Anda di halaman 1dari 163

Pencegahan & Pengendalian Infeksi

Suatu upaya kegiatan untuk mencegah,


meminimalkan kejadian infeksi pada
pasien , petugas, pengunjung dan masyarakat
sekitar rumah sakit dan fasilitas kesehatan
lainnya yang meliputi pengkajian perencanaa,
pelaksanaan dan evaluasi
Pendahuluan 1

• RS (sbg salah satu sarana kes.)


 peranan dlm me  derajat kes. masyarakat
 seyogyanya dpt memberikan pelayanan yg
bermutu sesuai standar yg berlaku
• Masyarakat penerima pelayanan kes, tenaga kes.
dan pengunjung RS dihadapkan pd risiko terkena
infeksi (Infeksi Nosokomial)
Pendahuluan 2
• Untuk meminimalkan risiko tjdnya infeksi di RS
perlu diterapkan pencegahan dan pengendalian
infeksi (PPI) dgn kegiatan meliputi :
• Perencanaan
• Pelaksanaan
• Pembinaan
• Pendidikan dan pelatihan
• Monitoring dan evaluasi
• Keberhasilan upaya tsb mrp. salah satu parameter
tingkat mutu pelayanan RS.
 Perubahan mempunyai manfaat bagi
kelangsungan hidup suatu
organisasi/Perusahaan tidak akan bertahan
lama.
 Perusahaan yang sukses adalah perusahaan
yang mampu melakukan adaptasi yang
dinamis inovatif terhadap setiap tantangan
tantangan baru.
 Menurut Charles Darwin dalam jurnalnya
pernah mengatakan bahwa “ Mereka yang
berumur panjang bukanlah spesies yang terkuat
namun mereka yang mampu menyesuaikan diri
dengan lingkungan perubahan”.
 Menurut Arie de greus (1997), seperti
dikutip dalam kasali (2005), sebenarnya
perusahaan pada dasarnya adalah sosok makhluk
hidup, karena ia hidup maka ia lahir, tumbuh,
berkembang, sakit, tua dan mati.
FAKTOR KEBERHASILAN PPI
 Dukungan manajemen
 Struktur Organisasi
 Peran dan fungsi masing bagian dari
organisasi
 Otoritas TIM PPI
 Tersedianya fasilitas
 Komitmen Individu
Kesadaran
Kepedulian
Tanggung Jawab
DIREKTUR

dr. Putu Dian Ekawati .MPH

KETUA KOMITE PPI

dr. Sandy Kumara M.Kes.,Sp.OT

SEKRETARIS

Ners. I Dewa Gede Ngurah Ari Baskara S.Kep., MM

Ka. TIM PPI TB/ IPC TB ANGGOTA KOMITE

Dr. dewa artika Sp.P 1. Ka. SMF


2. Ka.Laboraturium
3. Ka. Farmasi
4. Ka.CSSD
Sekretaris TIM PPI TB
5. Ka.Loundry
Ayu Santa Amd.kep 6. Ka. IPSRS

IPCN

Sri Yuliatiningsih S.kep

Ners. I Dewa Gede Ngurah Ari Baskara S.Kep., MM

IPCLN

Seluruh Kepala ruangan


Tugas Dan Tanggung Jawab Komite/Tim PPI
 Membuat dan mengevaluasi kebijakan PPI
 Melaksanakan sosialisasi kebijakan PPIRS, agar kebijakan dipahami dan
dilaksanakan oleh petugas kesehatan rumah sakit.
 Membuat SOP PPI.
 Menyusun dan mengevaluasi pelaksanaan program PPi dan Program
pelatihan dan pendidikan PPI.
 Bekerjasama dengan Tim PPI dalam melakukan investivigasi masalah atau
KLB infeksi nosokomial.
 Memberikan untuk mengembangkan dan meningkatkan cara pencegahan
dan pengendalian infeksi.
 Memberi konsultasi pada petugas kesehatan rumah sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya dalam PPI
 Mengusulkan pengadaan alat dan bahan yang sesuai dengan prinsip PPI dan
aman bagi yang menggunakan.
 Menidentifikasi temuan di lapangan dan mengusulkan pelatihan untuk
meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (SDM) rumah sakit dalam
PPI.
 Melakukan pertemuan berkala, termasuk evaluasi kebijakan
 Menerima laporan dari TIM PPI dan membuat laporan kepada Direktur.
 Berkoordinasi dengan unit terkait lainnya
 Memberikan usulan kepada Direktur untuk pemakaian antibiotic yang
rasional di rumah sakit berdasarkan hasil pantauan kuman dan resistensi
antibiotika.
 Menyusun kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja (K3).
 Menyusun kebijakan clinical governance dan patient safety
 Mengembangkan, mengimplementasikan dan secara periodic mengkaji
kembali rencana manajemen PPI apakah telah sesuai kebijakan
manajemen rumah sakit.
 Memberika masukan yang menyangkut kontruksi bangunan dan
pengadaan alat dan bahan kesehatan, renovasi ruangan, cara
pemrosesan alat, penyimpanan alat dan linen sesuai dengan prinsip PPI.
 Menentukan sikap penutupan ruangan rawat bila diperlukan karena
potensial menyebabkan infeksi
 Melakukan pengawaswan terhadap tindakan – tindakan yang
menyimpang dari standar prosedur/ monitoring surveilans proses.
 Melakukan investigasi, menetapkan dan melaksanakan penanggulan
infeksi bila ada KLB di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan
lain.
Tugas IPCO ( Infection Prevention And Control Officer )
 Berkontribusi dalam diagnosis dan terapi infeksi yang
benar.
 Turut menyusun pedoman penulisan resep antibiotic
dan surveilans
 Mengidentifikasi dan melaporkan kuman pathogen
dan pola resistensi antibiotika.
 Bekerjasama dengan perawat PPI memonitoring
kegiatan surveilans infeksi dan mendeteksi serta
menyelidiki KLB.
 Membimbing dan mengajarkan praktek dan prosedur
PPI yang berhubungan dengan prosedur terapi.
 Turut memonitoring cara kerja tenaga kesehatan
dalam merawat pasien.
 Turut membantu semua petugas kesehatan untuk
memahami pencegahan dan pengendalian infeksi.
Tugas IPCN ( Infection Prevention And Control Nurse )
 Mengunjungi ruangan setiap hari untuk memonitoring kejadian
infeksi yang terjadi di lingkungan kerjanya, baik rumah sakit dan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
 Memonitoring pelaksanaan PPI, penerapan SOP, kewaspadaan
isolasi.
 Melaksanaan surveilans infeksi dan melaporkan kepada komite PPI

