Anda di halaman 1dari 79

IMPLEMENTASI K3

PADA AKREDITASI
FASILITAS LAYANAN KESEHATAN
RS & PKM
ABOUT ME
Ketua Komite K3
Ka Pokja MFK ( Wali 3 )
Ka Green Hospital

Sekjen PAKKI
(Perhimpunan Ahli Kesehatan Kerja Indonesia)

D3 – Radiologi
S1 – K3 FKMUI
S2 – K3 FKMUI

Alamat : Putih Residence Blok C No.4,


Sawangan, Depok, Jawa Barat.
ALI SYAHRUL CHAIRUMAN 0812-8892-5272 -
alisyachrul@gmail.com (1+3)
TUJUAN PEMBELAJARAN

UMUM
MENGETAHUI STANDAR AKREDITASI RS
dan PKM dalam IMPLEMENTASI K3

KHUSUS
 MENJELASKAN IMPLEMENTASI STANDAR
AKREDITASI RS TERKAIT K3
 MENJELASKAN IMPLEMENTASI STANDAR
AKREDITASI PKM TERKAIT K3
POKOK BAHASAN

PMKP TKRS ARK


1 AKREDITASI RUMAH SAKIT

STANDAR AKREDITASI RS SKP PPI MFK


2
TERKAIT K3
KKS PKPO AP
PMKP = Peningkatan Mutu & Keselamatan Pasien
TKP TKRS = Tata Kelola Rumah Sakit
APK  ARK = Akses Ke RS dan Kontinuitas Pelayanan
SKP = Sasaran Keselamatan Pasien
AP = Asesmen Pasien
KPS  KKS = Kompetensi dan Kewenangan Staf
MPO  PKPO = Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat
PPI = Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
MFK = Manajemen Fasilitas dan Keselamatan
Bab I. PPP POKOK BAHASAN
Bab II. KMP
Bab III. PMP
Bab V. KMPP 1 AKREDITASI PUSKESMAS

Bab VII. LKBP 2


STANDAR AKREDITASI
PUSKESMAS TERKAIT K3
Bab VIII. MPLK
Bab IX. PMKP
Bab I. Penyelenggaraan Pelayanan Puskesmas (PPP)
Bab II. Kepemimpinan dan Manajemen Puskesmas (KMP)
BAB III. Peningkatan Mutu Puskesmas (PMP)
BAB V. Kepemimpinan & Manajemen Program Puskesmas ( KMPP )
Bab VII. Layanan Klinis yang Berorientasi Pasien (LKBP)

Bab VIII. Manajemen Penunjang Layanan Klinis ( MPLK )


Bab IX. Peningkatan Mutu Klinis dan Keselamatan Pasien (PMKP)

Bab VI. Sasaran Kinerja Upaya Kesehatan Masyarakat


Bab IV. Upaya Kesehatan Masyarakat yang Berorientasi Sasaran (UKMBS)
DASAR
PERATURAN
PERUNDANGAN
UU No. 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit
Pasal 40 : Rumah Sakit WAJIB
Akreditasi tiap 3 tahun
PERMENKES NOMOR 34 TAHUN PERMENKES NOMOR 75 TAHUN
2017 TENTANG AKREDITASI RS 2014 TENTANG PUSKESMAS
PERMENKES RI NOMOR 66 TAHUN 2016 PERMENKES NOMOR 46 TAHUN 2015
TENTANG STANDAR K3 RUMAH SAKIT TENTANG AKREDITASI PUSKESMAS,
KEPUTUSAN DIRJEN BINA UPAYA KLINIK PRATAMA, TEMPAT PRAKTIK
KESEHATAN NOMOR HK.02.04/I/2790/11 MANDIRI DOKTER, DAN TEMPAT
TENTANG STANDAR AKREDITASI RS PRAKTIK MANDIRI DOKTER GIGI
Pengakuan Pemerintah  Manajemen Rumah
Sakit / Puskesmas telah mematuhi Standar
AKREDITASI PROSES AKREDITASI
LEMBAGA INDEPENDEN
ASESMEN TERHADAP RS
MEMENUHI STANDAR SNARS Ed 1 :
KESELAMATAN MUTU 16 BAB
PELAYANAN 338 STANDAR
1.353 EP

Akreditasi PKM :
9 BAB
42 STANDAR
776 EP
TUJUAN AKREDITASI
a. Meningkatkan Mutu Pelayanan RS Dan Melindungi
RS Keselamatan Pasien RS;
b. Meningkatkan Perlindungan Bagi Masyarakat, Sumber
Daya Manusia Di RS Dan RS Sebagai Institusi;
c. Mendukung Program Pemerintah Di Bidang Kesehatan;
d. Meningkatkan Profesionalisme RS Indonesia Di Mata
Internasional.

• Untuk Pembinaan Peningkatan Mutu,


• Untuk Kinerja Melalui Perbaikan Yang Berkesinambungan
Terhadap Sistem Manajemen,
• Sistem Manajemen Mutu Dan Sistem Penyelenggaraan
Pelayanan Dan Program PKM,
• Serta Penerapan Manajemen Risiko, PKM
PERSYARATAN AKREDITASI RUMAH SAKIT (PARS)
PARS.9
RS menyelenggarakan pelayanan pasien dalam
lingkungan yang tidak memiliki risiko atau
mengancam keselamatan pasien, kesehatan
masyarakat atau keselamatan staf.
Maksud dan tujuan
Rumah sakit yang dipercaya pasien, staf dan
masyarakat, dinyatakan berisiko rendah dan
merupakan tempat yang aman. Oleh karena itu, rumah
sakit menjaga kepercayaan dengan melakukan
peninjauan dan pengawasan terhadap praktik
keselamatan.
KEBIJAKAN PRA SURVEI AKREDITASI RS
Persyaratan kelayakan umum

3. Izin operasional rumah sakit masih berlaku


7. Rumah sakit mempunyai izin Instalasi Pengelolaaan Limbah Cair
(IPLC) yang masih berlaku.
8. Rumah sakit mempunyai izin pengelolaan limbah bahan berbahaya
dan beracun yang masih berlaku atau kerjasama dengan pihak
ketiga yang mempunyai izin sebagai pengolah limbah bahan
beracun dan berbahaya yang masih berlaku dan atau izin sebagai
transporter yang masih berlaku.
STANDAR AKREDITASI RS TERKAIT K3RS

