Anda di halaman 1dari 52

1.

Untuk memahami anatomi jalan nafas


2. Untuk melakukan penyegaran dan meningkatkan
kemampuan dalam hal pengelolaan jalan nafas
ATAS BAWAH

 Hidung/Mulut  Trachea
 Pharing  Bronchi
 Naso pharing  Paru - paru
 Oro pharing
 Laringo pharing
 Laring
PHARING LARING
OROPHARING

LARING
FiO2 serendah mungkin
 Fungsi pernafasan adequat :
Jalan nafas baik, tidal volum cukup, frekuensi nafas,
irama teratur, alveoli baik.
 Pembawa O2 adequat :
Kadar Hb cukup, sifat Hb baik
 Fungsi kardiovaskular baik :
Volume cukup, kontraktilitas baik, ritme baik
 sel masih baik
“Keadaan Jantung dan Paru bekerja
tanpa beban berat”
GAGAL NAFAS
 Suatu kegawatan yang disebabkan oleh
gangguan pertukaran gas
 Sistem pernafasan tidak mampu
memenuhi kebutuhan metabolisme
 Gagal nafas sebagai penyebab kematian
utama dan disebabkan oleh sumbatan
jalan nafas
 Yang sesungguhnya dapat diatasi
walaupun tanpa menggunakan alat
canggih
 Ketidak mampuan/kegagalan mengenali adanya
kebutuhan jalan nafas dan ventilasi
 Ketidakmampuan untuk membuka jalan nafas
 Ketidakmampuan menggunakan/ melakukan alat
bantu jalan nafas (pemasangan secara keliru,
perubahan letak alat bantu jalan nafas)
 Aspirasi
PENGELOLAAN JALAN NAFAS
Upaya tindakan yang dilakukan dalam rangka membebaskan
jalan napas dengan tetap memperhatikan kontrol servikal.

Tujuan Pengelolaan Jalan Nafas :


Membebaskan jalan napas untuk menjamin masuknya udara ke paru secara
adequat sehingga mencapai kecukupan oksigen dalam tubuh.
 Penurunan kesadaran (pengaruh anestesi, koma, radang otak,
alkohol/obat); GCS < 9
 Suatu penyakit (laringitis, edema laringe)
 Trauma
 Benda asing (muntah, darah, makanan)

Macam Sumbatan :
 Partial
 Total
Penyebab kematian adalah hipoxia, yang paling rentan adalah otak.

Sehingga perlu dilakukan penilaian jalan nafas sebelum dilakukan pengelolaan jalan
nafas
Kematian dipengaruhi oleh :
 Ketidak mampuan mengenali adanya kebutuhan
airway
 Ketidakmampuan untuk membuka airway
 Ketidakmampuan menggunakan/melakukan alat
bantu airway (pemasangan secara keliru,
perubahan letak alat bantu airway
 Gagal mengenali adanya kebutuhan ventilasi
 Aspirasi
 LOOK  “The talking patient”
artinya bagaimana
tingkat kesadaran.
 Lihat nafas cuping
hidung, gerakan nafas
atau pengembangan
dada, adanya retraksi
sela iga, warna
mukosa/kulit.
 Agitasi, cianosis
 LISTEN Kenali suara abnormal :
 Snoring
 Gurgling
 Stridor
Hal ini terjadi karena ada
sumbatan partial antara
pharing – laring.
 FEEL  Rasakan aliran udara dari
mulut atau hidung.
 Posisi trakea terutama
pada pasien tauma.

Catatan :
Pada kasus henti jantung,
RJP berdasarkan AHA
2010, look, listen, feel
dihilangkan
Pada kasus trauma tetap
dilakukan.
 Tanpa Alat pada pasien sadar (Pada Chocking) :
o Back blow
o Abdominal thrust (Heimlich manuver)
 Tanpa alat pada pasien tidak sadar
o Head tilt
o Chin lift
o Jaw thrust
“in line manual immobilitation” atau pasang cervical collar.
 Bantuan dengan alat : Oropharingeal airway, (OPA)
Nasoparingeal airway (NPA)
 Bantuan dengan alat (definitif) : ETT, Cricothyroidotomy,
Tracheostomy
CHOKING