 Bersama komite PPI melakukan pelatihan petugas kesehatan tentang


PPI di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
 Melakukan investivigasi terhadap KLB dan bersama – sama Komite
PPI memperbaiki kesalahan yang terjadi.
 Memonitoring kesehatan petugas kesehatan untuk mencegah
penularan infeksi dari petugas kesehatan ke pasien atau sebaliknya.
 Bersama Komite menganjurkan prosedur isolasi dan memberikan
konsultasi tentang pencegahan dan pengendalian infeksi yang
diperlukan pada kasus yang terjadi di rumah sakit.
 Audit pencegahan dan pengendalian infeksi termasuk terhadap limbah,
laundry, gizi dan lain – lain dengan menggunakan daftar tilik.
 Memonitoring kesehatan lingkungan
 Memonitoring terhadap pengendalian penggunaan antibiotika yang
rasional.
 Mendesain, melaksanakan, memonitoring dan mengevaluasi surveilans
infeksi yang terjadi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya.
 Membuat laporan surveilans dan melaporkan ke komite PPI
 Memberikan motivasi dan teguran tentang pelaksanaan kepatuhan PPI
 Memberikan saran dan desain ruangan rumah sakit agar sesuai dengan
prinsip PPI.
 Meningkatkan kesadaran pasien dan pengunjung rumah sakit tentang
PPIRS
 Memprakarsai penyuluhan bagi petugas kesehatan, pengunjung dan
keluarga tentang topic infeksi yang sedang berkembang di masyarakat,
infeksi dengan insiden tinggi.
 Sebagai coordinator antara departemen/ unit dalam mendeteksi,
mencegah dan mengendalikan infeksi di rumah sakit.
Tugas IPCLN ( Infection Prevention Control Link Nurse )
 Mengisi dan mengumpulkan formulir surveilans
setiap pasien di unit rawat inap masing – masing,
kemuadian menyerahkan kepada IPCN ketika pasien
pulang.
 Memberikan motivasi dan teguran tentang
pelaksanaan kepatuhan pencegahan dan
pengendalian infeksi pada setiap personil ruangan di
unit rawatnya masing – masing.
 Memberitahukan kepada IPCN apabila ada kecurigaan
adanya infeksi nosokomial pada pasien.
 Berkoordinasi dengan IPCN saat terjadi infeksi
potensial KLB, penyuluhan bagi pengunjung di ruang
rawat masing – masing, konsultasi prosedur yang
harus dijalankan bila belum faham.
 Memonitoring kepatuhan petugas kesehatan yang
lain dalam menjalankan Standar Isolasi.
DIREKTUR

KOMITE/ PANITIA
INSTALASI PPI

SMF
HAIs
(Healtcare Associated Infections)

Infeksi yang terjadi pada pasien selama


perawatan di rumah sakit atau fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya

Dimana tidak ada infeksi atau tidak


masa inkubasi pada saat masuk rumah sakit, termasuk
infeksi didapat di rumah sakit tapi
muncul setelah pulang, dan juga infeksi karena
pekerjaan pada staf di fasilitas
Instrinsik Ekstrinsik
PETUGAS
1. Usia
Kurang menerapkan
2. Status Gizi
Kewaspadaan Isolasi
3. Diabetes
4. Perubahan respon
LINGKUNGAN
imunitas
- Udara
1. Infeksi di tempat lain
- Permukaan Lingkungan
2. Lama rawat inap
- Air
3. Pre operatif
4. Obesitas
5. Merokok Peralatan
6. Kolonisasi
mikroorganisme

Antibiotika
 Morbiditas   Produktifitas Ps 
 Mortalitas   Mutu RS 
 Kecacatan   Citra RS 
 LOS   Pendapatan RS 
 Biaya   Tuntutan Hukum

Biaya meningkat per tahun ( Perhitungan biaya:


2004) • Bayar obat/alat
•US : $ 6.7 billion • Laboratorium
•United Kingdom : $ 1.7 billion • Dokter/perawat
SUMBER PENULARAN
Petugas RS
Medikasi
Barang-barang (suntikan, infus,
(sprei, selimut) kateter)

INFEKSI
Pengunjung NOSOKOMIAL

Air, makanan, Flora normal


udara pasien

Pembedahan
Kewaspadaan Isolasi merupakan bagian dari
program PPI
 Bertujuan untuk memutus mata rantai infeksi
 Seperti : dari petugas kepasien dan dari
pasien kepetugas , dari lingkungan kepasien.
KEWASPADAAN
STANDAR
KEWASPADAAN ISOLASI

KEWASPADAAN
TRANSMISI
KEWASPADAAN
BERDASARKAN TRANSMISI

Airborne/Udara Droplet/Percikan
Kontak

TBC MRSA, Avian Influensa,H1N1


Chicken pox Herpes Simplex Meningococcus

Masker bedah,
Masker N95/
Respiratorik Sarung tangan, Gaun pelindung mata dan
wajah
1. KEBERSIHAN TANGAN.

 Hal utama dalam program PPI


 Komponen sentral dari Patient Safety
 Sederhana dan efektif mencegah HAIs
 Menciptakan lingkungan yang aman
 Pelayanan kesehatan aman
 Bila tangan kotor , cuci dengan sabun/antiseptik di
air mengalir
 Bila tangan tak tampak kotor , bersihkan dengan
gosok cairan berbasis alkohol
TIM PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI
DI RS (PPIRS) DI TINGKAT PUSAT
DIREKTORAT JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK
Departemen Kesehatan RI
Kegagalan melakukan kebersihan tangan
( Boyke dan Pittet 2002)

Penyebab utama infeksi nosokomial


Penyebaran kuman multi resisten
Kontributor terhadap timbulnya
wabah
Penularan penyakit menular dari pasien ke
pasien terjadi melalui tangan petugas.
Menjaga kebersihan tangan
dengan baik dan benar dapat
mencegah penularan
mikroorganisme dan
menurunkan frekuensi infeksi
nosokomial
(Boyce 1999, Larson 1995)
Kebersihan tangan
adalah suatu prosedur tindakan membersihkan
tangan dgn menggunakan :
• sabun/antiseptik dibawah air bersih yang
mengalir (bila terkontaminasi darah dan cairan
tubuh)
• handrub berbasis alkohol (bila tidak tampak
kotor)
4-
37
Menghalau mikroba
kontaminasi yang
diperoleh karena:
- Kontak dengan pasien
terinfeksi/kolonisasi
- kontak dengan
lingkungan serta
menghilangkan bahan
organik dari tangan
4-
38
1. Mikroba berada di kulit, lingkungan
Pasien
2. Transfer mikroba ke tangan petugas
3. Mikroba bertahan hidup di tangan
4. Mikroba bertahan sebagian, tidak efektif
terhalau.
5. Tangan terkontaminasi  transmisi
mikroba
Cara terpenting mencegah
kontaminasi silang
 Alkohol hand rub
cepat, aman untuk menurunkan flora kulit
dapat mengantikan cuci tangan rutin dan setelah
cuci tangan bedah bila tangan tidak tampak
kotor.
 Tidak pakai kuku panjang,cuteks,cincin,gelang,
arloji
 Sarung tangan dipakai untuk tugas tertentu
 Peningkatan kepatuhan kombinasi strategi
edukasi,supervisi,umpan balik,audit
teratur,antiseptik berbasis alkohol ditepi TT
Perhiasan
 Cincin, termasuk cincin kawin, gelang, arloji,
seharusnya tidak dipakai.
 Penelitian: kulit dibawah perhiasan
kolonisasi yang berat, sulit
dibersihkan/dekontaminasi
 memakai perhiasan akan sulit saat memakai
sarung tangan.
 Bila tangan tidak tampak kotor,
cuci tangan rutin dg alkohol handrub
 Cuci tangan sebelum bekerja,sebelum masuk
OK,sebelum makan,setelah dari toilet,dan setiap
tangan tampak kotor
 Jaga kuku selalu pendek dan bersih
 Jangan memakai perhiasan,kuku palsu,cuteks
 Jangan mencuci sarung tangan
 Tidak dianjurkan pakai handuk pakai ulang & tisu
rol
 Bila pakai sabun batang: kecil & wadah berlubang
dibawah,dianjurkan sabun cair.
KAPAN
melakukan Kebersihan tangan ….. ????