MFK SKP KKS PPI

TKRS ARK PMKP PKPO AP


MANAJEMEN FASILITAS & KESELAMATAN(MFK)
 MENGIKUTI PERATURAN PERUNDANGAN
 PERENCANAAN TERPISAH / MENYELURUH
 PERENCANAAN MINIMALISASI RISIKO
 INTEGRASI MUTU FASILITAS DAN INFORMASI KESELAMATAN
 MENJAMIN KESELAMATAN STAF DAN PASIEN

1 Kepemimpinan dan Perencanaan


2 Keselamatan dan Keamanan
3 Bahan Beracun dan Berbahaya
24 Okt 2017 16
4 Kesiapan Penanggulangan Bencana
5 Proteksi Kebakaran
6 Peralatan Medis
7 Sistem Utilitas/Penunjang Non Medis
8
Monitoring Program
9 Pendidikan Staf
24 Okt 2017 17
1 KEPEMIMPINAN DAN PERENCANAAN
 MEMATUHI PERATURAN PERUNDANGAN
(IZIN RS, LIFT, BOILER, GENSET, INCENERATOR, IZIN
BAPETEN)
 MENYUSUN RENCANA PENGELOLAAN RISIKO
 PETUGAS YANG KOMPETEN DALAM PROGRAM
PENGELOLAAN RISIKO
 PROGRAM RISK MANAGEMENT

KESELAMATAN DAN KEAMANAN 2


 PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN
PROGRAM K3 ( PCRA )
 PEMERIKSAAN FASILITAS PELAYANAN
PASIEN
 ANGGARAN PENINGKATAN FASILITAS
3 BAHAN BERBAHAYA
 INVENTARISASI BAHAN DAN LIMBAH B3
 PENGELOLAAN BAHAN B3
 PELAPORAN DAN INVESTIGASI INSIDEN
(TUMPAHAN, PAPARAN)
 DOKUMEN IZIN DAN PERSYARATAN LAIN
 PEMASANGAN LABEL BAHAN DAN LIMBAH B3

4 KESIAPAN MENGHADAPI BENCANA


 RENCANA MANAJEMEN KEDARURATAN
(JENIS BAHAYA, PERAN RS, STRATEGI KOMUNIKASI,
PERAN DAN TANGGUNG JAWAB STAF, PENGELOLAAN
SUMBER DAYA)
 UJI COBA/SIMULASI PENANGANAN KEDARURATAN /
BENCANA
5 PENGAMANAN KEBAKARAN
 PROGRAM PENGAMANAN KEBAKARAN
 PENCEGAHAN, DETEKSI DINI, PEMADAMAN
KEBAKARAN
 UJI COBA PENGAMANAN KEBAKARAN
 KEBIJAKAN PELARANGAN MEROKOK

6 PERALATAN MEDIS
 PROGRAM PEMERIKSAAN, UJI COBA DAN
PEMELIHARAAN PERALATAN MEDIS (INVENTARIS
ALAT, INSPEKSI RUTIN, UJI COBA, STAF KOMPETEN)
 MONITORING PROGRAM MANAJEMEN PERALATAN
MEDIS
 SISTEM PENARIKAN KEMBALI PRODUK/PERALATAN
7 SISTEM UTILITAS
AIR DAN LISTRIK TERSEDIA 24 JAM
PROSES EMERGENSI KEGAGALAN SISTEM
PENGADAAN AIR MINUM DAN LISTRIK
UJI COBA SISTEM EMERGENSI SECARA RUTIN
PEMELIHARAAN SISTEM LISTRIK, LIMBAH,
VENTILASI, GAS MEDIS DAN SISTEM LAIN
MONITOR MUTU AIR SECARA TERATUR
• Regulasi sistem pelaporan data insiden/kejadian
8 /kecelakaan.
• Laporan data insiden/kejadian/kecelakaan,
sudah dianalisis. (D,W)
• Hasil analisis sudah ditindaklanjuti
• Seorang atau lebih individu yang ditunjuk
mengawasi

9 PENDIDIKAN STAF
Diklat Fasilitas Pelayanan Yang Aman & Efektif
Pelatihan Ttg Peran Staf Dalam Program K3
Staf Terlatih Untuk Pemeliharaan Alkes & Utilitas
Tes Pengetahuan Staf (Simulasi)
SASARAN KESELAMATAN
PASIEN (SKP)

KETEPATAN IDENTIFIKASI PENINGKATAN


PASIEN KOMUNIKASI EFEKTIF
RS MEMPERBAIKI,
MENINGKATKAN KETELITIAN RS MENINGKATKAN EFEKTIVITAS
IDENTIFIKASI PASIEN KOMUNIKASI ANTAR PEMBERI
LAYANAN
CARA IDENTIFIKASI : KESALAHAN KOMUNIKASI :
- GELANG - PERINTAH LISAN, PERINTAH VIA
- IDENTITAS TELEPON
- PENGECEKAN IDENTITAS - LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN KRITIS
PENINGKATAN KEAMANAN OBAT
YANG PERLU DIWASPADAI
(HIGH ALERT)

RS MENINGKATKAN KEAMANAN OBAT YANG


PERLU DIWASPADAI
 LOOK ALIKE SOUND ALIKE (LASA) / NAMA
OBAT, RUPA DAN UCAPAN MIRIP (NORUM)
 HIGH ALERT
KEPASTIAN TEPAT LOKASI, TEPAT
PROSEDUR, TEPAT PASIEN OPERASI
RS MEMASTIKAN TEPAT LOKASI, TEPAT
PROSEDUR DAN TEPAT PASIEN OPERASI
 PENANDAAN LOKASI OPERASI
 MELAKSANAKAN TIME OUT
PENGURANGAN
RISIKO INFEKSI
TERKAIT
PELAYANAN KESEHATAN

 RS MENGURANGI RISIKO
INFEKSI TERKAIT LAYANAN
KESEHATAN
 RS MENGADOPSI PEDOMAN
HAND HYGIENE (CUCI
TANGAN) TERBARU WHO
PENGURANGAN RISIKO
PASIEN JATUH
 RS MENGURANGI RISIKO PASIEN DARI
CEDERA KARENA JATUH
 RS MENERAPKAN
 ASESMEN AWAL RISIKO PASIEN JATUH
 SEDIAKAN KURSI RODA
 PASANG BESIDE REL
 MONITOR PASIEN PUNYA RISIKO JATUH
KOMPETENSI DAN
KEWENANGAN STAF
(KKS)

PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN STAF (K3RS)

 DATA K3
 LAPORAN KECELAKAAN
 PEMERIKSAAN KESEHATAN STAF SECARA RUTIN
 PROGRAM PENCEGAHAN (IMUNISASI)
Standar KKS 8.2
RS menyelenggarakan pelayanan
kesehatan & keselamatan staf.