Lima kali hentakan pada


punggung, diantara dua
scapula
 Heimlich Abdominal
trust
 Pada korban sadar
Cross finger

Sweep finger
 Teknik dasar
pembukaan jalan nafas
dengan kepala-angkat
dagu

 Efektif dilakukan bila


pasien mengalami
obstruksi nafas karena
lidah atau relaksasi
otot pada jalan nafas
atas
Teknik benar dilakukan “head tilt – Teknik salah dan tidak boleh
chin lift” dilakukan “neck lift”
 Bila pasien yang
menderita trauma
diduga mengalami
cedera leher, lakukan
penarikan rahang tanpa
mendorong kepala.
 Pegang pada angulus
mandibulae, dorong
mandibula ke depan
(ventral). Manuver ini
aman dilakukan pada
pasien trauma
 Apabila terdapat suspect C-Spine Injury,
maka pengelolaan jalan napas dasar dan
lanjut dilakukan dengan C-Spine
protection yang meliputi manual in line
stabilization atau pemasangan cervical
collar.
 Posisi jalan nafas atas yang benar harus dijaga
 Bernapas secara spontan
 Tanpa reflek batuk atau muntah

Dapat dipasang :
1. Oropharingeal airway (OPA)
Manfaat :
 Menahan lidah dari menutupi hipofaring
 Sebagai fasilitas suction dan mencegah
tergigitnya lidah dan ETT (EndotrachealTube)
Indikasi Komplikasi

 Napas spontan  Obstruksi jalan napas


 Tidak ada reflek  Laringospasme ~
muntah ukuran OPA
 Pasien tdk sadar,  Muntah
tidak mampu  Aspirasi
manuver manual

Perhatikan
ukuran
 Cara pemilihan OPA :
pangkal OPA pd sudut
mulut, ujung OPA pd
angulus mandibula.
Apabila terlalu kecil
maka tidak dapat efektif
membebaskan airway
dan dapat mendorong
lidah semakin ke
belakang. Apabila terlalu
besar akan melukai
epiglotis, merangsang
muntah dan
laringospasme
 Bersihkan mulut dan faring dari sekresi, darah, atau muntahan dengan
menggunakan ujung penyedot faring yang kaku (Yaunker), bila
memungkinkan
 Pilihlah ukuran OPA yang tepat. Bila OPA diukur dan dimasukkan dengan
tepat, maka OPA akan tepat sejajar dengan pangkal glotis

 Masukkan OPA, ia berputar ke arah belakang ketika memasuki mulut


 Ketika OPA sudah masuk rongga mulut dan mendekati dinding posterior
farings, putarlah OPA sejauh 180° ke arah posisi yang tepat.
Indikasi Komplikasi
Napas spontan  Trauma
Ada reflek muntah  Laringospasme
Pasien sadar/tdk sadar,  Muntah, Aspirasi
Kesulitan dengan OPA  Insersi intra cranial
Pilihlah ukuran NPA yang
tepat
 Bandingkan diameter luar
NPA dengan lubang dalam
hidung.
 NPA tidak boleh terlalu
besar sehingga
menyebabkan lubang
hidung memucat.
 Beberapa tenaga
kesehatan menggunakan
diameter jari kelingking
pasien sebagai pedoman
untuk memilih ukuran
yang tepat
Panjang NPA haruslah sama dengan jarak. antara ujung
hidung pasien dengan cuping telinga .
 Basahi saluran napas
dengan pelumas larut air
atau jelly anestesik

 Masukkan NPA melalui


lubang hidung dengan
arah posterior
membentuk garis tegak
lurus dengan permukaan
wajah. Masukkan
dengan lembut sampai
dasar nasofaring.
Bila mengalami hambatan :
 Putar sedikit pipa untuk
memfasilitasi
pemasangan pada sudut
antara rongga hidung
dan nasofaring
 Cobalah tempatkan
melalui lubang hidung
yang satunya karena
pasien memiliki rongga
hidung dengan ukuran
yang berbeda
Definisi :
proses memasukkan pipa endotrakeal ke dalam trakea pasien. Bila melalui
mulut disebut intubasi orotrakea, bila melalui hidung disebut nasotrakea.