david@IPCN of Infection Control


Committe SGH Bali 46
Mencegah agar
tdk terjadi:

Kolonisasi
pasien oleh
kuman atau
infeksi dari
luar.

david@IPCN of Infection Control Committe


SGH Bali 47
Kunci Utama Momen 1
•Lakukan selalu HH sebelum kontak dgn
pasien

•Bila memungkinkan HH sebaiknya


dilakukan di depan px sehingga px dapat
mengamati

•Lakukan HH pada saat memasuki ruangan


pasien
Kapan : Contoh
Menyentuh pasien dengan Berjabat tangan, Membantu pasien untuk
cara apapun bergerak, intervensi kesehatan dari ptgs Kes.
Lain / terkait , Menyentuh perangkat medis
terhubung ke pasien (misalnya IV pompa, IDC)

Setiap Perawatan Tubuh Mandi, Berpakaian, Menyikat rambut,


Pasien Memasang alat bantu pribadi misalnya
kacamata
Setiap observasi yang Memeriksa denyut nadi, tekanan darah,
tidak-invasif saturasi Oksigen, Suhu, Dada auskultasi,
palpasi perut, Memasang elektroda EKG, CTG

Setiap pengobatan non- Memasang masker oksigen atau nasal kanula,


invasif slings Fitting / kawat gigi, Pemasangan alat
bantu inkontinensia (termasuk kondom
drainase)
david@IPCN of Infection Control
Committe SGH Bali 49
Mencegah agar
tidak terjadi:

Infeksi pd pasien oleh


kuman px itu sendiri atau dr
luar/ lingkungan.

Ptgs Kes. pd umumnya juga


kontak dgn benda lain yg
berada di area pasien
sebelum kontak dengan site
bersih.

david@IPCN of Infection Control Committe


SGH Bali 50
 Kunci Utama Momen 2
• Lakukan kembali HH sesaat sebelum
prosedur / tindakan aseptik.
• Setelah HH dilakukan, tidak boleh
menyentuh apapun lagi yg ada di
lingkungan pasien sebelum prosedur
mulai.
 Merupakan suatu tindakan perawatan thd
pasien, yg berisiko menyebabkan patogen
masuk ke dalam tubuh pasien.

Contoh :
Ps.infus, mengganti cairan infus, ps CVC, ps
Cath urine, suction, injeksi, rawat luka , cek
Bs stik, pembedahan, heacting….dll.

david@IPCN of Infection Control


Committe SGH Bali 52
Kapan : Contoh :

Insersi jarum ke kulit pasien, atau Pengambilan contoh darah, Kadar


ke peralatan medis invasif gula darah, AGD, subkutan atau
intramuskular suntikan, IV flush /
spoel

Persiapan dan pemberian obat yang Obat IV , Makanan mll NGT/ sonde,,
diberikan melalui alat kesehatan sonde Bayi, persiapan troly rawat
invasif, atau persiapan bidang steril luka.

Pemberian obat di mana ada kontak Memberi obat Tetes mata,


langsung dengan membran mukosa memasukkan supositoria, memasang
IUD

david@IPCN of Infection Control


Committe SGH Bali 53
Kapan : Contoh :

Pemasangan atau mencabut Prosedur terkait dgn:


peralatan medis yang invasif. ETT, trakeostomi, saluran
pernafasan nasofaring, suction sal.
nafas, kateter urin, Colostomy/
ileostomy, sistem akses pembuluh
darah, alat monitoring invasif, drain
luka, PEG tube, NGT, aspirasi
Sekresi

Setiap pemeriksaan , pengobatan Perawatan luka, Perawatan Luka


dan perawatan pasien yg terjadi Bakar , prosedur pembedahan,
kontak dengan kulit yang tidak utuh pemeriksaan Rectal tuse, dan
atau selaput lendir pemeriksaan dan atau prosedur
invasif ObGyn, penilaian digital pd
langit- langit bayi baru lahir

david@IPCN of Infection Control


Committe SGH Bali 54
Mencegah agar tdk
terjadi:

•Infeksi
pd petgs Kes.
terutama kulit yg tdk utuh.

•Kontaminasi lingkungan

•Mencegah transmisi
kuman dari area kotor ke
bagian site bersih tubuh
pasien X.

david@IPCN of Infection Control Committe


SGH Bali 55
KONTAK / KEMUNGKINAN KONTAK DG:
• Darah, Lochia
• Saliva atau air mata
• Lendir, serumen, atau nanah
• ASI, Kolostrum
• Muntahan
• Urin, faeces, sperma, atau mekonium
• Cairan pleura, cairan asites atau CSF
• Sampel jaringan, termasuk biopsi
spesimen, organ, sumsum tulang, sel
sampel

david@IPCN of Infection Control


Committe SGH Bali 56
Kunci utama momen 3 :
Lakukan Hhsegera setelah melakukan prosedur
/ kontak dg cairan tubuh.

Karena
Setiap situasi yg kontak dengan cairan tubuh,
hal tersebut dapat menimbulkan risiko
kontaminasi baik pada Petugas kesehatan atau
lingkungan.
Mencegahan agar
tdk terjadi:

•Kolonisasi thd ptgs. Kes

•Kontaminasi lingk &


Pasien yg lain.

•Meminimalkan
penyebaran kuman ke
lingkungan tempat pely.
Kes

david@IPCN of Infection Control Committe


SGH Bali 58
Kunci Utama Momen 4 :
Lakukan HH setelah kontak dgn pasien

Melengkapi tujuan utama melakukan HH


,yaitu :
 Sebelum Anda memasuki area pasien
 Sebelum Anda meninggalkan area pasien.
Mencegahan agar tdk
terjadi:
•Kolonisasi kuman
pd ptgs.Kes

•Kontaminasi
lingkungan

•Meminimalkan
penyebaran kuman
pd lingkungan
tempat pely. Kes

david@IPCN of Infection Control Committe


SGH Bali 60
 Area yg didedikasikan utk pasien yg
letaknya dekat dgn bed pasien
Termasuk :
 Furniture di dekat pasien & barang milik px
 Peralatan medis : Tensimeter, monitor
 Chart pasien / catatan bed pasien.
 Apapun yg disentuh petugas kesehatan
saat merawat pasien.
Kapan : Contoh :
Setelah menyentuh lingkungan Pasien sekitarnya meliputi: tempat
sekitarnya pasien Ketika pasien tidur, Pengamanbed, Linen, Meja,
belum tersentuh Catatan Bedside, Bedside loker, nurse
call / TV remote control, saklar
lampu, barang-barang pribadi, Kursi,
tongkat.

Kunci utama Momen 5


•Lakukan HH setelah kontak lingkungan pasien.

( tp pasien belum/ tidak tersentuh, hanya lingkungan .)


