Anda di halaman 1dari 78

Anestesi umum Pada Operasi

Giant Fibroadenoma Mamae

Pembimbing : Dr. Lasmaria Flora Sp.An, M. kes


KEPANITERAAN KLINIK SENIOR
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABDURRAB
RSUD BANGKINANG
2017

By: Darfirizan Seprika


Medical Faculty
Of Abdurrab
University
Anestesi

• Anestesi  Yunani an-"tidak, tanpa" dan aesthētos,


"persepsi, kemampuan untuk merasa“
• Istilah anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver
Wendel Holmes Sr pada tahun 1846
Medical Faculty
Of Abdurrab
University
Anestesi
Anestetik ideal  Trias Anestesi

Trias Anestesi

Hipnotik Analgesia Relaksasi otot

Eter  memiliki trias anestesi


Agen anestetik modern  Kombinasi beberapa agen anestetik yang
sesuai untuk mencapai balanced
anesthesia
Medical Faculty
Agen Anestesi
Of Abdurrab Morfin
University Pethidin
Narkotik
Fentanyl

Analgetik Tramadol

Non-Narkotik Ketorolac

Pancuronium

Non-Depolarizing Vecuronium

Atracurium
Agen
Relaksan Recuronium
Anestesi

Depolarizing Suxamethonium

Barbiturat Pentothal

Midazolam
Hipnotik Benzodiazepin Diazepam

Non-Barbiturat – Non-
Benzodiazepin Propofol
Medical Faculty
Antagonis Agen
Of Abdurrab
University
Anestesi

Nalokson
Antagonis Opioid
Naltrekson

Piridostigmin

Antagonis Relaxan Neostigmin (Prostigmin)

Edrophonium

Fisostigmin

Antagonis Hipnotik Flumazenil


ANESTESI UMUM

Medical Faculty Of Abdurrab University


Medical Faculty
Of Abdurrab
University
Anestesi Umum

 Anestesi umum adalah Keadaan tidak sadar


(Unconsiusness), amnesia, analgesik, immobilisasi, dan
melemahnya respon autonom secara reversibel yang
didapatkan ketika agen anestesi mencapai konsentrasi
tertentu.
 Tujuan Anestesi umum adalah menciptakan
ketidaksadaran yang aman dan reversibel,
mengoptimalisasi respon fisiologis, dan menciptakan
keadaan operasi yang kondusif. Secara umum tujuan
anestesi adalah mencapai Trias Anestesi.
 Impuls masih sampai ke C.N.S.
 Cortisol 
 Cathecolamin 
 Tachycardi
 Gula darah 
 Meyer and Overton’s lipid theory (1937) : Agen anestesi umum bekerja
dengan terlarut didalam membran lipid sel neuron sistem saraf pusat.
Anestesi tercapai ketika agen anestesi mencapai konsentrasi kritikal pada
membran sel neuron.
 1980-an: Benzodiazepin (BZD) dan barbiturat menghasilkan efek
hipnotis dengan mengaktifkan reseptor GABA-A. Reseptor Aktivasi
GABA-A (GABA-gated Cl- channel) menyebabkan masuknya Cl,
menyebabkan neuronal Hiperpolasiasi dan bersifat menghambat sinyal
transmisi impuls saraf.
 1990-an: Tidak hanya BZD dan barbiturat yang mengaktifkan reseptor
GABA-A, selain itu,agen anestesi umum juga mempengaruhi ligan kanal
gated ligan lainnya, sehingga menyebabkan hyperpolarization neuron
 Awal tahun 2000an: Agen anestesi umum juga mengaktifkan TREK-1,
yang merupakan pori saluran domain K +, yang menyebabkan efflux K
+ Dan menimbulkan hiperpolarisasi neuronal. 11
Medical Faculty
Of Abdurrab
University
Anestesi Umum

Syarat
 Memberi induksi yang halus
dan cepat.
 Timbul situasi pasien tak sadar
atau tak berespons
 Timbulkan keadaan amnesia
 Timbulkan relaksasi otot
skeletal, tapi bukan otot
pernapasan.
 Hambatan persepsi rangsang
sensorik sehingga timbul
analgesia yang cukup untuk
tindakan operasi.
 Memberikan keadaan
pemulihan yang halus cepat dan
tidak menimbulkan ESO yang
berlangsung lama.
Medical Faculty
Of Abdurrab
University
Anestesi Umum