- Skrining kesehatan awal


- Imunisasi pencegahan,
- Pemeriksaan kesehatan berkala
serta tata laksana kondisi terkait
pekerjaan yang umum dijumpai
seperti cedera punggung atau
cedera lain yang lebih darurat.
Staf rumah sakit juga dapat
mengalami kekerasan di tempat
kerja. Anggapan bahwa kekerasan
tidak terjadi di rumah sakit tidak
sepenuhnya benar mengingat jumlah
tindak kekerasan di rumah sakit
semakin meningkat. Untuk itu rumah
sakit diminta menyusun program
pencegahan kekerasan. (lihat
juga TKRS 13)
TKRS - 13
Direktur RS menciptakan dan mendukung BUDAYA KESELAMATAN di
seluruh area RS sesuai dengan peraturan perundang-perundangan
Direktur RS menyediakan sumber daya untuk
mendukung dan mendorong BUDAYA
KESELAMATAN di dalam RS. ( D,O,W )

TKRS 7.1
Direktur RS mencari & menggunakan
data, informasi tentang rantai distribusi
obat, serta perbekalan farmasi Yang
aman untuk melindungi pasien dan staf
dari produk yang berasal dari pasar
gelap, palsu, terkontaminasi / cacat.
APK  ARK = Akses Ke RS dan Kontinuitas Pelayanan

Kendaraan transportasi
milik rumah sakit harus
tunduk pada peraturan
perundangan
yang mengatur tentang
kegiatan operasionalnya,
kondisi, dan perawatan
kendaraan.
PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN INFEKSI
(PPI)

TUJUAN STANDAR PPI


MENGIDENTIFIKASI DAN MENGURANGI
RISIKO DAN INFEKSI TERKAIT PELAYANAN
KESEHATAN
 PASIEN
 TENAGA PELAYANAN KESEHATAN
 PENGUNJUNG
 RISIKO KONSTRUKSI
Standar PPI 7.4
Rumah sakit mengurangi risiko infeksi melalui
pengelolaan limbah infeksius dengan benar.
Pembuangan limbah infeksius dengan
tidak benar dapat menimbulkan risiko
infeksi di rumah sakit (lihat juga AP 5.3.1
dan MFK 5.1).

Standar PPI 7.5


Rumah sakit menetapkan pengelolaan
limbah benda tajam dan jarum secara
aman.
Standar PPI 7.7
Rumah sakit menurunkan risiko infeksi pada fasilitas yang terkait dengan
pengendalian mekanis dan teknis (mechanical dan enginering controls)
serta pada saat melakukan pembongkaran, konstruksi, dan renovasi
gedung. ( ICRA )

Sistem ventilasi tekanan posistif, biological safety cabinet, laminary airflow hood,
thermostat dilemari pendingin, pemanas air untuk sterilisasi piring dan alat dapur.
Regulasi tentang penilaian risiko pengendalian infeksi (infection control risk assessment/
ICRA) untuk pembongkaran, konstruksi, serta renovasi gedung di area RS, meliputi :
1) identifikasi tipe/jenis konstruksi kegiatan proyek dengan kriteria;
2) identifikasi kelompok risiko pasien;
3) matriks pengendalian infeksi antara kelompok risiko pasien dan tipe kontruksi kegiatan;
4) proyek untuk menetapkan kelas/tingkat infeksi;
5) tindak pengendalian infeksi berdasar atas tingkat/kelas infeksi;
6) monitoring pelaksanaan.
INSIDEN
KESELAMATAN
PASIEN (IKP)

KEJADIAN TIDAK SENGAJA DAN


MENGAKIBATKAN CEDERA YANG
DAPAT DICEGAH
PENINGKATAN MUTU  KTD
DAN KESELAMATAN  KNC
 KTC
PASIEN  KPC
(PMKP)  SENTINEL
PARTISIPASI PEMILIK DAN IDENTIFIKASI DAN PENGELOLAAN
5 KEJADIAN SENTINEL
1 DIREKTUR DALAM PROGRAM
 ROOT CAUSE ANALYSIS (RCA) & TL-nya
PMKP
2 RANCANGAN DAN MODIFIKASI
6 IDENTIFIKASI DAN ANALISIS KEJADIAN
NYARIS CEDERA (KNC)
SISTEM MUTU  IDENTIFIKASI KNC
 INDIKATOR BERDASAR DATA  PELAPORAN
 RANCANGAN KONSISTEN DENGAN VISI,  TINDAK LANJUT
MISI, KEBUTUHAN PASIEN, MANAJEMEN
RISIKO
7 PMKP TERCAPAI & DIPERTAHANKAN
 DOKUMEN PERBAIKAN YANG DICAPAI DAN
3 INDIKATOR KUNCI RS MEMPERTAHANKAN
 AREA SASARAN : KLINIS,
MANAJERIAL, SASARAN
KESELAMATAN PASIEN 8 KEGIATAN PMKP SESUAI PRIORITAS
 PEMANTAUAN HASIL PERBAIKAN
 LAPORAN HASIL PENILAIAN
 PENYEDIAAN SDM & SARANA LAINNYA PMKP
KEPADA PIMPINAN DAN PEMILIK
4 ANALISIS DATA MANAJEMEN RISIKO U/ MENGURANGI
9
 STAF KOMPETEN KTD
 PENGGUNAAN METODE DAN TEKNIK  MELAKUKAN DAN MENDOKUMENTASIKAN
STATISTIK PENGURANGAN PROAKTIF TERHADAP RISIKO
 TINDAK LANJUT HASIL ANALISIS DATA TINGGI - FAILURE MODE EFFECT ANALYSIS
PKPO 3.1.
 KEBIJAKAN RS MENDUKUNG
PENYIMPANAN OBAT DAN NUTRISI
SECARA TEPAT
 KEBIJAKAN RS DALAM PENYIMPANAN
OBAT RADIOAKTIF