• Sebelum melakukan kebersihan tangan
• Pastikan perhiasan cincin (termasuk cincin
kawin), gelang, arloji, tidak dipakai.
• Penelitian: kulit dibawah perhiasan
kolonisasi yang berat, sulit
dibersihkan/dekontaminasi
• Memakai perhiasan akan sulit saat
memakai sarung tangan.

63
Indikasi kebersihan tangan :
1. Segera : setelah tiba di tempat kerja
2. Sebelum :
• Kontak langsung dengan pasien
• Memakai sarung tangan sebelum pemeriksaan klinis dan tindakan
invasif (pemberian suntikan intra vaskuler)
• Menyediakan / mempersiapkan obat-obatan
• Mempersiapkan makanan
• Memberi makan pasien
3. Diantara : prosedur tertentu pada pasien yang sama dimana tangan
terkontaminasi, untuk menghindari kontaminasi silang.
4. Setelah :
• Kontak dengan pasien
• Melepas sarung tangan
• Melepas alat pelindung diri
• Kontak dengan darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi, eksudat luka
dan peralatan yang diketahui atau kemungkinan terkontaminasi
dengan darah, cairan tubuh, ekskresi (bedpen, urinal) apakah
menggunakan atau tidak menggunakan sarung tangan.
• Menggunakan toilet, menyentuh/melap hidung dengan tangan
• Meninggalkan rumah sakit.
TERIMA KASIH
KOMITE PPI
RSU. PRIMA MEDIKA
 Pelindung barrier yang secara umum disebut
sebagai alat pelindung diri (APD), telah
digunakan selama bertahun-tahun untuk
melindungi pasien dari mikroorganisme yang
ada pada petugas kesehatan.
Alat pelindung diri mencakup :
 Sarung tangan
 Masker
 Alat pelindung mata (pelindung wajah dan
kaca mata)
 Topi
 Gaun /apron
 Pelindung kaki ( sepatu boot )
 Melindungi tangan dari bahan yang dapat
menularkan penyakit dan melindungi pasien
dari mikroorganisme yang berada di tangan
petugas kesehatan. Sarung tangan
merupakan penghalang (barrier) fisik paling
penting untuk mencegah penyebaran infeksi.
Sarung tangan harus diganti antara setiap
kontak dengan satu pesien ke pasien lainnya,
untuk menghindari kontaminasi silang.
Kapan Pemakaian Sarung Tangan Diperlukan
Tergantung keadaan, sarung tangan periksa atau serbaguna
bersih harus digunakan oleh semua petugas ketika :

 Ada kemungkinan kontak tangan dengan darah atau cairan


tubuh lain, membrane mukosa atau kulit yang terlepas.

 Melakukan prosedur medis yang bersifat invasive misalnya


menusukkan sesuatu kedalam pembuluh darah, seperti
memasang infuse.

 Menangani bahan-bahan bekas pakai yang telah


terkontaminasi atau menyentuh permukaan yang tercemar.

 Menerapkan kewaspadaan berdasarkan penularan melalui


kontak (yang diperlukan pada kasus penyakit menular melalui
kontak yang telah diketahui atau dicurigai), yang
mengharuskan petugas kesehatan menggunakan sarung
tangan bersih, tidak steril ketika memasuki ruang pasien.
Petugas kesehatan harus melepas sarung tangan tersebut
sebelum meninggalkan ruangan pasien dan mencuci tangan
dengan air dan sabun atau dengan handrub berbasis alcohol.
apakah kontak dengan
TANPA SARUNG
darah atau cairan Tidak TANGAN
tubuh?
ya
SARUNG TANGAN
Apakah kontak RUMAH TANGGA ATAU
Tidak
dengan pasien ? SARUNG TANGAN
BERSIH
ya

SARUNG TANGAN
Apakah kontak dengan Tidak BERSIH ATAU SARUNG
jaringan dibawah kulit ? TANGAN DTT

ya

SARUNG TANGAN STERIL


 Masker harus cukup besar untuk menutupi hidung,
mulut, bagian bawah dagu, dan rambut pada wajah
(jenggot). Masker dipakai untuk menahan cipratan
yang keluar sewaktu petugas kesehatan atau
petugas bedah berbicara, batuk atau bersin serta
untuk mencegah percikan darah atau cairan tubuh
lainnya memasuki hidung atau mulut petugas
kesehatan.
 Masker harus menutupi hidung dan mulut, sampai
kepipi dan bawah dagu.
Di ruang isolasi (airborne diseases)
•Masker bedah/medik: pasien
•Respirator Partikulat(N95) : petugas
•Fit testing sebelum digunakan
 Alat pelindung mata melindungi petugas dari
percikan darah atau cairan tubuh lain dengan
cara melindungi mata. Pelindung mata
mencakup kacamata (goggles) plastic bening,
kacamata pengaman, pelindung wajah dan
visor.
 Topi digunakan untuk menutup rambut
dan kulit kepala sehingga serpihan kulit
dan rambut tidak masuk ke dalam luka
selama pembedahan. Topi harus cukup
besar untuk menutup semua rambut.
Meskipun topi dapat memberikan
sejumlah perlindungan pada pasien,
tetapi tujuan utamanya adalah untuk
melindungi pemakaiannya dari darah
atau cairan tubuh yang terpercik atau
menyemprot.
 Pemakaian gaun pelindung terutama adalah untuk
melindungi baju dan kulit petugas dari sekresi
respirasi. Ketika merawat pasien yang diketahui atau
dicurigai menderita penyakit menular tersebut,
petugas kesehatan harus mengenakan gaun
pelindung setiap memasuki ruangan untuk merawat
pasien karena ada kemungkinan terpercik atau
tersemprot darah, cairan tubuh, sekresi atau
ekskresi.
 Jenis:
-Gaun pelindung tidak kedap air
-Gaun pelindung kedap air
-Gaun steril
-Gaun non steril
 Pelindung kaki digunakan untuk melindungi kaki
dari cedera akibat benda tajam atau benda berat
yang mungkin jatuh secara tidak sengaja ke atas
kaki. Oleh karena itu sandal, “sandal jepit” atau
sepatu yang terbuat dari bahan lunak (kain) tidak
boleh dikenakan. Sepatu boot karet atau sepatu
kulit tertutup memberikan lebih banyak
perlindungan, tetapi harus dijaga tetap bersih dan
bebas kontaminasi darah atau tumpahan cairan
tubuh lain.
 Apron yang terbuat dari karet atau plastic,
merupakan penghalang tahan air untuk
sepanjang bagian depan tubuh petugas
kesehatan. Petugas kesehatan harus mengenakan
apron di bawah gaun penutup ketika melakukan
perawatan langsung pada pasien, membersihkan
pasien, atau melakukan prosedur dimana ada
resiko tumpahan darah, cairan tubuh atau
sekresi. Hal ini penting jika gaun pelindung tidak
tahan air. Apron akan mencegah cairan tubuh
pasien mengenai baju dan kulit petugas
kesehatan.
Persiapan:
 Alat pelindung sebaiknya SELALU tersedia
disetiap ruangan dalam keadaan siap pakai.
 Umumnya sekali pakai atau dipakai terpisah
untuk setiap pasien.
 Setiap alat pelindung terkontaminasi harus
disingkirkan dan segera diganti.
 Alat kotor ditempatkan dalam tempat
penampungan sementara tanpa mencemari
lingkungan.
 Alat tersebut diproses dengan dekontaminasi,
pencucian dan sterilisasi atau dibuang.
JENIS PAJANAN CONTOH PILIHAN ALAT
PELINDUNG
Resiko rendah
1. Kontak dengan  Injeksi  Sarung tangan tdk
kulit  Perawatan luka esensial
2. Tidak terpajan ringan
darah langsung
Resiko sedang  Pemeriksaan pelvis
1. Kemungkinan  Insersi IUD  Sarung tangan steril
terpajan darah  Melepas IUD  Mungkin perlu apron
namun tidak ada  Pemasangan kateter atau gaun pelindung
cipratan intra vena
 Penanganan spesimen
laboratorium
 Perawatan luka berat
 Ceceran darah
JENIS PAJANAN CONTOH PILIHAN ALAT
PELINDUNG
Resiko tinggi
1. Kemungkinan  Tindakan bedah  Sarung tangan
terpajan darah mayor ganda steril
dan  Bedah mulut  Apron
kemungkinan  Persalinan  Baju Pelindung
terciprat pervagina  Kaca mata
2. Perdarahan pelindung
massif
 Masker
 Sepatu boot
Alat Pelindung Terhadap pasien Terhadap petugas kesehatan

