)
-Melihat warna Normal Normal
-Funduskopi Normal Normal
Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
3. III: -Bentuk & ukuran pupil Bulat 3mm Bulat 3mm
Okulomotoriu -Refleks terhadap sinar (+) (+)
s -Gerak mata : atas, (+) (+)
bawah, medial
4. IV: -Gerak mata ke lateral (+) (+)
Trochlearis bawah
6. VI: Abducens -Gerak mata superior (+) (+)
oblique
7. VII: Facialis -Mengerutkan dahi (+) (-)
-Mengangkat alis (+) (-)
-Menutup mata (+) (-)
-Memperlihatkan gigi (+) (-)
-Meringis (+) (+) menurun
-Mencucu (+) (+) menurun
-Menggembungkan (+) (-)
pipi Tidak Tidak
-Pengecapan lidah 2/3 dilakukan dilakukan
anterior
8. VIII: -Pemeriksaan dengan (+) (+)
Vestibulotroklear suara Tidak Tidak
is -Tes Rhine, Weber, dan dilakukan dilakukan
Swabach
9. IX: -Pemeriksaan Normal Normal
Glossofaringeus orofaring
-Refleks muntah
10 X: Vagus -Bicara (+) (+)
. -Menelan (+) (+)

11 XI: Asesorius -Memalingkan kepala (+) (+)


. -Mengangkat bahu (+) (+)

12 XII: -Menjulurkan lidah (+) (+)


. Hipoglossus
Pemeriksaan

Sistem Motorik
• Dbn

Reflek
• Dbn

Fungsi Otonom
• Dbn
RESUME PEMERIKSAAN

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis di poli


penyakit syaraf RSUD Tidar Kota Magelang

Pasien mengeluh bibir bagian kiri perot, wajah bagian kiri


terasa tidak nyaman, mata kiri tidak bisa mengedip dan sering
berair. Terkadang pasien merasakan nyeri pada bagian telinga
kiri.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kelemahan pada
nervus VII sinistra perifer, yaitu kerutan dahi yang tidak simetris
(hanya dahi sebelah kanan yang dapat berkerut), kelopak mata
kiri tidak menutup sempurna, senyum yang tidak simetris, dan
sulit menggembungkan pipi.
SKALA UGO FISCH
No Pada saat Kategor Nilai
. i Global
1. Istirahat 30 6
2. Mengerutkan 30 3
dahi
3. Menutup mata 30 9
4. Tersenyum 70 21
5. Bersiul 30 3
Total 42
Penilaian : Sedang
SKALA UGO FISCH
Penilaian persentase:
• 0% : asimetris komplit, tidak ada gerakan volunter
• 30% : simetris wajah poor/jelek, kesembuhan yang ada
lebih dekat ke asimetris komplit daripada simetris normal
• 70% : simetris, fair/cukup, kesembuhan parsial yang
cenderung ke arah normal
H•a1s00il%P:esnimielatriisa,nnorm:al/komplit
• 100 : Normal
• 70-99 : Baik
• 30-69 : Sedang
• < 30 : Buruk
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Tidak dilakukan
DIAGNOSIS
Diagnosis klinis
• Paresis nervus VII tipe perifer

Diagnosis topik
• Paresis nervus VII sinistra tipe perifer

Diagnosis etiologi
• Bell’s palsy (idiopatik)

Diagnosis patologis
• Proses inflamasi
TATA LAKSANA

Medikamentosa:
• Prednison 1 x 60 mg (5 hari, kemudian
tapering off)
• Acyclovir 5 x 400 mg (7-10 hari)
N•NoenurModeexd1ikxa1mentosa:
• Kompres air hangat pada bagian yang sakit +/- 20
menit
• Massage wajah ke arah atas (lateral)
• Dianjurkan menjalani fisioterapi
• Mata ditutup saat tidur
TATA LAKSANA
• Edukasi:
• Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang
penyakitnya
• Menganjurkan untuk minum obat teratur dan
beristirahat
• Menganjurkan untuk kontrol perkembangan ke dokter secara
rutin
• Menganjuran untuk menghindari faktor resiko (menghindari
paparan angin pada wajah seperti kipas angin, atau
menggunakan helm yang menutupi wajah saat berkendara)
• Menganjurkan melakukan fisioterapi
PROGNOSIS

Kesembuhan (Ad Sanam)


• Dubia ad bonam

Jiwa (Ad Vitam)


• Dubia ad bonam

Fungsi (Ad Fungsionam)