PKPO = Pelayanan
Kefarmasian dan
Penggunaan Obat
AP 5. PELAYANAN LABORATORIUM
SESUAI STANDAR
• PELAYANAN LABORATORIUM ADEKUAT,
TERATUR DAN NYAMAN
• PELAYANAN LABORATORIUM UNTUK GAWAT
DARURAT
• HUBUNGAN DOKTER YANG MERUJUK DGN
PELAYANAN LABORATORIUM DI LUAR RS

ASESMEN AP 6. PELAYANAN RADIOLOGI SESUAI


STANDAR
PASIEN  PELAYANAN RADIOLOGI ADEKUAT, AMAN DAN
NYAMAN

(AP)  PELAYANAN RADIOLOGI DAN DIAGNOSTIK IMAJING


UNTUK GAWAT DARURAT
DASAR PEMIKIRAN K3 PUSKESMAS ( Permenkes 75/2014 )

• Pasal 7 huruf b poin d dinyatakan bahwa Puskesmas berwenang untuk


menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yg mengutamakan keamanan dan
keselamatan pasien, petugas dan pengunjung;
• Pasal 11 ayat 1 huruf a poin 1 dinyatakan bahwa Bangunan Puskesmas
harus memenuhi persyaratan yg meliputi persyaratan administratif,
persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja, serta persyaratan
teknis bangunan sesuai dg ketentuan peraturan perundang-undangan
DASAR PEMIKIRAN K3 PUSKESMAS
• Pada Pasal 15 ayat 1 dinyatakan bahwa Peralatan
kesehatan di Puskesmas harus memenuhi
persyaratan di antaranya standar mutu, keamanan,
keselamatan;
• Pada Pasal 17 ayat 1 dinyatakan bahwa Tenaga
Kesehatan di Puskesmas harus bekerja sesuai
dengan standar profesi, standar pelayanan, standar
prosedur operasional, etika profesi, menghormati hak
pasien, serta mengutamakan kepentingan dan
keselamatan pasien dengan memperhatikan
keselamatan dan kesehatan dirinya dalam
bekerja.
Bab I. Penyelenggaraan Pelayanan Puskesmas (PPP)
1.1.5. Pimpinan Puskesmas dan Penanggung jawab Upaya Puskesmas wajib memonitor
pelaksanaan dan pencapaian pelaksanaan pelayanan dan Upaya Puskesmas dan
mengambil langkah tindak lanjut untuk revisi/perbaikan rencana bila diperlukan.

1.2. Akses dan Pelaksanaan Kegiatan


Strategi perbaikan yang berkesinambungan diterapkan agar penyelenggaraan
pelayanan tepat waktu, dilakukan secara profesional dan memenuhi kebutuhan dan
harapan masyarakat, serta tujuan Puskesmas.

1.2.5. Penyelenggaraan pelayanan dan Upaya Puskesmas didukung oleh suatu


mekanisme kerja agar tercapai kebutuhan dan harapan pengguna pelayanan,
dilaksanakan secara efisien, minimal dari kesalahan dan mencegah terjadinya
keterlambatan dalam pelaksanaan.
Bab II. Kepemimpinan dan Manajemen Puskesmas (KMP)
2.1 Persyaratan Puskesmas sebagai Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
Puskesmas harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan dan ruang, prasarana,
peralatan, dan ketenagaan.
Ep.4 - Puskesmas memiliki perizinan yg berlaku

2.1.2. Bangunan Puskesmas bersifat


permanen dan tidak bergabung dengan
tempat tinggal atau unit kerja yang lain.
Bangunan harus memenuhi persyaratan
lingkungan sehat.

2.1.3.Bangunan Puskesmas memperhatikan fungsi, keamanan, kenyamanan, dan


kemudahan dalam pelayanan kesehatan, dengan ketersediaan ruangan sesuai
kebutuhan pelayanan kesehatan yang disediakan.
2.1.4. Prasarana Puskesmas tersedia, terpelihara, dan berfungsi
dengan baik untuk menunjang akses, keamanan, kelancaran dalam
memberikan pelayanan sesuai dengan pelayanan yang disediakan.
• Untuk kelancaran dalam memberikan pelayanan dan menjamin kesinambungan
pelayanan maka Puskesmas harus dilengkapi dengan prasarana yang
dipersyaratkan.
• Prasarana yang dipersyaratkan tersebut meliputi:
 sumber air bersih,  Sistem Pemadam kebakaran,
 instalasi sanitasi,  kendaraan Puskesmas Keliling, pagar,
 instalasi listrik,  selasar,
 sistem tata udara,  rumah dinas tenaga kesehatan, dan
 sistem pencahayaan, prasarana lain sesuai kebutuhan.

• Prasarana klinis tersebut harus dipelihara dan berfungsi dengan baik.


2.1.5. Peralatan medis dan non medis tersedia, terpelihara, dan
berfungsi dengan baik untuk menunjang akses, keamanan, kelancaran
dalam memberikan pelayanan sesuai dengan pelayanan yang
disediakan.
• Untuk kelancaran dalam memberikan pelayanan dan manjamin
kesinambungan pelayanan maka Puskesmas harus dilengkapi dengan peralatan
medis dan non medis klinis sesuai dengan jenis pelayanan yang disediakan
• Agar pelayanan diberikan dengan aman dan bermutu, maka peralatan medis
dan non medis tersebut dipelihara dan berfungsi dengan baik, dan dikalibrasi
untuk alat-alat ukur yang digunakan sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku
• Peralatan yang memerlukan perizinan harus memiliki izin yang berlaku.
2.2.2. Tersedia tenaga medis, tenaga kesehatan lain, dan tenaga non
kesehatan sesuai dengan kebutuhan dan jenis pelayanan yang
disediakan
• Agar Puskesmas dapat memberikan pelayanan yang optimal dan aman bagi
pasien dan masyarakat yang dilayani perlu
dilakukan analisis kebutuhan tenaga dan diupayakan untuk memenuhi
ketersedian tenaga baik jenis dan jumlah dan
memenuhi persyaratan kompetensi.
• Tenaga Kesehatan yang bekerja di Puskesmas harus mempunyai Surat Tanda
Registrasi (STR), dan atau Surat Ijin Praktik (SIP) sesuai ketentuan perundang-
undangan.
2.3.4. Pengelola dan pelaksana Puskesmas memenuhi standar
kompetensi yang dipersyaratkan dan ada rencana pengembangan sesuai
dengan standar yang telah ditentukan
Kinerja Puskesmas hanya dapat dicapai secara optimal jika dilakukan oleh SDM
yang kompeten baik pengelola, Penanggung jawab program maupun pelaksana
kegiatan. Pola Ketenagaan Puskesmas perlu disusun berdasarkan kebutuhan
dan/atau beban kerja.

