otak yang menyeluruh, bersifat sementara dan reversibel, biasanya terjadi secara akut (kadang – kadang subakut) Pasien yang beresiko tinggi untuk mengalami DELIRIUM adalah : • Anak – anak • Lanjut usia (>60th) yang biasanya juga menderita demensia atau komorbiditas medis lainnya. • Gangguan pada susunan saraf pusat seperti CVA, Parkinson, Demensia, Tumor otak. • Pasca Bedah. • Luka Bakar. • Pada keadaan lepas zat pada penderita ketergantungan zat psikoaktif. • Pernah mengalami delirium sebelumnya. ETIOLOGI Berbagai kondisi medis dapat mengakibatkan terjadinya gangguan ini, antara lain : 1. Ganguan sistemik • Infeksi sistemik dengan febris & sepsis. • Ganguan metabolik akut; asidosis, alkalosis, gagal ginjal, kegagalan funsi hati, gangguan keseimbangan elektrolit, dll. • Gangguan endokrin baik hipo/hiperfungsi kelenjar hipofise, pankreas, adrenal, tiroid, paratiroid. • Defisiensi vitamin B1, B12 asam folat, asam nikotinik, niacin. • Gangguan kardiovaskuler : aritmia, gagal jantung, infark miokard, shock, hipotensi. • Kondisi pasca Bedah. • Hipoksia, gagal paru, Anemnia. • Toksin: gas CO2, Logam berat, petisida • .Obat – obat: antikonvulsan, antikholinergik, steroid, NSAID, antihipertensi, antipsikotik, sedatifa-hipnotika, dll. 2. Ganguan pada OTAK • Infeksi (meningitis, encephalitis, HIV, dll), tumor (primer maupun metastatik), trauma, GPDO= Gangguan Pembuluh Darah Otak, kejang/konvulsi)
3. Keadaan lepas zat pada
penyalahgunaan zat psikoaktif.
4. Tanpa etiologi yang spesifik.
Hipotesis yang diajukan untuk menerangkan terjadinya delirium adalah penurunan aktivitas asetilkholin di otak terutama di daerah formatio retikularis yang merupakan area utama di otak yang bertangggung jawab dalam pengaturan perhatian, kewaspadaan dan keterjagaan (arousal). Pelepasan dopamin yang berlebihan atau aktivitas serotonergik yang menurun atau meningkat juga dapat menyebabkan terjadinya delirium. Gejala Klinis Sebelum timbulnya gejala – gejala delirium yang nyata, seringkali didahului dengan gejala – gejala prodromal seperti kegelisahan (restlessness), cemas, iritabel, gangguan tidur, kesukaran untuk memusatkan perhatian (distractibility). Dua hal yang karakteristik pada gejala – gejala delirium yang bersifat sementara ini ialah onset yang akut dan fluktuasi dari gejala – gejala sepanjang hari .
Gejala – gejala yang dapat dijumpai antara lain:
1. Gangguan kesadaran (kesadaran yang berkabut) dan kewaspadaan yang menurun. 2. Gangguan neuropsikiatrik seperti: • Gangguan perhatian (memusatkan, mempertahankan dan mengalihkan perhatian. • Memori jangka pendek terganggu, amnesia • Disorientasi (waktu, tempat dan orang) • Gangguan visuo-konstruksional (draw a clock test atau meniru pola geometrik sederhana) • Gangguan fungsi luhur • Gangguan pola berpikir • Gangguan berbicara dan berbahasa 3. Gangguan persepsi seperti halusinasi dan ilusi. Halusinasi optik lebih sering terjadi daripada auditorik. 4. Gangguan psikomotor: dapatdapat berupa hiperaktivitas atau hipoaktivitas dan pada penderita yang hipoaktif sering tidak terdiagnosis atau salah diagnosis sebagai depresi atau tidak kooperaktif, dsb. Tergantung pada etiologinya, dapat juga ditemukan gejala – gejala neurologik seperti tremor, mioklonus, asterixis, perubahan refleks – refleks dan tonus otot. 6. Gangguan mood/suasana perasaan seperti cemas, takut, depresi, iritabel, marah, eforia, apati sering terjadi. Pada beberapa penderita dapat terjadi afek yang labil yang berubah – rubah sepanjang hari.
