TAHUN 2019 Hipertensi yang berlangsung lama akan mengarah ke Gagal jantung/ Heart Failure (HF). Pasien HF memiliki riwayat hipertensi. Remodeling jantung terhadap tekanan overload yang utama terdiri dari disfungsi diastolik dan hipertrofi ventrikel kiri (LV) Disfungsi diastolik dan HF dengan fraksi ejeksi yang lama merupakan komplikasi jantung yang paling umum dari hipertensi. Tahap akhir hypertensive heart disease dihasilkan dari adanya tekanan dan overload volume, dan terdiri dari kardiomiopati dilatasi diastolik dan berkurangnya fraksi ejeksi. “Decapitate hipertension” Gagal ginjal yang progresif, merupakan komplikasi lain dari hipertensi yang berlangsung lama, menimbulkan sindrom cardiorenal (gagal jantung dan gagal ginjal) yang disebut sindrom pickering. Revaskularisasi arteri ginjal merupakan salah satu pengobatan pilihan Penggunaan awal terapi beberapa golongan antihipertensi dapat memperlambat transmisi hipertensi menjadi HF. Contohnya (longacting diuretik thiazide seperti chlorthalidone dan indapamide). Disfungsi diastolik ventrikel kiri adalah manifestasi awal dari penyakit jantung (Gambar 1). Remodeling jantung untuk tekanan yang berlebihan yang utama terdiri dari : - Hipertrofi konsentris ventrikel kiri (HFpEF) - Eksentrik hipertrofi (HFrEF) Lanjutan,,
Beban tekanan yang berlebihan
Disfungsi diastolik
Konsentris decompensates ventrikel
kiri (LV) diperbaiki
Hipertensi heart failure dengan fraksi
ejeksi yang dipertahankan (HFpEF) akan terjadi kemudian. Ketika menanggung volume berlebihan , terjadi dilatasi ventrikel kiri (LV)
Decompensasi ventrikel kiri(LV)
eksentrik diperbaiki
Heart Failure dengan berkurang
fraksi ejeksi atau HF with reduced ejection fraction (HFrEF) terjadi kemudian Kombinasi hipertrofi ventrikel kiri dengan peningkatan biomarker menandakan adanya cedera miokard (hasil biomarker meningkat yakni untuk troponin- T, N-terminal pro B-type natriuretic peptide) . Tahap akhir penyakit jantung hipertensi merupakan hasil dari tekanan darah tinggi lama dan volume overload terdiri dari kardiomiopati dilatasi disfungsi diastolik dan fraksi ejeksi berkurang. Dari sudut pandang klinis, penyakit jantung hipertensi dapat dibagi menjadi 4 kategori, berdasarkan patofisiologi dan dampak hipertensi terhadap jantung: Grade I: Isolated disfungsi diastolik Left Ventricle tanpa hipertrofi LV Grade II: disfungsi diastolik LV dengan konsentris hipertrofi LV Grade III: Gagal Jantung/ Heart Failure(dyspnea dan edema paru dengan fraksi ejeksi) Grade IV: Dilatasi Cardiomyopathy dengan Gagal Jantung dan adanya fraksi ejeksi berkurang Dalam perkembangan HF, tekanan darah sistolik biasanya rendah, meskipun pada pasien yang sebelumnya memiliki riwayat hipertensi. Fenomema ini dikenal “decapitated hypertension” Penurunan tekanan darah sistolik merupakan hasil dari fungsi pompa dan turunnya cardiac output menimbulkan adanya mekanisme kompensasi, seperti vasokonstriksi periferal. Pasien-pasien dengan decapitated hypertension sulit untuk di tatalaksana karena tidak mampu mentoleransi obat-obatan gagal jantung, Lebih banyak pada tindakan menjaga agar tekanan darah tetap rendah, seperti pemberian obat golongan angiotensin-converting enzyme(ACE) inhibitors or angiotensin receptor blockers (ARBs), diuretics, and beta-blockers. Pasien dengan gagal jantung (HF) yang menjalani terapi sinkronisasi jantung (CRT) terjadi peningkatan Tekanan Darah (BP) . Tekanan darah sistolik (SBP) lebih tinggi pada pasien dengan HF tampaknya meiliki efek paradoks perlindungan pada kelangsungan hidup penderitanya. Baik jantung maupun ginjal merupakan organ target dalam hipertensi dimana fungsi dan struktur menjadi semakin terganggu dengan penyakit kardiovaskular hipertensi lama. Tiga mekanisme patofisiologis utama berkontribusi pada cepatnya perkembangan edema paru: 1) natriuresis tekanan yang rusak dengan natrium dan retensi cairan; 2) 2) peningkatan ventrikel akhir diastolik tekanan kiri (LVEDP) terkait dengan hipertrofi ventrikel kiri dan kekakuan ventrikel; dan 3) 3) kerusakan barier kapiler darah-gas di apru-paru. BP = blood pressure (tekanan darah); HFpEF = heart failure with preserved ejection fraction; HFrEF = heart failure with reduced ejection fraction; RAS =renal artery stenosis. Sindrom pickering adalah Entitas klinis FPE dan bilateral ARAS. Pasien dengan sindrom Pickering paling sering hadir dengan gangguan pengisian ventrikel kiri (LV) dan hipertrofi LV tetapi mungkin memiliki fungsi LV sistolik normal atau hanya sedikit terganggu. Dengan kegagalan natriuresis sekunder untuk ARAS bilateral, adalah mekanisme pathogenesis utama yang mengarah ke FPE. Beta Blocker tetap menjadi landasan dalam pengobatan HF . Diuretik thiazide seperti chlorthalidone dan indapamide adalah agen luar biasa bila digunakan sebagai obat antihipertensi untuk mencegah HF. Kami merekomendasikan terapi antihipertensi didasarkan pada asumsi bahwa semua pasien gagal jantung(HF) menjalani terapi tiga dasar yang terdiri dari ACE inhibitor atau ARB, ditambah beta-blocker dan loop diuretik Pengurangan afterload dengan beralih ke valsartan / sacubitril dan untuk vasodilatasi,beta-blocker seperti carvedilol atau nebivolol dapat diberikan. Statin harus menjadi bagian dari strategi terapi pada semua pasien dengan HFpEF untuk mengurangi disfungsi mikrovaskuler.