2.3.5. Karyawan baru harus mengikuti


orientasi supaya memahami tugas pokok dan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Karyawan wajib mengikuti kegiatan
pendidikan dan pelatihan yang dipersyaratkan
untuk menunjang keberhasilan Upaya
Puskesmas.
2.3.13. Lingkungan kerja dikelola untuk meminimalkan risiko bagi pengguna
Puskesmas dan karyawan.
• Dalam pelaksanaan Upaya Puskesmas dan kegiatan pelayanan Puskesmas diupayakan agar
tidak berdampak negative terhadap lingkungan. Kajian perlu dilakukan untuk menilai sejauh
mana dampak negatif mungkin terjadi sehingga dapat dilakukan upaya perbaikan dan
pencegahan.
• Pekerjaan termasuk kondisi fisik, lingkungan dan faktor-faktor lain seperti kebisingan,
temperatur, kelembaban, pencahayaan atau cuaca terhadap keamanan gangguan lingkungan.
• Ada kajian dampak kegiatan Puskesmas terhadap gangguan/dampak negatif terhadap
lingkungan dan bukti dilakukannya kajian terhadap lingkungan.
• Ada Hasil pelaksanaan manajemen risiko: identifikasi risiko, analisis risiko pencegahan risiko.
• Ada evaluasi dan tindak lanjut terhadap gangguan/dampak negatif terhadap lingkungan,
untuk mencegah terjadinya dampak tersebut. Hasil kajian dan tindak lanjut terhadap
gangguan/dampak negatif thd lingkungan dan pencegahannya.
2.5. Kontrak Pihak Ketiga
Jika sebagian kegiatan dikontrakkan kepada pihak ketiga, pengelola
menjamin bahwa penyelenggaraan oleh pihak ketiga memenuhi
standar yang ditetapkan
2.5.1. Adanya dokumen kontrak yang jelas dengan pihak ketiga yang
ditandatangani oleh pihak ketiga dan pengelola dengan spesifikasi pekerjaan
yang jelas dan memenuhi standar yang berlaku.

2.5.2. Kinerja pihak ketiga dalam


penyelenggaraan pelayanan dimonitor
dan dievaluasi berdasarkan kriteria
yang telah ditetapkan dan ditindaklanjuti.
2.6. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
Sarana dan peralatan Puskesmas harus dipelihara agar dapat digunakan
sesuai kebutuhan dan sesuai peraturan yang berlaku
2.6.1. Pemeliharaan sarana dan peralatan Puskesmas dilaksanakan dan
didokumentasikan secara jelas dan akurat.
• Untuk pelaksanaan kegiatan pelayanan maupun penyelenggaraan program dan
kegiatan perlu didukung oleh ketersediaan sarana dan peralatan yang siap
pakai dan terpelihara dengan baik.
• Seluruh sarana dan peralatan yang ada perlu diinventarisasi dan diperiksa
ulang apakah kondisi memenuhi syarat dan jumlah serta jenis sesuai dengan
standar sarana dan peralatan Puskesmas.
Program pemeliharaan sarana dan peralatan perlu disusun dan
dilaksanakan secara konsisten agar pelayanan dan penyelenggaraan
Upaya Puskesmas dan kegiatan pelayanan Puskesmas berjalan dengan
lancar dan tidak terjadi hambatan akibat ketidaksediaan sarana dan
peralatan yang siap pakai.

• Daftar inventaris
• Program pemeliharaan dan bukti
pelaksanaan program pemeliharaan.
• Ketersediaan tempat, dan pemenuhan
persyaratan penyimpanan
• Ada program kerja perawatan
kendaraan, baik roda empat maupun
roda dua.
BAB III. Peningkatan Mutu Puskesmas (PMP)
3.1.6. Peningkatan kinerja Puskesmas dilakukan secara berkesinambungan. Jika hasil
pelayanan atau hasil Upaya/Kegiatan yang tidak mencapai target, maka dilakukan
upaya perbaikan berupa koreksi, tindakan korektif maupun tindakan preventif.
• Ada Sasaran/indikator perbaikan mutu dan kinerja  upaya perbaikan mutu dan kinerja.
• Jika hasil tidak sesuai harus ditindaklanjuti dengan koreksi, dan tindakan korektif.
• Koreksi merupakan upaya perbaikan atau pembetulan yang tidak sesuai di analisis untuk
menentukan akar penyebab masalah, untuk kemudian dilakukan tindakan korektif, agar tidak
terulang kembali
• Preventif dilakukan dengan mengantisipasi kemungkinan terjadinya hasil yang tidak sesuai.
• Puskesmas harus menyusun prosedur tindakan korektif dan tindakan preventif dalam upaya
mencapai hasil yang optimal.
BAB V. Kepemimpinan dan Manajemen Upaya Kesehatan Masyarakat

5.1.2. Penanggung jawab UKM Puskesmas dan Pelaksana yang baru ditugaskan di
Puskesmas harus mengikuti kegiatan orientasi pelaksanaan UKM Puskesmas agar
memahami tugas pokok dan tanggung jawab.
Kegiatan orientasi diperlukan bagi Penanggung jawab dan pelaksana yang baru ditugaskan
agar dapat memahami apa yang menjadi tanggung jawab mereka, keterkaitan dengan UKM
Puskesmas yang lain, maupun keterkaitan dengan keseluruhan tugas pokok dan fungsi
Puskesmas.
5.1.5. Penanggung jawab UKM Puskesmas mengupayakan minimalisasi risiko
pelaksanaan kegiatan terhadap lingkungan.
• Risiko terhadap lingkungan perlu diidentifikasi oleh Penanggung jawab dan Pelaksana untuk
mengupayakan langkah-langkah pencegahan dan/atau minimalisasi risiko pelaksanaan kegiatan
terhadap lingkungan.
• Yang termasuk risiko terhadap lingkungan adalah: gangguan terhadap kondisi fi sik, seperti
kebisingan, suhu, kelembaban, pencahayaan, cuaca, bahan beracun/berbahaya, limbah medis,
sampah infeksius.
Hasil identifikasi risiko terhadap lingkungan dan masyarakat akibat pelaksanaan kegiatan UKM.
Analisa risiko, Rencana pencegahan dan minimalisasi risiko., Rencana upaya pencegahan risiko
dan minimalisasis risiko dengan bukti pelaksanaan. Hasil evaluasi terhadap upaya pencegahan
dan minimalisasi risiko.
Jika terjadi kejadian yang tidak diharapkan akibat risiko dalam pelaksanaan kegiatan, dilakukan
minimalisasi akibat risiko, dan kejadian tersebut dilaporkan oleh Kepala Puskesmas kepada
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Bab VII. Layanan Klinis yang Berorientasi Pasien (LKBP)
7.3.2. Terdapat peralatan dan tempat yang memadai untuk melakukan
kajian awal pasien
• Proses kajian harus dilakukan pada tempat yang memenuhi persyaratan untuk
melakukan kajian, menggunakan peralatan yang sesuai dengan standar Puskesmas,
berfungsi dengan baik, mudah dioperasikan, dan memberikan hasil yang akurat.
• Jaminan kualitas dilakukan dengan pemeliharaan yang teratur, proses sterilisasi yang
benar terhadap alat-alat klinis yang digunakan.