Sarung tangan Mencegah kontak Mencegah kontak tangan petugas


mikroorganisme yang dengan darah dan cairan tubuh
terhadap pada tangan penderita lainnya, selaput lendir,
petugas kesehatan kepada kulit yang tidak utuh atau alat
pasien kesehatan/ permukaan yang telah
terkontaminasi

Masker Mencegah kontak droplet Mencegah membran mukosa


dari dari mulut dan hidung petugas kesehatan (hidung dan
petugas kesehatan yg mulut) kontak dengan percikan
mengandung darah atau cairan tubuh penderita
mikroorganisme dan
terpercik saat bernafas,
bicara atau batuk kepada
pasien
Kacamata Pelindung Mencegah membran mukosa
petugas kesehatan kontak
dengan percikan darah atau
cairan tubuh penderita
Tutup Kepala Mencegah jatuhnya Mencegah rambut terkena
mikroorganisme dari rambut cipratan cairan/darah.dll
dan kulit kepala petugas ke
daerah steril
Jas dan celemek Mencegah kontak Mencegah kulit petugas
plastik mikroorganisme dari tangan, kesehatan kontak dengan
tubuh dan pakaian petugas percikan darah atau cairan
kesehatan kepada pasien tubuh penderita
Sepatu Pelindung Sepatu yang bersih Mencegah perlukaan kaki
mengurangi kemungkinan oleh benda tajam yang
terbawanya mikroorganisme terkontaminasi atau terjepit
dari ruangan lain atau luar benda berat (misalnya,
ruangan mencegah luka karena
menginjak benda tajam atau
kejatuhan alat kesehatan)
dan mencegah kontak
dengan darah dan cairan
tubuh lainnya
1.Gunakan Sepatu Boot

2. Gunakan Masker
3. Gunakan Tutup Kepala

4. Gunakan Apron
5. Gunakan Sarung Tangan I

6. Gunakan Pelindung Mata


7. Gunakan Sarung Tangan II

8. Gunakan Masker II
1.Desinfeksi Sarung Tangan Bag Luar (II)

2. Desinfeksi Sepatu Boot


3. Lepaskan Sarung Tangan
Bag. Luar (II)

4. LepaskanMasker Bedah
5. Lepaskan Apron

6. Lepaskan pelindung Mata


7. Desinfeksi Sepatu Boot

8. Lepaskan Tutup Kepala


9. Lepaskan Masker

10. Lepaskan Sarung Tangan


• Pasien non infeksius di semua ruang perawatan
• Pasien infeksius :
 di ruang terpisah/ruangan tersendiri (airborne
diseases harus)
 bila tidak memungkinkan Kohorting, kecuali
airborne diseases, beri jarak ± 3 kaki (≥ 1 m)
 bila tidak memungkinkan Kohorting 
digabung dg pasien lain dg kasus infeksi
berbeda kecuali airborne diseases, beri jarak ±
3 kaki (≥ 1 m)
 bila keduanya tidak memungkinkan 
konsultasi dg petugas PPIRS & Manajemen
kewaspadaan sesuai cara transmisi penyebab
infeksi & keputusan akhir