Indikasi Kontraindikasi
 Operasi di sekitar kepala, leher,  Kontraindikasi mutlak  dekompresi
intra-torakal atau intra-abdomen kordis derajat III -IV, AV blok derajat
II-total (tidak ada gelombang P).
 Pada bayi atau anak-anak
 Pasien gelisah, tidak kooperatif
 Kontraindikasi Relatif  hipertensi
atau disorientasi gangguan jiwa berat/tak terkontrol (diastolik >110),
 Pembedahan lama DM tak terkontrol, infeksi akut, sepsis,
GNA.
 Pembedahannya luas atau
ekstensif
 Memiliki riwayat alergi terhadap
anestesi lokal
 Pasien yang memilih anestesi
umum.
Medical Faculty
Of Abdurrab
University
Anestesi Umum

Kelebihan Kekurangan
 Mengurangi kesadaran dan ingatan  Membutuhkan perawatan yang lebih rumit
pasien selama operasi dan biaya yang lebih besar
 Memungkinkan relaksasi otot untuk
jangka waktu yang lama  Membutuhkan beberapa persiapan
preoperative
 Dapat mempertahankan jalan napas,
pernapasan dan sirkulasi yang adekuat  Dapat menginduksi fluktuasi fisiologi yang
 Dapat digunakan pada pasien yang membutuhkan intervensi aktif
sensitive terhadap agen anestetik lokal  Berhubungan dengan komplikasi seperti
 Dapat dilakukan tanpa merubah posisi mual, muntah, sakit tenggorokan, sakit
pasien dari posisi supine kepala, menggigil dan lamanya perbaikan
 Dapat dengan mudah disesuaikan pada psikomotorik.
durasi yang tidak terduga atau lebih
lama
 Dapat diberikan dengan cepat dan
bersifat reversible
Medical Faculty
Of Abdurrab
University
Anestesi Umum
Faktor yang mempengaruhi anestesi umum
1. Faktor Respirasi  Perbedaan tekanan parsial zat anestesi
dalam alveoli dengan darah
2. Faktor Sirkulasi
3. Faktor Jaringan
4. Faktor Zat Anestesi  MAC (minimal alveolar
concentration)
Medical Faculty
Of Abdurrab
University
Stadium Anestesi
Anestesi umum

 Stadium I (St. Analgesia/ St. Cisorientasi)


 Analgesia sampai kehilangan kesadaran
 Tindakan bedah ringan
 Hilangnya reflek bulu mata
 Stadium II (St. Eksitasi; St. Delirium)
 Pernapasan yang irreguler
 Pupil melebar dengan reflekss cahaya (+)
 Lakrimasi (+)
 Tonus otot meninggi
 Hilangnya reflekss menelan dan kelopak mata.
 Stadium 3
 Pernafasan teratur
 Kepala dapat digerakkan
 Stadium 4
 Henti nafas
 Kegagalan sirkulasi
Medical Faculty
Of Abdurrab
University
Stadium Anestesi
Anestesi umum

 Pupil
 Stadium I
 Tidak melebar karena psikosensorik dan pengaruh emosional
 Stadium II
 Pupil midriasis karena rangsangan simpatik pada otot dilator
 Stadium 3
 Pupil mulai midriasis lagi karena pelepasan adrenalin
 Reflek bulu mata
 N: Sentuhan -> Berkedip (kontraksi)
 (-): akhir stadium I, awal stadium II
 Refleks kelopak mata
 N: Tarik kelopak mata -> ada tarikan (kontraksi)
 (-): awal stadium III
 Refleks cahaya
 N: Pupul miosis
 (-): Stadium III
Medical Faculty
Of Abdurrab Komplikasi
University Anestesi umum

 Kardiovaskular  Liver
 Hipotensi  Hepatitis post anestesi
 Hipertensi  Urologi
 Aritmia  Sulit kencing
 Cardiac arrest  Produksi urin menurun
 Respirasi  Neurologi
 Obstruksi respirasi  Koma
 Hipoventilasi  Konvulsi
 Apneu  Trauma saraf perifer
 Batuk  Oftalmologi
 takipneu  Abrasi kornea
 Gastrointestinal  Kebutaan
 Nausea  Lain-lain
 Vomiting  Mengigil
 Distensi gaster  Sadar dalam anestesi
Medical Faculty Langkah-langkah
Of Abdurrab
University
Anestesi Umum

