Materi 1 Hubungan Manusia Dengan Agama
Materi 1 Hubungan Manusia Dengan Agama
DENGAN AGAMA
M. LUTFI HAKIM, M.H.I.
DEFINISI MANUSIA
Manusia menurut biologis, manusia diklasifikasikan
sebagai ”Homo Sapiens”, sebuah spesies primata dari
golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan
tinggi. Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan
berdasarkan penggunaan bahasa, organisasi,
perkembangan teknologi, terutama kemampuannya untuk
membentuk kelompok untuk dukungan satu sama lain
serta pertolongan. Manusia dalam ilmu ahli logika (mantiq)
adalah hewan yang berbicara (hayawan al-naatiq).
DEFINISI MANUSIA DALAM ISLAM
1. Kata “Basyar” disebut dalam Al-Qur’an 27 kali. Kata basyar menunjuk
pada pengertian manusia sebagai makhluk biologis (QS Ali ‘Imran: 47)
tegasnya memberi pengertian kepada sifat biologis manusia, seperti
makan, minum, hubungan seksual dan lain-lain.
2. Kata “al-Insan” dituturkan sampai 65 kali dalam Al-Qur’an yang menunjuk
pada sifat-sifat manusia psikologis dan spiritual.
3. Kata “an-Nass” yang disebut sebanyak 240 dalam Al-Qur’an mengacu
kepada manusia sebagai makhluk sosial dengan karateristik tertentu.
٤ ٖۡن ۡت َق ِِم
ِۡ س َ
َ ن ِفيۡ أ
ح َۡ س ِ لَقَدۡ َخلَقنَا
َ َٰ ٱۡلن
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam
bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS. At-Tin: 4)
HAKIKAT MANUSIA DALAM AL-QUR’AN
Prof Dr. Harun Nasution: Manusia tersusun dari unsur materi
yaitu tubuh yang mempunyai hayat dan unsur imateri yaitu ruh yang
mempunyai dua daya: daya rasa di dada dan daya pikir di kepala.
Daya rasa jika diasah dengan baik, mempertajam hati nurani, daya
pikir jika dilatih mempertajam penalaran.
Dr. H. Afif Muhammad berpendapat: Hakikat substansi manusia
terdiri dari dua unsur, yaitu unsur bawah dan unsur atas. Unsur bawah
yang dimaksud adalah tanah, jasad (turab, basyor). Sedangkan unsur
atas adalah ruh yang dimasukan ke janin.
HAKIKAT MANUSIA DALAM AL-QUR’AN
ۡ ثُٖۡ َجعَل َٰنَ ۡهُ نُطفَةۡ ِفي ۡقَ ََررَرۡ م ِك١٢ ۡس َٰلَلَةۡ ِمن ِطمن
١٣ من ُ ن ِمن
َۡ س ِ َِلَقَدۡ َخلَقنَا
َ َٰ ٱۡلن
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).” (QS. al-Mukminun: 12-13)
MACAM-MACAM AGAMA
1. Agama Samawi/Agama Wahyu ialah agama yang diterima oleh manusia
dari Allah SWT memalui malaikat Jibril dan disampaikan serta
disebarkan oleh Rasul-Nya kepada umat manusia. Contohnya: Islam,
Yahudi dan Nasrani, dll.
2. Agama Ardli/Agama Budaya ialah agama yang tumbuh dan berkembang
melalui proses pemikiran, adat istiadat dan budaya manusia. Contohnya:
menyembah matahari, menyembah api, menyembah berhala, dll.
FALSAFAH AGAMA
Keimanan dalam Islam merupakan aspek yang fundamental,
kajian ini harus dilakukan secara intensif. Keimanan kepada
Allah, kecintaan, pengharapan, ikhlas, kehawatiran, tawakal
adalah nilai yang harus ditumbuhkan secara subur dalam
pribadi muslim yang tidak terpisah dari aspek yang lain dalam
ajaran Islam.
Ada dua pertanyaan:
1.Mengapa anda beragama?
2.Apakah agama Islam itu agama yang benar?
TEORI KEMUNCULAN AGAMA
1) Agama muncul karena kebodohan manusia
(Agust Comte).