6. Gangguan pola tidur. Biasanya penderita tampak mengantuk, tidur
untuk waktu yang singkat dan waktu tidur yang terputus – putus (fragmented). Dapat terjadi eksaserbasi gejala – gejala delirium menjelang senja hari yang dikenal sebagai gejala “sundowning”. Sebagai akibat terjadinya Fluktuasi dari gejala – gejala maka dapat terjadi ‘lucid interval’ dimana gejala – gejala yang penuh secara berangsur berkurang dan berganti dengan keadaan tenang, hampir tanpa gejala kecuali amnesia yang menonjol. Pemeriksaan neuropsikiatrik yang teliti dapat mendektesi gejala – gejala kemunduran kognitif pada interval lucid tersebut. Pemeriksaan dan Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan penemuan gejala – gejala sebagai berikut 1. Penurunan kesadaran/kewaspadaan & penurunan kemampuan untuk memusatkan, mempertahankan & mengalihkan perhatian. 2. Perubahan kognitif seperti ganguan memori segera dan jangka pendek. Disorientasi: waktu-tempat-orang, gangguan berbahasa, gangguan persepsiyang tidak terkait dengan demensia. 3. Gangguan tersebut diatas(biasanya beberapa jam-beberapa hari) dan cenderung berfluktuasi sepanjang hari. 4. Terdapa bukti adanya hubungan etiologi dengan kondisi medik umum lainnya atau kondisi intoksikasi/lepas zat (secara anamnestik, pemeriksaan fisik atau pemeriksaan laboratorium) DIAGNOSA BANDING. • Demensia • Skizofrenia akut • Psikosis akut dan sementara • Gangguan suasana perasaan: episode manik atau depresi. PENYULIT Pada umumnya tidak ada, oleh karena reversibel bila penyakit organiknya membaik, tetapi sering karena gangguan persepsinya menimbulkan kecelakaan pada diri sendiri atau orang lain. Kecelakaan pada diri sendiri atau orang lain sering terjadi akibat gangguan persepsi. Perlu juga diobservasi secara seksama, karena sering penyakit organiknya dapat menyebabkan terjadinya gangguan psikotik fungsional (sebenarnya gangguan psikotok fungsional yang bertumpang tindih dengan gangguan fisik/organik yang mendasari). perjalanan penyakit dan prognosis Gejala delirium akan bertambah selama faktor etiologinya belum teratasi. Delirium akan hilang dalam 3-7 hari atau selamba-selambatnya 2 minggu setelah faktor penyebab dapat disingkirkan. Makin tua usia penderita dan makin lama kondisi delirium berlangsung, makin lama pula delerium menghilang. Amnesia parsial dapat terjadi sesudah penderita sembuh. Delirium juga dilaporkan seringkali diikuti oleh depresi atau gangguan cemas pasca trauma. penatalaksanaan 1. Perlu kerjasama dengan bidang – bidang yang lain yang terkait dengan etiologinya 2. Mengatasi penyakit organik yang mendasari segera untuk menyelamatkan nyawa penderita (memperbaiki fungsi fisiologis tubuh) 3. Melakukan pemeriksaan sesuai dengan dugaan etiologi dan segara mengatasi kausanya sedapat mungkin 4. Monitoring dan evaluasi serta terapi untuk mengatasi gejala- gejala psikiatrik dengan terapi medikamentosa dan manipulasi lingkungan. MANIPULASI LINGKUNGAN • Ruang yang tidak berisik, terang dan nyaman. • Suasana familiar • Caregiver yang dikenal penderita sangat membantu • Penderita perlu dijaga agar tidak melukai dirinya sendiri.