1.Evaluasi Pra anestesi


 Anamnesis,
 Pemeriksaan fisik,
 Pemeriksaan laboratorium,
 konsultasi jika ditemukan masalah,
 menentukan prognosis pasien perioperatif
Medical Faculty
prognostik
Of Abdurrab
University
pasien

The American Society of Anestesiologists (ASA)


ASA I Pasien dalam keadaan normal dan sehat.
Pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik karena penyakit
ASA II bedah maupun penyakit lain. Contohnya: pasien batu ureter dengan hipertensi
sedang terkontrol, atau pasien appendisitis akut dengan lekositosis dan febris.
Pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang diakibatkan karena
ASA III berbagai penyebab. Contohnya: pasien appendisitis perforasi dengan
septisemia, atau pasien ileus obstrukstif dengan iskemia miokardium.
Pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung mengancam
ASA IV
kehidupannya. Contohnya: Pasien dengan syok atau dekompensasi kordis.
Pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun dioperasi atau tidak.
ASAV Contohnya: pasien tua dengan perdarahan basis kranii dan syok hemoragik
karena ruptur hepatik.
Medical Faculty
Of Abdurrab
University
Anestesi Umum
2. Persiapan praanestesi
 Persiapan psikis
 Persiapan fisik

Makanan padat susu Cairan jernih tanpa


Usia
formula /ASI partikel
< 6 bulan 4 jam 2 jam

6– 36 bulan 6 jam 3 jam

>36 bulan 8 jam 3 jam

 Premedikasi
 Pemasangan infus
Medical Faculty
Of Abdurrab
University
Anestesi Umum
Premedikasi
 Gol. Antikolinergik
 Atropin: 0,4 – 0,6 mg im/iv
Mencegah hipersalivasi, ▼ tonus otot polos gastrointestinal
 Gol. Hipnotik-sedatif
 Penobarbital (Barbiturat): 100-200 mg oral/im
▼ kecemasan pasien
 Gol. Analgetik narkotik
 Pethidin: 25-100 mg iv
▼ tekanan darah, ▼frek. Pernafasan, mengobati mengigil
 Gol. Transquilizer
 Midazolam (Benzodiazepine): 0,5-1 mg im/iv
Efek sedatif, menghilangkan halusinasi ketamin
Medical Faculty
Of Abdurrab
University
Anestesi Umum
Premedikasi
Medical Faculty
Of Abdurrab
University
Anestesi Umum
Pemberian anestesi
1. Induksi Anestesi
 Induksi Intravena  Thiopental 3-7 mg/KgBB IV,
Propofol 2-3 mg/KgBB IV, Ketamin 1-2 mg/KgBB IV
 Induksi IM  Ketamin (ketalar) 5-7 mg/KgBB
 Induksi Inhalasi  halotan dan Sevofluran
 Induksi Per-rektal  Thiopental atau Midazolam
 Induksi Mencuri
Medical Faculty
Of Abdurrab
University
Anestesi Umum
2. Tekhnik Anestesi Umum
 Tekhnik anestesi dengan sungkup muka (face Mask)
 Tekhnik anestesi dengan ETT
 Tekhnik anestesi dengan ETT terkendali
 TIVA
Medical Faculty
Of Abdurrab
University
Teknik
Anestesi umum

 Sungkup Muka (Face Mask) dengan napas spontan


Indikasi :
 Tindakan singkat ( ½ - 1 jam)
 Keadaan umum baik (ASA I – II)
 Lambung harus kosong

 Prosedur :
 Siapkan peralatan dan kelengkapan obat anestetik
 Pasang infuse (untuk memasukan obat anestesi)
 Premedikasi + / - (apabila pasien tidak tenang bisa diberikan obat
penenang) efek sedasi/anti-anxiety :benzodiazepine; analgesia:
opioid, non opioid, dll
 Induksi
 Pemeliharaan
Medical Faculty
Of Abdurrab
University
Teknik
Anestesi umum