• Dubia ad bonam
Tinjauan Pustaka

BELL’S PALSY (FACIAL


PALSY)
Definisi
• Bell’s palsy merupakan suatu
sindrom kelemahan wajah dengan
tipe lower motor neuron yang
disebabkan oleh keterlibatan saraf
fasialis perifer yang bersifat unilateral di
luar sistem saraf pusat, idiopatik, akut dan
tidak disertai oleh gangguan
pendengaran, kelainan neurologi lainnya
atau kelainan lokal.
Anatomi N. VII
• Komponen motorik yang mempersarafi
semua otot ekspresi wajah pada salah
satu sisi
• Komponen sensorik kecil (nervus
intermedius Wrisberg) yang
menerima sensasi rasa dari 2/3
depan lidah
• Komponen otonom yang merupakan
cabang sekretomotor yang
mempersarafi glandula lakrimalis
4 Serabut N.VII
• Serabut somato-motorik, yang mensarafi otot- otot
wajah (kecuali m. levator palpebrae (N.III), otot
platisma, stilohioid, digastrikus bagian posterior dan
stapedius di telinga tengah).
• Serabut visero-motorik (parasimpatis) yang datang
dari nukleus salivatorius superior. Serabut saraf ini
mengurus glandula dan mukosa faring, palatum, rongga
hidung, sinus paranasal, dan glandula submaksilaris
serta sublingual dan lakrimalis.
Serabut visero-sensorik, yang menghantar impuls
• dari alat pengecap di dua pertiga bagian depan lidah.
Serabut somato-sensorik, rasa nyeri (dan
ETIOLOGI & PATOFISIOLOGI
PATOGENESIS
• Entrapment Syndrome /Proses edema yang
menyebabkan kompresi N.VII
• Gates, membagi patogenesis menjadi 3 tipe:
– Tipe 1 (paresis ringan, penyembuhan yang baik,
spasme pembuluh darah)
– Tipe 2 (sinkenesis, degenerasi saraf, karena impuls dari
satu akson dapat menyebar ke akson yang berdekatan
dan berakibat kontraksi otot-otot lain = saltatory
movement)
– Tipe 3 (sensori 2/3 anterior lidah terganggu, virus akan
mempengaruhi saraf pada sel schwan, merusak autoimun
untuk sel membran saraf)
MANIFESTASI KLINIS
DIAGNOSIS
• ANAMNESIS
– Anamnesis yang lengkap mengenai onset, durasi, dan
perjalanan penyakit, ada tidaknya nyeri, dan gejala lain
yang menyertai penting ditanyakan untuk
membedakannya dengan penyakit lain yang
menyerupai.
– Pada Bell’s palsy kelumpuhan yang terjadi sering
unilateral pada satu sisi wajah dengan onset
mendadak (akut) dalam 1-2 hari dan dengan
perjalanan penyakit yang progresif, dan
mencapai paralisis maksimal dalam 3 minggu
atau kurang.
Pemeriksaan Fisik
• Kelumpuhan sentral atau perifer dalam
mendiagnosis kelumpuhan saraf fasialis harus
dibedakan.
• Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan
gerakan dan ekspresi wajah
• Pemeriksaan telinga dan audiometri, ini untuk
menyingkirkan adanya infeksi telinga tengah dan
kolestoma.
• Pemeriksaan neurologi dan nervi kraniales. Ini
untuk mencari adanya Ca. nasopharing atau tumor
pada sudut serebelo pontin.
• Pemeriksaan radiologi pada os temporal dan
mastoid untuk mencari adanya mastoiditis dan
Grade HBS Y-system
Normal, fungsi pada semua area simetris I 40
Sedikit kelemahan pada inspeksi mata, bisa II 32-38
menutup mata dengan penuh dengan sedikit
usaha, sedikit asimetris pada senyuman
dengan usaha maksimal, sedikit sinkinesis,
tidak ada kontraktur atau spasme
Kelemahan yang jelas namun tidak merubah III 24-30
penampakan wajah secara statis, tidak mampu
mengangkat alis, penutupan mata yang penuh dan
kuat, gerakan mulut yang tidak simetris pada usaha
maksimal, selain itu terdapat sinkinesis, mass
movement atau spasme (walaupun tidak terlihat saat
statis/ menyebabkan disfigurasi)
Kelemahan yang jelas dan menyebabkan IV 16-22
disfigurasi, ketidakmampuan menggangkat
alis, penutupan mata yang tidak penuh dan
asimetri mulut dengan usaha maksimal,
sinkinesis yang parah, mass movement, dan
spasme
Hanya sedikit gerakan yang mampu V 8-14
dilakukan, penutupan mata yang tidak penuh,
sedikit gerakan pada ujung mulut, sinkinesis,
kontraktur, namun spasme umumnya tidak didapati.

