Anda di halaman 1dari 19

2A-TLM

KELOMPOK 10
1. ROHMAD FITRIYANSYAH
2. SETIANI INDAH LESTARI
3. SISKA AMELIA
4. SOHI HATUNNISA
KIMIA KLINIK
(PRAKTIKUM) CYSTATIN C
Cystatin C (Cys C) adalah suatu protein dengan
berat molekul rendah (13 kDa). Senyawa ini diproduksi
secara tetap oleh semua sel berinti, mengalami filtrasi di
glomeruli ginjal, diserap kembali di tubuli ginjal
kemudian dirusak (Dikatabolisis) sehingga tidak
kembali ke darah, juga tidak disekresi oleh tubuli ginjal.
Cystatin C
Kadar cystatin C tidak dipengaruhi oleh jenis
kelamin, ras, usia, dan massa otot.
Fungsi Pemeriksaan untuk menyaring dan memantau disfungsi
ginjal pada individu yang didiagnosis atau diduga mengidap
penyakit ginjal.

Keadaan laju filtrasi cairan yang menurun menunjukkan adanya


penurunan fungsi ginjal. Kadar cystatin C dalam darah yang
meningkat akan menggambarkan fungsi ginjal.
Cystatin c disaring dari oleh glomeruli, yang merupakan kelompok-
kelompok pembuluh darah kecil dalam ginjal yang memungkinkan air, zat-zat
terlarut dan limbah melewati arah dindingnya dan protein-protein yang lebih besar.
Yang melewati dinding glomerulus membentuk sebuah cairan filtrat tubuh
kemudian menyerap ulang cystatin c, glukosa, dan beberapa zat lain dari filtrat,
disamping membiarkan zat-zat lain dibawa bersama cairan ke kandung kemih dan
pada akhirnya keluar dari tubuh bersama urin.
Cystatin C diserap ulang ketika filtrat glomerular terbentuk
kemudian diurai dan tidak dikembalikan ke darah. Pada saat laju
pembentukan filtrat cairan berkurang, yang menandakan fungsi ginjal
menurun, kadar zat-zat dalam darah yang dikeluarkan (seperti cystatin
C) meningkat dan merupakan indikasi tentang seberapa baik ginjal
seorang pasien berfungsi.
Cystatin C sebagai Uji Fungsi Ginjal

Pasien dengan gagal ginjal kronik mengalami


peningkatan kadar Cystatin C lebih tinggi
dibandingkan dengan peningkatan kadar kreatinin
darah. Hal ini disebabkan karena kreatinin dipengaruhi
oleh massa otot dan usia (Pusparini, 2005).
Cystatin C bisa digunakan sebagai alternatif untuk
menggantikan kreatinin dan pembersihan kreatinin, yang
digunakan untuk menscreening dan memantau disfungsi
ginjal pada pasien-pasien yang diketahui atau diduga
mengalami penyakit ginjal
Pemeriksaan CYSTATIN C dapat dilakukan
dengan

METODE METODE METODE


ELISA PETIA PENIA
METODE
1. Metode Enzyme Linked immunosorbent Assay (ELISA)

Prinsip Pemeriksaan

Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan kuantitatif secara sandwich enzyme

immunoassay. Antibodi monoklonal spesifik untuk cysc sebelumnya dilapisi ke microplate.

Standar dan sampel dipipet kedalam well jika terdapat cysc maka akan diikat oleh antibodi.

Setelah pencucian substansi yang tidak berikatan, sebuah enzim pengikat antibodi monoclonal

spesifi /enzyme-linked monoclonal antibody spesificuntuk cysc ditambahkan ke dalam well .

kemudian dilakukan lagi pencucian untuk membuang reagen antibody-enzim yang tidak

berikatan, lalu larutan substrat ditambahkan ke dalam well dan warna yang terbentuk secara

proporsional menunjukkan jumlah cysc yang berikatan pada tahap awal. Pembentukan warna

dihentikan dan intensitas warna diperiksa.


METODE
2. METODE PETIA (PARTICLE-ENHANCED
TURBIDIMETRIC IMMUNOASSAY)

• Prinsip pemeriksaan
Cystatin C yang didapatkan dari sampel serum atau plasma dicampur
dengan anti cys yang didapatkan dari immunopartikel. Kompleks partikel yang
terbentuk akan menyerap cahaya, dan dengan turbidimetri penyerapan cahaya
berhubungan dengan kadar cysc melalui interpolasi pada sebuah kurva kalibrasi
standar yang ditetapkan.
• Sampel
sampel yang digunakan adalah serum atau plasma edta/heparin,
dianjurkan menggunakan sampel segar
METODE
3. METODE PENIA (PARTICLE-ENHANCED
IMMUNO-NEPHELOMETRY)

• Prinsip pemeriksaan
partikel polystyrene yang dilapisi dengan antibodi cysc beraglutinasi ketika
dicampur dengan sampel yang mengandung cysc. Intensitas dari cahaya yang dipancarkan/
scattered light diperiksa menggunakan immunonefelometri dan tergantung pada kadar cysc
dalam sampel.
• Sampel
dapat digunakan sampel serum, plasma edta dan heparin interferensi.
2.PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN
• Sampel pemeriksaan yang digunakan berupa darah (serum).