 Intubasi Endotrakeal dengan napas spontan


 Intubasi endotrakeal  memasukkan pipa (tube) endotrakea (ET= endotrakeal tube) kedalam
trakea melalui oral atau nasal.
 Indikasi; operasi lama, sulit mempertahankan airway (operasi di bagian leher dan
kepala)
 Prosedur :
 Sama seperti face mask, hanya ada tambahan obat (pelumpuh otot/suksinil dgn durasi singkat)
 Intubasi setelah induksi dan suksinil
 Pemeliharaan
Untuk persiapan induksi sebaiknya kita ingat STATICS:
S = Scope
T = Tubes I = Introductor
C = Connector
A= Airway S = Suction
T = Tape
Induksi (Anestetik Inhalasi)
Jenis obat Dosis Efek
Halotan 0,5-1 vol% - Toksik di hepar Tidak boleh < 3 bulan)
- Relaksasi uterus
- <<insulin
- Menggigil (hambatan baroreseptor)
Efluren 2-4 vol % - Hanya 2-8% di metabolisme di hepar
- Depresi nafas lbih kuat
- Lebih iritatif depresi sirkulasi lebih kuat
Isofluran 2-4 vol% - Lebih mempertahankan urah jntng dibanding efluran
- < laju met otak terhadap o2
- > aliran darah otak dan tik efek depresi curah jantung minimal

Desfluren - Iritatif (batuk,Takikardi & hipertensi


sevofluran 2-4 vol % - Anestesi cepat
- Efek kardiovaskuler stabil
- Belum ada laporan toksik hepar
- Cepat diekskresikan
N2O & O2 3:1 (20-max - Tidk berwarna, tidak Berbau,
35%) - Efek analgesik baik
- Sebagai adjuvan
- Setara 15 mg morfin
Anestetik Intravena
Nama Dosis Efek
obat
Tiopental 3-7 mg/kg - Depresi kardiovaskular
Propofol 2-2,5 mg/kg - Kontra pda anak <3 thun, ibu hamil
- Hipotensi berat
- u/pemeliharaan

Ketamin 1-2 mg/kg - Takikardi


- Hiprtensi
- Hipersalivasi
- Mual muntah (aliran drah otk meningkat)

Opioid Fentanyl 20-50 mg/kg - Tidak mengganggu kardiovaskuler


- Analgesik kuat
- u/ pemeliharaan
Medical Faculty
Of Abdurrab
University
Obat-obatan
Anestesi umum

 Obat Darurat

Nama Obat Indikasi Dosis


Efedrin TD menurun >20% dari 2 cc spuit
TD awal

Sulfas atropin Bradikardi (<60) 2cc spuit


Aminofilin Bronkokonstriksi 5 mg/kgBB
Spuit-> 24 mg/ml

Dexamethasone Reaksi anafilaksi 1 mg/kgBB


Spuit-> 5 mg/cc

Adrenalin Cardiac arrest 0,25-0,3 mg/kgBB


Succinil Cholin Spasme laring 1 mg/kgBB
Medical Faculty
Of Abdurrab
University
Aldate Score
Aldate Score

Warna
Merah muda 2
Pucat 1
Sianosis 0

Pernafasan
Dapat bernapas dalam dan batuk 2
Dangkal namun pertukaran udara adekuat 1
Apnoea atau obstruksi 0
Sirkulasi
Tekanan darah menyimpang <20% dari normal 2
Tekanan darah menyimpang 20-50 % dari normal 1
Tekanan darah menyimpang >50% dari normal 0
Kesadaran
Sadar, siaga dan orientasi 2
Bangun namun cepat kembali tertidur 1
Tidak ada respon 0
Aktivitas
Seluruh ekstremitas dapat digerakkan 2
Dua ekstremitas dapat digerakkan 1
Tidak bergerak 0
Jika jumlahnya > 8, penderita dapat dipindahkan ke ruangan
Medical Faculty
Of Abdurrab
University
Steward Score