david@IPCN of Infection Control


Committe SGH Bali 97
Pertahankan kondisi lingkungan sehat
 Udara bersih

 Penyediaan air bersih

 Permukaan lingkungan bersih

 Penataan peralatan sedemikian rupa


sehingga tampak rapi dan mudah
dibersihkan
 Binatang (kucing, anjing, tikus) tidak
ada disekitar ruangan, termasuk
lalat, nyamuk dan kecoak.
 Dinding & langit langit
Sebaiknya dinding dibuat rata dan kedap air
sehingga mudah dibersihkan secara periodik
dengan jadwal yang tetap 3-6 bulan sekali
 Lantai
Sebaiknya halus, kedap air, tidak
bergelombang sehingga mudah dibersihkan
secara rutin 2 kali sehari atau lebih kalau
perlu
 Furniture
Dibersihkan secara rutin setiap hari, khusus
tempat tidur pasien gunakan disinfektan
 Ficture
Peralatan yang menetap di dinding
hendaknya di disain sedemikian rupa
sehingga mudah dibersihkan
 Gorden
Tidak menyentuh lantai
Dicuci secara periodik 1-3 bulan sekali
 Monitoring struktur sistem ventilasi
 Pemasangan heating, ventilation, air conditioning(HVAC)
filter, dan pemeliharaan tepat untuk mencegah
kebocoran udara dan timbulnya debu berlebihan
 Cegah terjadinya akumulasi debu dengan
membersihkan saluran udara saat kamar tidak di
tempati pasien
 Ukur output secara periodik untuk memonitor fungsi
sistem, bersihkan saluran ventilasi sebagai bagian rutin
dari pemeliharaan HVAC untuk memastikan penampilan
yang optimal.
 Hindari inaktifasi atau shutting down HVAC system
 Buat back up untuk sistem ventilasi.
 Tidak ada rekomendasi pemeriksaan rutin mikrobiologi
udara sebelum, selama, setelah bangunan
 Bersihkan dan disinfeksi tempat cuci tangan
 Evaluasi kemungkinan sumber air
terkontaminasi.
 Pertahankan temperatur air, panas 51 °C,
dingin 20 °C
 Bersihkan dan disinfeksi permukaan
lingkungan di area pelayanan
 Lakukan pembersihan dua kali sehari atau
bila kotor
 Pilih disinfektan yang terdaftar dan gunakan
sesuai petunjuk pabrik.
 Jangan menggunakan high level
disinfektan/cairan kimia untuk peralatan non
kritikal dan permukaan lingkungan
 Ikuti petunjuk pabrik untuk pembersihan dan
pemeliharaan peralatan non kritikal
 Jika tidak ada petunjuk pembersihan dari pabrik
ikuti prosedur tertentu
 Bersihkan peralatan medikal non kritikal dengan
detergen/ disinfektan
 Jangan gunakan alkohol untuk disinfeksi
permukaan lingkungan yang luas
 Gunakan sarung tangan untuk
pembersihan/disinfeksi lingkungan
 Jaga kebersihan lingkungan, lantai, dinding,
permukaan meja :
Gunakan detergen atau air untuk pembersihan
permukaan non keperawatan seperti
perkantoran administrasi
Bersihkan dan disinfeksi permukaan yang
sering disentuh seperti pegangan pintu, bed
rails, light switch (saklar)
Bersihkan dinding, tirai dan jendela, gorden di
area perawatan pasien
 Ikuti prosedur tepat yang efektif menggunakan mops,
cloths and solution.
 Siapkan cairan pembersih setiap hari atau jika
diperlukan , dan gunakan cairan yang baru
 Ganti mop setiap hari.
 Bersihkan mop dan kain pembersih setelah dipakai
dan biarkan kering sebelum dipakai lagi.
 Selesai operasi terakhir setiap hari wet vacum atau mop
lantai dan dinding dengan menggunakan kain pel sekali
pakai dan cairan disinfectan ruang operasi.
 Lap Pel agar dibedakan untuk bagian dalam ruangan
pasien dan luar ruangan,kecuali kamar operasi.
 Jaga kasur tetap kering
 Bersihkan dan disinfeksi kasur dan bantal
diantara pasien.
 Anjurkan pasien menghindari dari kotoran,
air liur, urine binatang.
 Jangan membiarkan binatang anjing kucing
berkeliaran di sekitar rumah sakit
 Bersihkan lingkungan rumah sakit dari
kotoran binatang
1. Cuci tangan
2. Pakai APD: sarung tangan, apron, masker, kaca mata
3. Serap darah/cairan tubuh  dg kertas/tissue
4. Buang kertas/tissue penyerap kantong sampah infeksius
5. Tuang larutan clorin 0,5% pd bekas tumpahan 10 mnt
5. Bersihkan daerah bekas tumpahan dgn larutan klorin 0.05
%
6. Buka sarung tangan
7. Cuci tangan
Memisahkan limbah infeksius dan non infeksius
 Limbah Infeksius: limbah yang
terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh,
sekresi dan ekskresi, kecuali keringat
 Limbah non infeksius: limbah yang tidak
terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh
 Limbah padat infeksius ke kantong plastik
kuning dan limbah padat non infeksius ke
kantong plastik hitam
 Limbah jarum dan benda tajam lainnya ke
wadah tahan tusuk dan tahan air
 Limbah cair infeksius ke saluran khusus
 Kontainer limbah tertutup, sebaiknya
membuka menggunakan injakan kaki
11
david@IPCN of Infection Control Committe SGH Bali 2
 Hati-hati menangani benda tajam
 Tidak pernah memberikan ke orang lain limbah benda tajam
 Tidak menyarungkan kembali jarum bekas pakai
KuningSampah Infeksius
Hitam Non infeksius/ domestik
MerahRadioaktif
Ungu Cytotoksik

WADAH
Tahan bocor dan tusukan
Dibuang setelah terisi 2/3 bagian
 Menyimpan linen bersih di dalam lemari
tertutup
 Memisahkan penyimpanan linen bersih
dengan linen steril
 Memisahkan troley linen bersih dan linen
kotor
 Memisahkan linen kotor ternoda darah atau
cairan tubuh dengan linen kotor tidak
ternoda
 Menempatkan linen kotor tidak dilantai
 Menyimpan linen di lemari tertutup
 Membawa linen kotor maupun bersih dalam
keadaan tertutup
 Persediaan linen sesuai kebutuhan
 Peralatan non kritikal
Peralatan yang hanya dipermukaan
tubuh pasien
(Pembersihan atau disinfeksi)

 Peralatan semi kritikal


Peralatan yang masuk kedalam
membrane mukosa
(Minimal disinfeksi tingkat tinggi atau
sterilisasi)

 Peralatan kritikal
Peralatan yang masuk kedalam
pembuluh darah atau jaringan steril
(Sterilisasi)
Alur Pemrosesan Alat Medis Bekas Pakai
(Dekontaminasi)
Rendam dalam larutan klorin 0.5 % selama 10 menit

Pembersihan
(Cuci bersih, tiriskan, keringkan)

Sterilisasi Disinfeksi tingkat Disinfeksi tingkat


(peralatan kritis) tinggi rendah

Masuk dalam (peralatan semi (peralatan non kritikal)


pembuluh kritikal)
Hanya pada
darah/jaringan tubuh Masuk dalam mucosa permukaan tubuh
Instrumen bedah tubuh yang utuh
Endotracheal tube, Tensi meter,
NGT termometer
11
9
 Tidak memakai ulang jarum
suntik
 Upayakan tidak memakai obat-
obat/cairan multidose
 Pertahankan teknik aseptik dan
antiseptik pada pemberian
suntikan
 Segera buang jarum suntik
habis pakai
 Tidak melakukan recapping
jarum suntik habis pakai
Menggunakan spuit berulang kali
tidak direkomendasikan,(jarum
suntik sekali pakai buang)

Menggunakan bak instrumen jika


memberikan suntikan, bukan
keranjang plastik berubang-
lubang
1. Meletakan penutup jarum pada permukaan
yang keras
2. Memegang spuit dengan satu tangan
3. Memasukan ujung jarung kedalam tutup
4. Mengungkit jarum sehingga terangkat (jangan
ampai jarum jatuh)
5. Yakinkan tutup sudah menutup ujung jarum
6. Kencangkan tutup jarum dengan tangan yang
lain
Dilarang mematahkan jarum,
melepaskan, membengkokkan jarum
bekas pakai !!!!!!!!!!!!!!!!!!!
 Pertolongan pertama  segera cuci bagian yg terkena
pajanan dengan air mengalir dan jangan dipencet, rawat
luka dll
 Terciprat pd mata  bilas / cuci dg sebaik baiknya
 Laporkan segera ke Pasien safety
 Evaluasi jenis pajanan  di UGD/ Poli filter
 Follow-up dan konsling  VCT
 Pemeriksaan darah
 Pastikan telah dilakukan pencatatan scr lengkap.

david@IPCN of Infection Control Committe


SGH Bali 125
 Ada pemeriksaan kesehatan secara regular untuk yang
berisiko infeksi
 Pemberian immunisasi Hepatitis pada tempat yang
berisiko
 Ada flow chart pada petugas kesehatan jika terjadi
luka tusuk jarum atau benda tajam lainnya
 Ada alat pelindung diri tersedia
 Pakai tisu, buang ke tempat sampah (kuning ) bila telah
terkena sekret saluran napas dan
 Menutup mulut & hidung saat batuk/ bersin
 Lakukan cuci tangan dengan sabun /antiseptik & air
mengalir, alkohol handrub setelah kontak dengan sekret
 Jaga jarak terhadap orang dengan gejala ISPA dengan
demam
WHO
GUIDELINES

x x x √ √
PENEMPATAN PASIEN :
Pasien infeksius di ruang
terpisah,beri jarak >1 m
Kohorting bila tidak memungkinkan
bila ke-2nya tidak memungkinkan
konsultasi dg petugas PPIRS
Terapkan kewaspadaan sesuai cara
transmisi penyebab infeksi
 Masker harus dipakai klinisi
saat melakukan lumbal
pungsi,anaestesi spinal
/epidural/pasang kateter
vena sentral
 Cegah droplet flora
orofaring,dapat
menimbulkan meningitis
bakterial