2) Agama muncul karena kelemahan jiwa/takut
(Bernart Russel).
3) Agama muncul Produk Penguasa (Karl Marx).
4) Agama muncul Produk orang-orang lemah
(Nietzche).
HUBUNGAN AGAMA DENGAN MANUSIA
ُۡ ى أَنفُ ِس ِه ٖۡ أَلَس
ۡت ِب ََر ِب ُكٖۡ قَالُِر َ َِٖۡر ِهٖۡ ذُ َِرمۡت َ ُهٖۡ َِأَش َه َد ُه
َٰۡ َعل ُ ن بَنِيۡ َءر َد َٖۡ ِمن
ِ ظ ُه َۡ َِ ِإذۡ أ َ َخ ۡذَ ََرب
ۡ ُّك ِم
١٧٢ من َ َٰ عنۡ َٰ َهذَر
َۡ غ ِف ِل َ ش ِهدنَاۡ أَن تَقُِلُِرۡ مَِ َٖۡ ٱل ِق َٰمَ َم ِۡة ِإنا ُكنۡا َ ى َٰۡ َبَل
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan
Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini
Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan
yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam)
adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).“ (QS. Al-Araf: 172 )
ۡ ك نُ َِر
ي َۡ َِ َك َٰ َذ ِل٧٤ ۡض َٰلَلۡ ُّم ِبمن َ ك فِي َۡ ك َِقَِ َم َۡ ل ِإب َٰ ََر ِهم ُٖۡ ِۡل َ ِبم ِۡه َءرزَ ََۡر أَتَت ِخ ۡذُ أَصنَا ًما َءر ِل َۡه ۡةً ِإنِيۡ أ َ ََر َٰى َۡ ۞ِ ِإذۡ قَا
َ
ۡل َٰ َه َذر ََر ِبي َۡ ل ََر َءر َكِ َۡكباۡ قَا ُۡ علَم ِۡه ٱلم َ ۡ فَلَما َجن٧٥ من َۡ ِن ٱل ُمِقِن َۡ ِن ِمَۡ ض َِ ِلمَ ُك ۡ ِ ت َِٱۡلََر ِۡ َِ َٰ ِت ٱلس َٰ َم َۡ مٖ َملَ ُك َۡ ِإب َٰ ََر ِه
ل لَئِن لٖۡ مَه ِۡدنِي ََر ِبي َۡ ل قَا َۡ َل َٰ َه َذر ََر ِبيۡ ۡفَلَماۡ أَف َۡ ازغا قَا ِ َ فَلَما ََر َءر ٱلقَ َم ََۡر ب٧٦ من َۡ ب ٱۡلفِ ِل ُّۡ ل أ ُ ِح َۡ ل َۡ ل قَا َۡ َفَلَماۡ أَف
ل َٰمَقَِ ِٖۡ ِإنِي َۡ ل َٰ َه َذر ََربِي َٰ َۡه َذرۡ أَكبَ َُۡر فَلَماۡ أَفَلَتۡ قَا َۡ ازغَةۡ قَا ِ َس ب َۡ فَلَما ََر َءر ٱلشم٧٧ من َۡ ن ٱلقَِ ِٖۡ ٱلضا ِل َۡ َۡل َ ُكِنَنۡ ِم
٧٩ من َۡ ن ٱلۡ ُمش َِر ِك َۡ ض َحنِمفاۡ َِ َماۡ أَنَاۡ ِم َۡ ت َِۡٱۡلََر ِۡ َِ َٰ ط ََۡر ٱلس َٰ َمَ َي ِلل ِذي ف َۡ ت َِج ِه ُۡ ِإنِي َِجه٧٨ ِن َۡ بَ َِريءۡ ِمما تُش َِر ُك
74. “Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya, Aazar, "Pantaskah kamu menjadikan berhala-
berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata.“ 75.
Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan
bumi dan (Kami memperlihatkannya) agar dia termasuk orang yang yakin. 76. Ketika malam telah gelap, dia
melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata:
"Saya tidak suka kepada yang tenggelam.“ 77. Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah
Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk
kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat.“ 78. Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata:
"Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: "Hai kaumku,
sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. 79. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku
kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku
bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.” (QS. Al-An’am: 74-79).