Steward Score
Pergerakan
Gerak bertujuan 2

Gerak tak bertujuan 1

Tidak bergerak 0

Pernafasan
Batuk, menangis 2

Pertahankan jalan nafas 1

Perlu bantuan 0

Kesadaran
Menangis 2
Beraksi terhadap rangksangan 1
Tidak beraksi 0
VIDEO

GENERAL ANESTHESIA
PROCEDURE
Medical Faculty
Of Abdurrab
University
Monitoring Anestesi
Anestesi umum

 Kedalaman anestesi  Produksi urin


 Kardiovaskular  Nilai normal 0,5 – 1
 Tekanan darah cc/kgBB/j
 EKG  Terapi cairan
 CVP  Puasa
 Ventilasi respirasi  Cairan pengganti
 Stetoskop  maintenance
 Pulse oksimetri (saturasi)
 Capnometer
 Analisa gas darah
 Suhu
 Tidak boleh febris
Tatalaksana Pasca Bedah
1. Gangguan pernafasan
Jika terjadi obstruksi, lakukan manufer tripel dengan
memasang, OPA, ETT atau NGT + 02 100%.
Jika obstruksi akibat spasme laring atau edema laring 
Steroid (oradekson)  Relaxan otot
Obstruksi (-), Sianosis (+)Hiperkarbi, hiperkapni,
PaCO2 >45%, atau SaO2 ,90%. Jika akibat opioid berikan
Nalokson, jika akibat relaxan otot, berikan prostigmin-
atropin
2. Ganggaun Kardiovaskuler
Hipertensi  atasi penyebab, jika perlu diberikan Klonidin
(catapres) atau Nitroprusid (niprus) 0,5-1 µg/KgBB/menit
Hipotensi  Atasi penyebab + 02 100% + infus kristaloid
RL atau Asering 300-500 mL
3. Gelisah
Atasi penyebab  Midazolam 0,05-0,1 mg/KgBB
4. Mual-muntah
 Dehydrobenzoperidol 0.05-0.1 mg/kgBB (amp 5
mg/ml) i.m atau i.v.
 Metoklopramid 0.1 mg/kgBB i.v.,supp 20 mg
 Ondansetron 0.05-0.1 mg/kgBB i.v
 Cyclizine 25-50 mg
5. Menggigil
Atasi penyebab, jika akibat efek agen anestesi, berikan
Petidhin 10-20 mg IV, Selimut hangat, infusion warmer, lampu t
FIBROADENOMA
MAMMAE
Definisi
Fibroadenoma merupakan tumor jinak pada payudara
yang paling umum ditemukan. Fibroadenoma terbentuk dari
sel – sel epitel dan jaringan ikat, dimana komponen epitelnya
menunjukkan tanda – tanda aberasi yang sama dengan
komponen epitel normal
Epidemiologi
 Di Amerika Serikat, fibroadenoma merupakan lesi payudara
yang paling umum, yang terjadi pada wanita dengan usia di
bawah 40 tahun.
 Fibroadenoma dapat terjadi pada wanita segala usia, selama
masa reproduksi aktif dan mengecil setelah menopause.
 Fibroadenoma jarang terjadi pada wanita postmenopause.
 Prevalensi fibroadenoma pada wanita usia di atas 40 tahun
kira-kira hanya 8 – 10 %.
ANATOMI
Anatomi
FISIOLOGI
 Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipegaruhi oleh hormon.
 Perubahan pertama (mulai masa anak melalui masa pubertas, masa fertilitas, sampai
ke klimakterium, dan menopause.)
estrogen + progesteron +hormon hipofise  Perkembangan duktus laktiferus
timbulnya asinus.

 Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid.


Sekitar hari ke – 8 haid, payudara jadi lebih besar dan beberapa hari sebelum haid
berikutnya terjadi pembesaran maksimal.

 Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui.