david@IPCN of Infection Control 13


Committe SGH Bali 0
 Kontak:
– Kontak langsung: berjabat tangan, bersentuhan
– Kontak tidak langsung:melalui alat kesehatan
 Kontak: terbanyak tangan petugas,peralatan pasien,
mainan anak,alat diagnostik
 Mikroorganisme: MRSA,VRE (Vancomycin resistan
enterococci), E coli ISK,diare karena suspek Clostridium
difficile,norovirus,RSV, Pseudomonas
aeruginosa,Herpes simplex virus.
 Droplet:
–Percikan >5µm melayang di udara jatuh
mengenai mukosa mata, hidung atau mulut
yang ada pada jarak dekat (suction,
bronkoskopi)
– Prosedur yang dapat menimbulkan aerosol
misalnya:suction,bronkoskopi,nebulising,
intubasi.
Mikroorganisme: B pertussis, meningococcus,
Avian Influenza, Streptococcus grup A ,
Adenovirus ,H1N1
 Percikan/partikel berukuran kecil
◦ <disebarkan luas dalam ruangan /jarak lebih jauh.

 Langsung/melalui debu dg mikroba


◦ (TBC, cacar air/varicella, campak)
◦ Menyebar: batuk, bersin, berbicara, tindakan intubasi,
suction, bronkoskopi
◦ 5mm melayang/menetap di udara beberapa jam,
Bila pasien diketahui/dicurigai infeksius
/terkolonisasi agen infeksius:
1. Penempatan pasien :
 1 kamar tersendiri atau kohort (dikumpulkan)
dengan pasien yang terinfeksi agen infeksi sama
 Penelitian gagal membuktikan kamar tersendiri
mencegah HAIs.
 Kohorting untuk management KLB MDRo
termasuk MRSA,VRE,ESBL
2. Alat Pelindung Diri:
 Sarung tangan:
 Gaun :
Bila diperkirakan pakaian akan tercemar saat kontak dg
pasien, permukaan lingkungan atau peralatan pasien (diare,
inkontinensia, kolonostomi, slang drainase).
Lepaskan gaun sebelum meninggalkan ruangan dan pastikan
pakaian tidak menyentuh lagi permukaan tercemar dlm
ruangan
• Tempatkan pasien di kamar tersendiri atau
kohorting (menempatkan pasien infeksi
/terkolonisasi yang sama ),bila tidak
memungkinkan dan beri jarak antar pasien
1m
• Pengelolaan udara khusus tidak diperlukan,
pintu boleh terbuka
• Gunakan masker bedah dalam jarak 1 m dari
pasien
• Pemindahan pasien :
Minimalisasi transportasi pasien, pasangkan
masker pada pasien saat proses pemindahan
Penempatan pasien :
 Di ruangan dengan tekanan negatif termonitor.

 Pertukaran udara setiap 5-10 menit atau 6-12 x per jam

 Jangan gunakan AC sentral, tapi gunakan AC + filter HEPA


(high efficiency particulate air) yang menyaring udara
ruangan yang dibuang keluar.
 Pintu harus selalu tertutup rapat.

 Bila tdk memungkinkan, kumpulkan pasien (kohort) dengan


pasien infeksi yang sama
 Jika tidak ada tekanan negatif, buka jendela lebar, ventilasi
udara keluar bebas dari lalu lintas orang

2-138
RSU
PRIMA
MEDIKA

RSU
PRIMA RSU
MEDIKA PRIMA
MEDIKA

13
9
 Kewaspadaan Isolasi merupakan bagian dari program
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

 Kewaspadaan Isolasi terdiri dari dua lapis: Kewaspadaan


Standar dan Kewaspadaan berdasarkan Transmisi

 Kewaspadaan berdasarkan transmisi merupakan lapis kedua


/tambahan dari kewaspadaan standar diterapkan pada pasien
yang terinfeksi atau diduga infeksi

 Penerapan kewaspadaan Isolasi merupakan kunci memutus


mata rantai infeksi
THANK FOR YOUR
ATTENTION
4-
14
1
Kegiatan surveilans infeksi di fasilitas pelayanan
kesehatan ini merupakan suatu proses yang
dinamis, komprehensif dalam mengumpulkan,
mengidentifikasi, menganalisa data kejadian
yang terjadi dalam suatu populasi yang spesiflk
dan melaporkannya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Hasil kegiatan surveilans ini
dapat digunakan sebagai data dasar laju infeksi
di fasilitas pelayanan kesehatan, untuk
menentukan adanya kejadian luar biasa (KLB),
dan sebagai tolak ukur akreditasi rumah sakit.
 Numerator dihitung angka kejadian infeksi, sedangkan
denominator dihitung populasi yang beresiko. Menghitung
dan menganalisa data pakai metode statistical.
 Populasi yang beresiko Surgical Site Infection (SSI) atau
Infeksi Daerah Operasi adalah semua pasien yang
dilakukan operasi.
 Populasi Ventilator Associated Pneumonia (VAP) adalah
semua pasien yang memakai ventilator.
 Populasi Urinary Tractus Infection (UTI) atau Infeksi
Saluran Kemih (ISK) adalah semua pasien yang memakai
kateter urine
 Populasi Hospital Associated Pneumoni (HAP)
Semua Pasien yang beresiko/tirah baring.
 Populasi Infeksi Aliran Darah Primer (IADP) adalah
semua pasien yang memakai Central Vena Cateter.
 Populasi Plebitis adalah semua pasien yang
memakai IV Line/Infus.
 Populasi Dekubitus adalah semua pasien yang
beresiko/tirah baring.
 Stratifikasi data
◦ Dalam suatu studi populasi sering lemah
homogen, maka dibedakan umur, gender,
severity , dilakukan stratifikasi.
◦ Pasien Infeksi luka operasi dibagi dalam jenis
operasi, usia, jenis luka, atau kategori risk dan
sebagainya.
◦ Kategori Risk (0), (1),(2),(3), kategori risk ini
merupakan jumlah score dari jenis luka, ASA,
T.Time
◦ Infeksi saluran kemih dibagi menurut jenis
kelamin, pada pasien neonatus, dibagi kedalam
kategori berat badan
 Untuk menghitung surveilens yang dipakai adalah insiden
rate.
 Insiden Rate infeksi luka operasi adalah jumlah pasien
infeksi luka operasi (Numerator) dibagi jumlah total kasus
operasi (Denominator) dikali 100 % .
 Sedangkan Rate VAP/HAP/ISK/IADP/Plebitis/Dekubitus
adalah jumlah VAP/HAP/ISK/IADP/Plebitis/Dekubitus
(Numerator) dibagi total jumlah hari pemakaian alat
(Denominator) dikali 1000
Insiden Rate ISK
Jumlah ISK
----------------------------------X 1000
Jumlah hari pemakaian kateter urine menetap
dalam kurun waktu tertentu
Contoh:
Pada bulan Juli 2009 jumlah pasien terpasang kateter urine
menetap 20 orang, total hari pemakaian kateter urine 80
hari.Jumlah pasien ISK dua orang, maka insiden rate ISK
adalah 2/80 X 1000 = 25 ‰
Insiden Rate VAP
Jumlah VAP
--------------------------X 1000
Jumlah hari pemakaian Ventilasi Mekanik dalam
kurun waktu tertentu
Contoh:
Pada bulan Juli 2009 jumlah pasien terpasang
ventilasi mekanik lima orang, total hari
pemakaian ventilasi mekanik 20 hari.Jumlah
pasien VAP dua orang, maka insiden rate VAP
adalah 2/20 X 1000 = 100 ‰
Insiden Rate IADP
Jumlah IADP
--------------------------- X 1000
Jumlah hari pemakaian kateter vena sentral
dalam kurun waktu tertentu
Contoh:
Pada bulan Juli 2009 jumlah pasien
terpasang kateter vena central 10 orang,
total hari pemakaian kateter vena sentral 40
hari.Jumlah pasien IADP dua orang, maka
insiden rate IADP adalah 2/40 X 1000 = 50
%
Insiden Rate Plebitis
Jumlah Plebitis
----------------------------- X 1000
Jumlah hari pemakaian intra vena perifer
dalam kurun waktu tertentu
Contoh:
Pada bulan Juli 2009 jumlah pasien terpasang intra
vena perifer 50 orang, total hari pemakaian kateter
vena perifer 200 hari.Jumlah pasien Plebitis 10
orang, maka insiden rate Plebitis adalah 10/200 X
1000 = 50 ‰
Insiden Rate ILO
Jumlah ILO
----------------------------------------- X 100
Jumlah kasus operasi dalam kurun waktu
tertentu
Contoh:
Pada bulan Juli 2009 jumlah kasus
operasi SC 20 orang, terjadi ILO dua orang,
maka insiden rate infeksi adalah
2/20 X 100 = 10 %
Insiden Rate Dekubitus
Jumlah Dekubitus
------------------------------------ X 1000
Jumlah Hari pasien tirah baring
Contoh:
Pada bulan Juli 2009 jumlah pasien tirang baring sebanyak 30 orang,
jumlah hari tirah baring 110 hari, terjadi kasus dekubitus 10 orang.
10/110x1000 = 90%
Insiden Rate HAP :
Angka infeksi HAP adalah jumlah pasien HAP dibagi dengan jumlah Pasien yang masuk pada
periode tersebut.
 pasien HAP per bulan
Angka Infeksi HAP = _________________________ x 1000
 hari rawat pasien per bulan