A. PRA ANALITIK • Sampel yang digunakan sebanyak 5 ml darah vena diambil dan
dimasukkan ke dalam vacutainer yang tidak mengandung
1.PERSIAPAN PASIEN antikoagulan.

• Wadah yang digunakan untuk pengumpulan sampel sebaiknya


• Pemeriksaan cystatin C dapat bersih, kering, dan bebas dari zat pengawet.
dilakukan setiap saat tanpa persiapan
• Bahan pemeriksaan di beri label (berisi identitas pasien, seperti:
khusus maupun puasa.
nama, nomor rekam medik, tanggal lahir, jenis kelamin, umur,
• Catat jenis obat yang dikonsumsi berat badan, tinggi badan, alamat, dan nama dokter pengirim).
klien yang dapat mempengaruhi • Penyimpanan serum untuk pemeriksaan cystatin c dapat disimpan
temuan pengujian pada formulir dalam suhu 2-8°c untuk 7 hari, -20°c untuk 1-2 bulan, -70°c untuk
laboratorium. bertahun-tahun.
PRA ANALITIK
3. PERSIAPAN SURAT PENGANTAR FORMULIR PEMERISAAN LABORATORIUM

• Tanggal permintaan
• Tanggal dan jam pengambilan spesimen ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN

• Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin, alamat/ruang) termasuk rekam medik
• Identitas pengirim (nama, alamat, no telepon) • TORNIQUET

• Nomor laboratorium • KAPAS ALKOHOL


• Diagnosis/keterangan klinik • SPUIT
• Obat-obatan yang sudah diberikan dan lama pemberian • KAPAS KERING
• Pemeriksaan laboratorium yang diminta
• TABUNG VACUTAINER
• Jenis spesimen TANPA ANTIKOAGLAN
• Lokasi pengambilan spesimen
• LABEL
• Volume spesimen
• Transpor media/pengawet yang diberikan
• Nama pengambil spesimen
Persiapan Alat dan Bahan

Sampel yang digunakan


Wadah yang digunakan
sebanyak 5 ml darah vena untuk pengumpulan
Sampel pemeriksaan sampel sebaiknya
yang digunakan berupa diambil dan dimasukkan ke
darah (serum). dalam vacutainer yang tidak bersih, kering, dan
mengandung antikoagulan. bebas dari zat
pengawet.

Bahan pemeriksaan di beri label


Penyimpanan serum untuk
(berisi identitas pasien, seperti:
pemeriksaan cystatin C dapat
Nama, Nomor Rekam Medik,
disimpan dalam suhu 2-8°C
Tanggal Lahir, Jenis Kelamin,
untuk 7 hari, -20°C untuk 1-2
Umur, Berat Badan, Tinggi
bulan, -70°C untuk bertahun-
Badan, Alamat, dan Nama
tahun.
Dokter Pengirim).
B. ANALITIK

1.Sebanyak 5 ml darah vena diambil menggunakan spuit.


2. Kemudian dimasukkan ke dalam tabung vacutainer yang tidak
mengandung antikoagulan.
3. Darah disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit
4. Dipisahkan serum guna pemeriksaan cystatin C.
3. PASCA ANALITIK

DICATAT HASIL PEMERIKSAAN CYSTATIN


C PASIEN.

Nilai normal : 0,5 – 1,2 mg/L.


KRITERIA SAMPEL YANG MEMPENGARUHI
HASIL
1. Hemolisis, pecahnya eritrosit disertai keluarnya zat-zat yang terkandung didalamnya, sehingga serum/plasma tampak
kemerahan.
Cara pencegahan:

• Alat yang digunakan dissposible.


• Punksi vena yang dilakukan harus benar.
• Saat memasukan darah kedalam tabung/vial, alirkan perlahanlahan melalui dinding tabung/vial dan tidak boleh disemprotkan.

• Segera dilakukan pemeriksan.


2. Ikterik, serum yang berwarna kuning coklat akibat adanya hiperbilirubinemia.
Cara penanganannya:
• Sampel diencerkan 1 : 9 dengan nacl atau aquades.
3. Lipemik, serum yang keruh, putih seperti susu karena hiperlipidemia atau adanya kontaminasi bakteri.
Cara penanganannya: Dimasukan dalam kulkas – diambil supernatannya.
CONTOHNYA:
kadar normal cystatin C adalah 0,5-1,2 mg/l. Sebagai contoh,
apabila kadar cystatin C 0,9 mg/l maka setara dengan laju filtrasi
glomerulus 93 ml/menit/1,73m2, yang merupakan nilai normal
laju filtrasi glomerulus ginjal. Cystatin C 1,5 mg/l setara dengan
laju filtrasi glomerulus ginjal 45 ml/menit/1,73m2, yang
menunjukkan penurunan laju filtrasi glomerulus ginjal.

Anda mungkin juga menyukai