Pada kehamilan, payudara menjadi besar karena epitel duktus lobus dan duktus
alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru.
Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi
oleh sel – sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting
susu.
ETIOLOGI
 Hipotesis
peningkatan mutlak aktivitas estrogen
Terdapat prekursor embrional yang dormant di kelenjar
mammaria yang dapat memicu pembentukan fibroadenoma
yang akan berkembang mengikuti aktivitas ovarium
Diagnosis Klinis
Fibroadenoma dapat didiagnosis dengan tiga cara, yaitu
dengan pemeriksaan fisik (phisycal examination), dengan
mammography atau ultrasound, dengan Fine Needle Aspiration
Cytology (FNAC).
Anamnesis
Pertumbuhan fibroadenoma relatif lambat dan hanya
menunjukkan sedikit perubahan ukuran dan tekstur dalam
beberapa bulan.
Fibroadenoma memiliki gejala berupa benjolan dengan
permukaan yang licin dan merah.
Biasanya fibroadenoma tidak nyeri, tetapi kadang dirasakan
nyeri bila ditekan
Usia pubertas atau dewasa dan premenopause
Pemeriksaan Fisik
 Ditemukan massa soliter, diskret, dan mudah digerakkan,
dengan diameter kira-kira 1 – 3 cm, tetapi ukurannya dapat
bertambah sehingga membentuk nodul dan lobus.
 lokasi tersering adalah pada quadran lateral atas payudara.
 Tidak terlihat perubahan kontur payudara.
 Penarikan kulit dan axillary adenopathy yang signifikan pun
tidak ditemukan
Mammoghraphy
Tampak massa berbentuk bulat atau oval dengan batas yang
halus dan berukuran sekitas 4 – 100 mm. Fibrodenoma
biasanya memiliki densitas yang sama dengan jaringan
kelenjar sekitarnya, tetapi, pada fibroadenoma yang besar,
dapat menunjukkan densitas yang lebih tinggi
TATALAKSANA
 Operasi eksisi merupakan satu-satunya pengobatan untuk
fibroadenoma. Operasi dilakukan sejak dini, hal ini bertujuan
untuk memelihara fungsi payudara dan untuk menghindari
bekas luka. Pemilihan tipe insisi dilakukan berdasarkan
ukuran dan lokasi dari lesi di payudara.
 Terdapat 3 tipe insisi yang biasa digunakan, yaitu 16
 Radial Incision, yaitu dengan menggunakan sinar.
 Circumareolar Incision
 Curve/Semicircular Incision
LAPORAN KASUS
LAPORAN KASUS

 Nama : Nn. Fita Hayati


 Umur : 19 tahun
 Berat badan : 50 kg
 Tinggi badan : 160cm
 Jenis kelamin : Perempuan
 Agama : Islam
 Tanggal masuk RS : 09 Mei 2017
 No. RM : 14.49.41
Keluhan Utama
Benjolan di payudara kiri sejak 6 bulan yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang


Benjolan di payudara kiri sejak 6 bulan yang lalu. Awalnya benjolan
kecil seperti kelerang tapi lama-kelamaan benjolan semakin membesar.
Pasien membiarkan benjolan tersebut dan tidak mau berobat ke RS. Kini
setelah ±6 bulan sejak munculnya benjolan, benjolan sudah sebesar bola
tenis. Pasien mengatakan benjolan tersa nyeri, nyeri dirasakan hilang
timbul. Pasien juga mengatakan benjolan bisa digerakkan dan teraba
bulat, kenyal dan permukaannya rata. Pasien tidak mengeluhkan keluhan
lain seperti demam, mual-muntah, lemah badan, dan lain sebagainya.
Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat imunisasi wajib tidak diketahui
 Tidak ada riwayat penyakit alergi
 Tidak ada riwayat penyakit asma
 Tidak ada riwayat hipertensi
 Tidak ada riwayat diabetes melitus
 Riwayat operasi sebelumnya disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


 Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
 Keadaan sakit : Tampak sakit ringan
 Kesadaran : Compos mentis (GCS : E4M5V6)