Contoh kasus HAP :


Data surveilans bulan Desember 2010 di ruang penyakit dalam RS X :
masuk 77 orang Jumlah hari rawat 833 hari, jumlah pasien tirah baring sebanyak :
•16 orang stroke haemoragik.
•9 orang stroke non haemoragik.
•Jumlah hari rawat semua pasien stroke 375 hari
•Ditemukan HAP 2 orang : hasil kultur sputum MO Klebsiella pneumonia.

Berapa angka infeksi HAP ?


Angka infeksi HAP adalah : 2/375 x 1000 = 5,33%.
Form B F

Suh TINDAKAN Tirang


TGL NAMA/JK/UMUR RM DX. Medis Dokter Antibiotik Kultur
u UC IVL CVL ETT / VENTI Baring

1/6/15 Abi/ L/70th 111 36 Dyspepsia dr. made √ √ Taxegram -

Budi/L /60 th 222 37 Febris + SNH dr. made √ √ √ √ Meropen -

Cindi / P /50 th 333 38 Febris dr.made √ √ √ Cefotaxime -


Form C

TINDAKAN INFEKSI RUMAH SAKIT TIRA JENIS KULTUR


HASIL
Tg Suh ET H DEK HASIL
Nama/JK/Umur RM DX Medis IV CV VA HA PLE IAD KULT AB DAR SPUT URI
l u UC T ISK IDO BARI U SWAB KULTUR
L L P P S P UR AH UM NE
/V NG

1 Abi/ L/70th 111 36 Dyspepsia √ √ - - - - - - - - - Taxegram - - - - -

Budi/L /60 th 222 37 Febris + SNH √ √ √ - - - - - - √ - - Meropen - - - - -

Cindi / P /50 th 333 38 Febris √ √ - - - - - - √ - - Cefotaxime - - - - -


Form D
TINDAKAN INFEKSI RUMAH SAKIT
TIRAH
TGL. JML.PX ETT Ket/Kultur
UC IVL CVL VAP HAP ISK PLES IADP DEKU ILO BARING
/V

1 3 1 3 1 2 - - - - - - - 2 -

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20
Form E
KLASIFIKASI
JENIS OPERASI ASA SCORE OPERASI ANTIBIOTIK
TG DX. LUKA OPERASI LAMA HASIL
NAMA / U / JK S RM
L OPERASI OP ELEKTI PROFI TERAP KULTUR
B BT T K 1 2 3 4 5 ILS ILD ILO CITO IDO
F L I
Form F
JENIS OPERSASI ASA SCORE OPERASI IDO ANTIBIOTIK
TGL JML OP SUB DIVIDI HASIL KULTUR
OB OBT OT OK 1 2 3 4 5 CITO ELEKTIF ILS ILD ILO PROFIL TERAPI
Form G
VARIABEL

VENA SENTRAL VENA PERIFER KATETER OPERASI TIRAH BARING ETT / VENTILATOR TIRAH BARING

N IAD % N PLEBIS % N ISK % N SSI % N HAP % N VAP % N DEKUBITUS %

ICS ILD ILO

Mengetahui, IPCN link. Ruangan

HEAD NURSE ........................................

...................................
JENIS WAKTU TEMPAT PESERTA MATERI

Rapat Rutin 1 bulan Sun flower TIM PPI 1. Rapat hasi surveilas
Lantai 5 2. Masalah yang muncul
RSPM 3. Kasus-kasus out break

Rapat Rutin 3 bulan Sun flower Tim PPI 1. Pembahasan masalah


Triwulan Lantai 5 2. Peningkatan mutu PPI
RSPM

Rapat Rutin bulan Sun flower Ka. Komite dan 1. Laporan hasil surveilas
Semester Lantai 5 Direksi 2. Pembahasan masalah yang perlu
RSPM ditindak lanjuti
 Laporan harian.
 Laporan bulanan.
 Laporan tahunan.

 Keterangan :
 Laporan Harian
Pengambilan data kejadian infeksi nosokominal diambil oleh masing-masing kepala
diruangan/IPCLN.
 Laporan Bulanan
-Data yang sudah terkumpul dalam laporan bulanan (Form C) oleh IPCLN diserahkan ke
IPCN
-IPCN melakukan analisis data dan dibuatkan laporan.
 Laporan Tahunan
- Laporan 3 bulanan yang sudah dianalisis oleh IPCN dilaporkan ke ketua Tim PPI.
- Laporan semester dan tahunan dibuatkan surat pengantar yang ditujukan kepada :
 Direktur

 Komite Mutu

 Ka. Sub. Bag data dan pelaporan

 Laporan yang ditujukan ke direktur untuk mendapatkan rekomendasi dan tidak lanjut.

 Laporan yang ditujukan ke Komite Mutu sebagai bahan audit kinerja komite PPI

 Laporan yang ditujukan ke Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi Bali,


sebagai laporan terhadap mutu pelayanan rumah sakit.
THANK FOR YOUR
ATTENTION
4-
16
3

Anda mungkin juga menyukai