7.6.2. Pelaksanaan layanan bagi pasien gawat darurat dan/atau berisiko


tinggi dipandu oleh kebijakan dan prosedur yang berlaku
• Penanganan kasus-kasus berisiko tinggi yang memungkinkan terjadinya penularan
baik bagi petugas maupun pasien yang lain perlu diperhatikan sesuai dengan panduan dari
Kementerian Kesehatan.
7.7. Pelayanan anestesi lokal, sedasi dan pembedahan
Tersedia pelayanan anestesi sederhana dan pembedahan minor untuk
memenuhi kebutuhan pasien
7.7.1. Pelayanan anestesi lokal dan sedasi di Puskesmas dilaksanakan
memenuhi standar di Puskesmas, standar nasional, undang-undang, dan
peraturan serta standar profesi sesuai dengan kebutuhan pasien

7.7.2. Pelayanan bedah di Puskesmas direncanakan dan dilaksanakan


memenuhi standar di Puskesmas, standar nasional, undang-undang, dan
peraturan serta standar profesi sesuai dengan kebutuhan pasien
• Pelaksanaan bedah minor tersebut harus memenuhi standar dan peraturan yang
berlaku, serta kebijakan dan prosedur yang berlaku di Puskesmas.(gawat darurat,
pelayanan gigi, dan keluarga berencana )
7.9.2. Penyiapan, penanganan, penyimpanan dan distribusi makanan
dilakukan dengan aman dan memenuhi peraturan perundangan yang
berlaku.
• Monitoring untuk memastikan keamanan dan sesuai dengan peraturan
perundang-undang dan praktik terkini yang dapat diterima.
• Risiko kontaminasi dan pembusukan diminimalkan dalam penyiapan dan
penyimpanan makanan. Makanan didistribusikan kepada pasien pada
waktu yang telah ditetapkan. Makanan dan produk nutrisi termasuk
produk nutrisi enteral, jika dibutuhkan, harus tersedia untuk memenuhi
kebutuhan khusus pasien.
Bab VIII. Manajemen Penunjang Layanan Klinis
Pelayanan Laboratorium
Standar:
8.1. Pelayanan laboratorium tersedia tepat waktu untuk memenuhi
kebutuhan pengkajian pasien, serta mematuhi standar, hukum dan
peraturan yang berlaku.
8.1.1. Pemeriksaan laboratorium dilakukan oleh petugas yang kompeten
dan berpengalaman untuk melakukan dan/atau menginterpretasikan hasil
pemeriksaan
8.1.2. Terdapat kebijakan dan prosedur spesifik untuk setiap jenis
pemeriksaan laboratorium
Ada kebijakan dan prosedur pelayanan laboratorium mulai dari
permintaan, penerimaaan, pengambilan dan penyimpanan spesimen,
pengelolaan reagen pelaksanaan pemeriksaan, penyampaian hasil
pemeriksaan kepada pihak yang membutuhkan, serta pengelolaan
limbah medis dan bahan berbahaya dan beracun (B3).
Tersedia prosedur kesehatan dan keselamatan kerja, dan alat pelindung
diri bagi petugas laboratorium
SOP kesehatan dan keselamatan kerja bagi petugas
Dilakukan pemantauan terhadap penggunaan alat pelindung diri dan pelaksanaan prosedur
kesehatan dan keselamatan kerja
SOP penggunaan APD, SOP pemantauan APD, SPO pengelolaan B3, dan limbah medis hasil.
SOP pengelolaan reagen, dll

8.1.5. Reagensia esensial dan bahan lain yang diperlukan sehari-hari


selalu tersedia dan dievaluasi untuk memastikan akurasi dan presisi hasil.
Semua reagensia disimpan dan didistribusi sesuai pedoman dari produsen atau
instruksi penyimpanan dan distribusi yang ada pada kemasan
Semua reagensia dan larutan diberi label secara lengkap dan akurat
8.1.7. Pengendalian mutu dilakukan, ditindaklanjuti dan didokumentasi
untuk setiap pemeriksaan laboratorium
• Dilakukan upaya pengendalian mutu internal maupun eksternal di
Puskesmas. Dilakukan sesuai dengan jenis dan ketersediaan peralatan
laboratorium yang digunakan dan sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku.
- Kalibrasi atau validasi instrumen/alat ukur tepat waktu dan oleh pihak yang
kompeten sesuai prosedur, bukti dokumentasi dilakukannya kalibrasi atau
validasi, dan masih berlaku, jika ditemukan penyimpangan dilakukan tindakan
perbaikan
8.1.8. Program keselamatan (safety) direncanakan, dilaksanakan, dan
didokumentasikan
• Program keamanan yang aktif di laboratorium sesuai dengan risiko dan bahaya yang
terintegrasi dengan program keselamatan di Puskesmas
• Program keselamatan di laboratorium termasuk :
o Kebijakan dan prosedur tertulis yang mendukung pemenuhan standar dan peraturan.
o Kebijakan dan prosedur tertulis untuk penanganan dan pembuangan bahan infeksius
dan berbahaya.
o Tersedianya peralatan keamanan sesuai praktik di laboratorium dan untuk bahaya
yang dihadapi.
o Orientasi bagi semua staf laboratorium untuk prosedur dan praktik keamanan kerja.
o Pendidikan (in service education) untuk
Petugas laboratorium melaporkan kegiatan pelaksanaan program keselamatan
kepada pengelola program keselamatan di Puskesmas sekurang-kurangnya
setahun sekali dan bila terjadi insiden keselamatan
Terdapat kebijakan dan prosedur tertulis tentang penanganan dan pembuangan
bahan berbahaya
Dilakukan identifikasi, analisis dan tindak lanjut risiko keselamatan
Orientasi untuk prosedur dan praktik keselamatan/ keamanan kerja
Staf laboratorium mendapat pelatihan/ pendidikan untuk prosedur baru dan
penggunaan bahan berbahaya yang baru, maupun peralatan yang baru.
8.2.2. Peresepan, pemesanan dan pengelolaan obat dipandu kebijakan
dan prosedur yang efektif
• Obat psikotropika/narkotika dan obat berbahaya diawasi & dikendalikan.
• Bukti pelaksanaan pengawasan dan pengendalian penggunaan psikotropika
dan narkotika, antara lain: lemari narkotika terkunci dengan dua kunci,
pembatasan siapa yg boleh meresepkan, dan memberikan)