Tanda Vital
 Tekanan darah : 110/80 mmHg
 Respirasi : 20 kali/menit
 Nadi : 90 kali /menit
 Suhu : 36,7C
Kepala : Normochepal, simestris, tanda trauma (-),tumor (-)
Mata : Status lokalis
Telinga Status Generalisata
: Discharge (-), deformitas (-)
Hidung : Discharge (-) epistaksis (-), deviasi septum (-)
Mulut : Bibir kering(-), hiperemis(-), pembesaran tonsil (-)
Gigi : Gigi palsu (-), gigi goyang (-)
Leher :
 Inspeksi : Simetris, trakea ditengah
 Palpasi : Pembesaran tiroid dan limfe (-)
Thorax :
 Inspeksi :Tampak benjolan besar pada sisi lateral payudara kiri, pergerakan dinding
dada simetris, tidak ada retraksi dan jejas
 Palpasi :Teraba benjolan pada sisi lateral payudara kiri sebesar bola tenis, kenyal, dan
permukaan rata, fremitus normal, teraba ictus cordis pada linea
midklavikularis SIC 5
 Perkusi :Normal (sonor), batas jantung normal
 Auskultasi : Suara nafas vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Cor: BJ I-II reguler, bising (-)
 Abdomen
• Inspeksi : distensi (-), perut rata
• Palpasi : nyeri tekan (-), hepatomegaly (-),
splenomegali (-)
• Auskultasi : Bising usus (+) normal
• Perkusi : timpani, shifting dullness tidak
dilakukan
 Vertebrae : Tidak ada kelainan
 Genitalia : tidak diperiksa
 Ekstrimitas : Akral hangat, CRT <2 detik
Status Lokalis
 Regio mammae sinisthra
 Inpeksi : Tampak benjolan di payudara kiri tetapi tidak
ada kemerahan, discharge (-), nipple inverted (-), peau
d’orange (-).
 Palpasi : Pada saat diraba benjolan di payudara kiri
berbatas tegas, mobile, permukaan licin, teraba lunak,
ukuran sebesar bola tenis, dan nyeri tekan (-).
PEMERIKSAAN DARAH RUTIN
 Hb : 12,9 g/dl
 Leukosit : 7.700 ul
 Ht : 39,0 %
 Eritrosit :-
 Trombosit : 263.000/ul
 LED : 10 mm/jam
 GDS : 96 mg/dL
 CT : 8.30 menit
 BT : 2 menit
PEMERIKSAAN SITOLOGI

 Klinis : Tumor payudara kiri


 Makroskopis : Sediaan apusan biopsi aspirasi
dari tumor mamae sinisthra mengandung
kelompokan sel-sel epitel yang proliferative
membesar, inti bulat, kromatin halus,
sitoplasma tidak berbatas tegas. Tidak dijumpai
tanda-tanda keganasan.
 Kesimpulan : Gambaran sitologi sesuai
dengan Giant Fibroadenoma Mammae
Diagnosis
 Diagnosis pra operasi : Giant FAM Sinisthra
 Diagnosis post operasi : Post operasi mastektomi eksisi Giant
FAM sinisthra

Status Anastesi
ASA I (Pasien dalam keadaan normal dan sehat)
Tindakan

 Dilakukan : Mastektomi Simple Giant


Fibroadenoma Sinisthra
 Tanggal : 10 Mei2017
Evaluasi Pre Operasi

 Persiapan Anestesi
 Informed consent.
 Puasa (pukul 24:00)
 Pengosongan lambung, penting untuk mencegah aspirasi isi
lambung karena regurgitasi. Pasien puasa minimal 6 jam
sebelum operasi.
 Sudah terpasang cairan infus jalur intravena.
 Dilakukan pemasangan monitor tekanan darah, nadi dan
saturasi O2.
PENATALAKSANAAN ANESTESI
 Teknik anestesi : Anestesi Umum
 Ekstubasi : Oro-Pharyngeal Airway (OPA)
 Premedikasi :
Ondansetron 4mg/2ml
Dexamethasone 5mg/1ml
 Medikasi Intra Operatif:
N2O inhalasi dengan O2 3L/menit
Sevoflurance 2L/menit
Propofol 100 mg
Fentanyl 100 mg
Sedacum 0,1% 3 mg
 Medikasi Post Operatif:
Ketorolac bolus 30 mg/ml
Tramadol Drip 200 mg dalam futrolit 20 tpm
Teknik anestesi:
 Pasien diposisikan terlentang.
 Persiapan praoperasi (monitor, alat tensi, Saturasi, obat-obatan)
 Pasien diberikan bolus propofol 100mg, fentanyl 100mg, dan sedacum 0,1% 3 mg.
 Setelah pasien tertidur dan refleks bulu mata hilang,kepala pasien diposisikan dengan
teknik triple manuver (head tilt -chin lift-jaw thrust), kemudian dipakaikan oro-pharyngeal
airway (OPA) untuk mempertahankan jalan napas dan dipakaikan face mask yang terhubung
sesuai ukuran yang terhubung dengan balon (untuk melihat kinerja pernafasan pasien) dan
alat anestesi.
 Dilakukan induksi dengan konsentrasi Sevoflurance 3,5v% dan dengan perbandingan O2
dan N2O sebesar 2:1 dengan aliran 3.00 L/menit.
 Setalah 30 menit, konsentrasi Sevoflurance diturunkan menjadi 2v% dengan kadar )2 dan
N2O tetap.
 Menjelang operasi selesai, Sevoflurance diturunkan menjadi 1,5v% dan aliran dinaikkan
menjadi 5.00 L/menit
 Setelah proses operasi selesai, sevoflurance dinolkan,dan aliran O2 dan N20 dihentikan,
dan pasien dibantu pernafasannya hanya dengan balon face mask.
 Kemudian pasien disadarkan dan diberikan bolus ketorolac 30 mg dan tramadol drip 200
mg dalam futrolit dengan kecepatan 20 tetes permenit.
 Pasien kemudian di observasi selama 1 jam di ruang observasi.
Pemantauan Intra Operasi
Pemantauan selama anestesi :
 Mulai anestesi : 11.55 WIB
 Mulai operasi : 12.00 WIB
 Selesai operasi : 130WIB
 Lama operasi : 1 jam
Waktu Tekanan darah Saturasi O2 (%) Nadi