Tidak ada gerakan, tidak ada sinkinesis, VI 0-6


kontraktur, maupun spasme
Deferential Diagnosis
• Diagnosis banding paralisis fasialis dapat dibagi
menurut lokasi lesi sentral dan perifer.
Deferential Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang
Tata Laksana
Peran dokter umum sebagai lini terdepan pelayanan primer berupa
identifikasi dini dandini
berupa identifikasi merujuk ke spesialis
dan merujuk saraf saraf
ke spesialis
• Terapi Non Farmakologis
– Perlindungan kornea mata
– Masase otot yang lemah
– Rehabilitasi fasial
• Kategori inisiasi (asimetri sedang berat)
• Kategori
Kategori fasilitasi
fasilitasi (asimetri
(asimetri ringan-sedang
ringan-sedang tanpa
tanpa sinkinesis)
sinkinesis)
• Kategori
Kategori kontrol gerakan (simetri ringan sedang) dgn
sinkinesis
• Kategori relaksasi (sinkinesis hipertonisitas)
• Terapi Farmakologis
Terapi Farmakologis
• Inflamasi dan edema saraf fasialis merupakan penyebab
paling mungkin dalam patogenesis Bell’s palsy.
• Penggunaan steroid dapat mengurangi kemungkinan
paralisis permanen dari pembengkakan pada saraf di kanalis
fasialis yang sempit
• Steroid dimulai dalam 72 jam dari onset, harus
dipertimbangkan untuk optimalisasi hasil pengobatan.
• Dosis pemberian prednison (maksimal 40-60 mg/hari) dan
prednisolon (maksimal 70 mg) adalah 1 mg per kg per hari
peroral selama enam hari diikuti empat hari tappering o f .
Terapi Farmakologis
• Ditemukannya genom virus di sekitar saraf ketujuh
menyebabkan preparat antivirus digunakan dalam
penanganan Bell’s palsy.
• Axelsson et al juga menemukan bahwa terapi dengan
valasiklovir dan prednison memiliki hasil yang lebih
baik
• Sementara untuk acyclovir dewasa diberikan
dengan dosis oral 2000-4000 mg per hari yang
dibagi dalam lima kali pemberian selama 7-10 hari
Sedangkan dosis pemberian valasiklovir (kadar dalam
• darah 3-5 kali lebih tinggi) untuk dewasa adalah 1000-
3000 mg per hari secara oral dibagi 2-3 kali selama
lima hari.
KOMPLIKAS
I
PROGNOSIS
• Sekitar 80-90% pasien dengan Bell’s palsy
palsy sembuh
total
sembuhdalam 6 dalam
total bulan, 6
bahkan
bulan,pada 50-pada
bahkan 60%50-
kasus
60%
membaik dalam dalam
kasus membaik 3 minggu.
3 minggu.
• Sekitar
Sekitar 10% mengalami asimetri muskulus fasialis
persisten, dan 5% mengalami sekuele yang berat, serta
8% kasus dapat rekuren.
• Faktor yang dapat mengarah ke prognosis buruk adalah
palsi komplit (risiko sekuele berat), riwayat rekurensi,
diabetes, adanya nyeri hebat post-aurikular, gangguan
pengecapan, refleks stapedius, wanita hamil dengan
Bell’s palsy, bukti denervasi mulai setelah 10 hari
(penyembuhan
lambat), dan kasus dengan penyengatan kontras yang
jelas.
PROGNOSIS
Faktor yang dapat mendukung ke prognosis baik
adalah :
baik adalah :
- paralisis parsial inkomplit pada fase akut
(penyembuhan total)
- pemberian kortikosteroid dini
- penyembuhan
penyembuhan awal
awaldan/atau
dan/atau fungsi perbaikan
perbaikan fungsi
pengecapan dalam minggu
pertamapertama minggu
Terimakasih
Referensi
• Diagnosis dan Penatalaksanaan Bell’s Palsy. Bagian Telinga
Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher. Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas/RSUP. Dr.M.Djamil. Padang.
Sunaryo,U.2012.Bell’sPalsy.25September2013.
• Lowis, H.,dan Maula, N.G. 2012. Bell’s Palsy, Diagnosis dan
Tata Laksana di Pelayanan Primer. Artikel Pengembangan
Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan (P2KB). Universitas
Pelita Harapan,Tangerang. Departemen Saraf Rumah Sakit
Jakarta Medical Center. Jakarta.
• Mardjono M, Sidharta P. 1981.Neurologis Klinis Dasar.
Jakarta: PT Dian Rakyat.
• Munilson, J., Yan Edward., Wahyu Triana. 2010.

Anda mungkin juga menyukai