8.2.3. Ada jaminan kebersihan dan keamanan dalam penyimpanan,


penyiapan, dan penyampaian obat kepada pasien serta penatalaksanaan
obat kedaluwarsa/rusak
• Dari proses pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, dan penyampaian obat
kepada pasien serta penatalaksanaan obat kedaluwarsa/rusak.

8.2.6. Obat-obatan emergensi tersedia, dimonitor dan aman bilamana


disimpan di luar farmasi.
• Mencegah penyalahgunaan, pencurian atau kehilangan terhadap obat dimaksud.
Pelayanan Radiodiagnostik (jika tersedia)
8.3. Pelayanan radiodiagnostik disediakan sesuai kebutuhan pasien,
dilaksanakan oleh tenaga yang kompeten, dan mematuhi persyaratan
perundangan yang berlaku
8.3.1. Pelayanan radiodiagnostik disediakan untuk memenuhi kebutuhan
pasien, dan memenuhi standar nasional, perundang-undangan dan
peraturan yang berlaku.

8.3.2. Ada program pengamanan radiasi, dilaksanakan dan didokumentasi


• Program keamanan radiologi dikoordinasi dengan program keselamatan Puskesmas.
• Program pengelolaan keamanan radiasi termasuk :
 Kebijakan dan prosedur tertulis untuk penanganan dan pembuangan bahan
infeksius dan berbahaya, APD yang sesuai dan antisipasi bahaya yang dihadapi.
 Ada orientasi bagi staf  keselamatan kerja.
• Kebijakan dan prosedur tertulis yang mengatur penanganan dan pembuangan
bahan infeksius dan berbahaya.
• Risiko keamanan radiasi yang diidentifikasi diimbangi dengan prosedur atau
peralatan khusus untuk mengurangi risiko (seperti apron timah, badge radiasi
dan yang sejenis)
• Petugas pemberi pelayanan radiodiagnostik diberi orientasi tentang prosedur
dan praktik keselamatan
• Petugas pemberi pelayanan radiodiagnostik mendapat pendidikan untuk
prosedur baru dan bahan berbahaya

8.3.3. Staf yang kompeten dgn pengalaman memadai, melaksanakan


pemeriksaan radiodiagnostik menginterpretasi hasil, dan melaporkan hasil
pemeriksaan.
8.3.5. Semua peralatan yang digunakan untuk pemeriksaan radiologi dan
diagnostik imajing diperiksa, dirawat dan dikalibrasi secara teratur,
dan disertai catatan memadai yang dipelihara dengan baik.
• Menjamin bahwa semua peralatan berfungsi dengan baik pada
tingkatan yang dapat diterima dan aman bagi para operator. Program
pengelolaan peralatan radiologi meliputi:
o Identifikasi dan inventarisasi peralatan.
o Asesmen peralatan melalui inspeksi, testing, kalibrasi, perawatan.
o Monitoring dan bertindak terhadap laporan peralatan bila ada peringatan bahaya,
penarikan kembali, laporan insiden, masalah dan kegagalan.
o Mendokumentasi program pengelolaan
• Frekuensi testing, perawatan, dan kalibrasi berhubungan dengan pemakaian
peralatan dan riwayat pelayanannya didokumentasi /dicatat.
8.4.2. Petugas memiliki akses informasi sesuai dengan kebutuhan dan
tanggung jawab pekerjaan
• Berkas rekam medis perlu tersedia selama pelaksanaan asuhan pasien
dan setiap saat dibutuhkan, serta dijaga selalu diperbaharui (up to date).
• Kebijakan Puskesmas mengidentifikasi praktisi kesehatan mana saja
yang mempunyai akses ke berkas rekam medis pasien untuk menjamin
kerahasiaan informasi pasien.