Kegunaan Pipa endotrakea adalah :


1. Memelihara jalan napas atas terbuka (paten)
2. Membantu pemberian oksigen konsentrasi tinggi
3. Memfasilitasi pemberian ventilasi dengan volume tidal yang tepat
untuk memelihara pengembangan paru yang adekuat
4. Mencegah jalan napas dari aspirasi isi lambung atau benda padat atau
cairan dari mulut, kerongkongan atau jalan napas atas
5. Mempermudah penyedotan dalam trakea
6. Sebagai alternatif untuk memasukkan obat (Nalokson, Atropin,
Vassopresin, epinefrin dan lidokain ; NAVEL) pada waktu resusitasi
jantung paru bila akses intravena atau intraosseus belum ada
INDIKASI

1. Henti jantung, bila ventilasi kantong napas tidak


memungkinkan atau tidak efektif

2. Pasien sadar dengan gangguan pernapasan dan


pemberian oksigen yang tidak adekuat dengan alat-
alat ventilasi yang tidak invasif

3. Pasien yang tidak bisa mempertahankan jalan napas


(pasien koma)
 S ... Uction
 T ... Ools (laringoscope, blade dll)
 O... Xygen
 P ... Ositioning

 M ... Onitors (pulse, BP)


 A ... Mbu bag, airway devices
 I ... Ntravenous access
 D ... Rugs (premed, induction)
Ventilasi .... M O A N S :
 M ... Ask seal (masker tdk sesuai)
 O ... Besity : jaringan berlebihan
 A ... Ge > 55 : elastisitas ↓
 N ...o teeth : kedudukan masker tdk stabil
 S ... Tiff : membutuhkan pijatan berlebih
 L ... Ook (gemuk-kecil, leher pendek,
payudara besar, gigi atas maju, rahang
bawah panjang, luka bakar, trauma
wajah, stridor).
 E... Valuate (3 – 3 – 2)

A. Menilai lebar mulut


B. Jarak mentum ke tulang hyoid
C. Jarak tyromental
 M ... Allapati score

 O ... Bstruksi (darah, muntah, gigi, gigi


palsu, tumor, benda asing).
 Neck Mobility
Laryngoscope
a. Terdiri dari : Blade (bilah) dan Handle
(gagang).
b. Pilih ukuran blade yg sesuai. Dewasa : no 3
atau 4, Anak : no 2, Bayi : no 1
c. Pasang blade dengan handle, Cek lampu
harus menyala terang.
Endotracheal Tube (ETT)
a. Pilih ukuran yang sesuai: (ID: Internal Diameter)
b. Dewasa : ID 6.5 , 7 atau 7.5 Atau ± sebesar
kelingking kiri pasien
c. Anak : ID = 4 + (Umur : 4)
d. Bayi : Prematur : ID 2.5
e. Aterm : 3.0 – 3.5

Selalu menyiapkan satu ukuran dibawah dan diatas.


Pilih ET yang High Volume Low Pressure (ETT putih/
fortex). Bila memakai yg re-usable, cek cuff dan patensi
lubang ET
Pengelolaan Jalan Nafas
DAFTAR PUSTAKA
Wilson WC, Grande CM, Heyt DB. Trauma Emergency Resuscitation Perioprative
Anesthesia Surgical Management Volume 1. Informa Health care, New York
2007.
Rushman GB, Davies NJH, Cashman JN. Lee Synopsis of Anesthesia 12 th
edition. Butterworth Heineman, Oxford, 2000
Prasenohadi. Manajemen Jalan Napas; Pulmonologi Intervensi dan Gawat
Darurat Napas. FK UI, Jakarta, 2010.
Student Course Manual, Advance Trauma Life Support, Edisi 8. American College
Surgeon, 1997.
Buku Panduan Kursus Bantuan Hidup Jantung Lanjut edisi 2011, PERKI 2011
ABC of Practical Procedures 1st edition, Blackwell Publishing, 2010.
Sagiman. Airway management. Hipercci DKI. Jakarta. 2014

Anda mungkin juga menyukai