8.4.3. Adanya sistem yang memandu penyimpanan dan pemrosesan


rekam medis
• Kebijakan tentang penyimpanan (retensi) konsisten dengan
kerahasiaan dan keamanan informasi tersebut.
Manajemen Keamanan Lingkungan
8.5. Lingkungan pelayanan mematuhi persyaratan hukum, regulasi dan
perizinan yang berlaku.
8.5.1. Lingkungan fisik Puskesmas, instalasi listrik, air, ventilasi, gas dan
sistim lain yang dipersyaratkan diperiksa secara rutin, dipelihara, dan
diperbaiki bila perlu
• Kondisi fisik lingkungan Puskesmas dipantau secara rutin.
• Instalasi listrik, kualitas air, ventilasi, gas dan sistem lain yang digunakan
dipantau secara periodik oleh petugas yang diberi tanggung jawab ada bukti
pelaksanaan pemeliharaan dan pemantauan serta tindak lanjut
• Tersedia sarana untuk menangani masalah listrik/api apabila terjadi kebakaran.
SOP jika terjadi kebakaran, ketersediaan APAR, pelatihan penggunaan APAR,
pelatihan ( simulasi ) jika terjadi kebakaran.
• Prosedur inspeksi, pemantauan, pemeliharaan dan perbaikan yang dilakukan
sesuai jadwal dan didokumentasikan
8.5.2. Inventarisasi, pengelolaan, penyimpanan & penggunaan bahan
berbahaya serta pengendalian dan pembuangan limbah berbahaya
dilakukan berdasarkan perencanaan yang memadai
 bahan kimia, bahan, gas dan uap berbahaya serta limbah medis dan
infeksius harus disusun rencana pengendalian untuk:
O Inventarisasi Bahan Dan Limbah Berbahaya;
O Penanganan, Penyimpanan Dan Penggunaan Bahan Berbahaya;
O Pelaporan Insiden & Investigasi Tumpahan, Paparan (Exposure).
O Pembuangan Limbah Berbahaya Yang Benar;
O Penggunaan, Ada Tumpahan (Spill) Atau Paparan (Exposure);
O Pendokumentasian, Izin Dan Perizinan/Lisensi/Persyaratan Lainnya;
O Pemasangan Label Yang Benar Pada Bahan Dan Limbah Berbahaya.
8.5.3. Perencanaan dan pelaksanaan program yang efektif untuk
menjamin keamanan lingkungan fisik dikelola oleh petugas yang
kompeten
a. Keselamatan adalah suatu keadaan tertentu dimana gedung,
halaman/ground danperalatan tidak menimbulkan bahaya atau
risiko bagi pasien, staf dan pengunjung. Keamanan adalah
proteksi dari kehilangan, pengrusakan dan kerusakan, atau akses
serta penggunaan oleh mereka yang tidak berwenang.
b. Bahan berbahaya, yang meliputi: penanganan, penyimpanan dan
penggunaan lainnya harus dikendalikan dan limbah bahan
berbahaya dibuang secara aman.
c. Manajemen emergensi, yaitu tanggapan terhadap wabah, bencana
dan keadaan emergensi direncanakan dan efektif.
d. Pengamanan kebakaran: Puskesmas wajib melindungi properti dan
penghuninya dari kebakaran dan asap.
e. Peralatan medis: untuk mengurangi risiko, peralatan dipilih, dipelihara
dan digunakan sesuai dengan ketentuan.
f. Sistem utilitas, meliputi listrik, air dan sistem pendukung lainnya
dipelihara untuk meminimalkan risiko kegagalan pengoperasian.
Rencana tersebut didokumentasikan dan di up-date keadaan terkini dalam
lingkungan Puskesmas. Ada proses untuk me-review dan meng-update
Manajemen Peralatan

8.6. Peralatan dikelola dengan tepat.


8.6.1. Peralatan ditempatkan di lingkungan pelayanan dengan tepat
• Prosedur kebersihan dan sterilisasi alat-alat yang perlu disterilkan, dan
menempatkan alat yang siap pakai pada tempat yang tepat sesuai
persyaratan dan fungsi alat.
8.6.2. Peralatan dipelihara dan dikalibrasi secara rutin
• Untuk menjamin ketersediaan dan berfungsi/laik pakainya peralatan
medis, Puskesmas:
o melakukan inventarisasi peralatan medis;
o melakukan pemeriksaan peralatan medis secara teratur;
o melakukan uji coba peralatan medis sesuai dengan penggunaan dan
ketentuannya;
o melaksanakan pemeliharaan;
o melakukan inventarisasi peralatan yang harus dikalibrasi;
o memastikan bahwa alat yang perlu dikalibrasi, dilakukan kalibrasi sesuai
peraturan perundangan yang berlaku.
Pemeliharaan alat dilakukan oleh petugas yang kompeten ( SK )
Peralatan diperiksa dan diuji coba sejak masih baru dan seterusnya,
sesuai umur dan penggunaan peralatan tersebut atau sesuai instruksi
Pabrik dan didokumentasikan.
Manajemen Sumber Daya Manusia
8.7. Terdapat proses rekrutmen, retensi, pengembangan dan pendidikan
berkelanjutan tenaga klinis yang baku
8.7.1. Penilaian dan evaluasi kompetensi tenaga klinis dilakukan melalui
proses kredensial tenaga yang efektif
• Untuk menjamin pelayanan klinis dilakukan oleh tenaga yang
kompeten, maka perlu ditetapkan kebijakan dan prosedur
kredensial yang meliputi penilaian kompetensi petugas klinis, termasuk
persyaratan sertifikasi, lisensi dari petugas klinis tersebut, dan upaya
untuk peningkatan kompetensi, untuk memenuhi kecukupan kebutuhan
tenaga klinis.
Bab IX. Peningkatan Mutu Klinis dan Keselamatan Pasien (PMKP)

Tanggung jawab tenaga klinis


9.1. Perencanaan, monitoring, dan evaluasi mutu layanan klinis dan
keselamatan menjadi tanggung jawab tenaga yg bekerja di pelayanan
klinis
9.1.1. Tenaga klinis berperan aktif dalam proses peningkatan mutu layanan
klinis dan upaya keselamatan pasien
• Upaya keselamatan pasien dilakukan untuk mencegah terjadinya Kejadian Tidak
Diharapkan (KTD). Penanganan klinis yang tidak sesuai kadang tidak menimbulkan
cedera, maka kejadian ini disebut dengan Kejadian Tidak Cedera (KTC).
• Kejadian Nyaris Cedera (KNC) terjadi jika hampir saja dilakukan kesalahan dalam
penanganan kinis, tetapi kesalahan tersebut tidak jadi dilakukan.
• Keadaan-keadaan tertentu dalam pelayanan klinis, misalnya tempat tidur yang
tidak dilengkapi dengan pengaman, lantai yang licin yang berisiko terjadi
pasien terjatuh, berpotensi menimbulkan cedera. Keadaan ini disebut Kondisi
berpotensi menyebabkan Cedera (KPC)
K3 di RS/PKM  upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan
kesehatan petugas, pengunjung dan pasien dengan cara pengendalian
bahaya meliputi pencegahan & menanggulangi segala PAK & KAK.

Sakit Celaka
Ruang lingkup sasaran K3 di RS /
Puskesmas meliputi :
1. SDM ( Staf, Pengunjung, pihak ketiga )
2. Proses Kerja/alat kerja di RS / PKM
3. Lingkungan kerja di RS / PKM
Limbah
Kesehatan Anda Adalah
Kesejahteraan Terbaik

Kecelakaan Kerja Bukanlah Kebetulan,


Dia Merupakan Sebuah Akibat.

Yang Akan Membuat Anda Lebih Aman


Bukanlah Harapan Tapi Berperilaku
Dengan Aman

Anda mungkin juga menyukai