12.00 110/80 100 86

12.10 100/70 100 63

12.20 95/65 100 61

12.30 102/68 100 63

12.40 110/74 100 78

12.50 120/75 100 84

13.00 115/65 100 88


Terapi Cairan
 Pasien sudah tidak makan dan minum ± 12 jam, maka
kebutuhan cairan pada pasien dengan BB = 50 kg:
 Pemeliharaan cairan per jam:
 (4 X 10) + (2 X 10) + (1 X 30) = 90 mL/jam
 Pengganti defisit cairan puasa:
 12 X 90 mL = 1.080 mL
 Kebutuhan kehilangan cairan saat pembedahan:
 4 X 50 = 200 mL
 Jumlah terapi cairan:
 90+ 810 + 200 = 1370 ml atau + 3,9 kolf Ringer Laktat (kristaloid)
Evaluasi Post Operasi
 Oksigen tetap diberikan 2-3 liter/menit, analgetik tramadol
200 mg dalam futrolit.
 Observasi post operasi dilakukan untuk memantau vital sign
(tekanan darah, nadi, suhu dan pernapasan) setiap 30 menit.
 Setelah keadaan umum stabil, maka pasien dibawa ke ruangan
bedah untuk dilakukan tindakan perawatan lanjutan.
Medical Faculty
Of Abdurrab
University Aldrete Score
Aldate Score

Warna
Merah muda 2 2
Pucat 1
Sianosis 0

Pernafasan
Dapat bernapas dalam dan batuk 2 2
Dangkal namun pertukaran udara adekuat 1
Apnoea atau obstruksi 0
Sirkulasi
Tekanan darah menyimpang <20% dari normal 2 2
Tekanan darah menyimpang 20-50 % dari normal 1
Tekanan darah menyimpang >50% dari normal 0
Kesadaran
Sadar, siaga dan orientasi 2 2
Bangun namun cepat kembali tertidur 1
Tidak ada respon 0
Aktivitas
Seluruh ekstremitas dapat digerakkan 2 1
Dua ekstremitas dapat digerakkan 1
Tidak bergerak 0
TOTAL 9

Jika jumlahnya > 8, penderita dapat dipindahkan ke ruangan


PEMBAHASAN
Pre Operatif
 Pasien yang akan dilakukan tindakan operasi berupa
mastektomi dilakukan visite pasien, dengan temuan keadaan
umum tampak baik dan tanda-tanda vital normal. Persiapan
yang dilakukan meliputi persiapan alat, penilaian dan
persiapan pasien, dan persiapan obat anestesi yang
diperlukan.
 Setelah dilakukan pemeriksaan pada pasien, maka pasien
termasuk dalam klasifikasi ASA I.
INTRAOPERATIF
 Komponen trias anestesi yang dicapai adalah hipnotik,
analgesik, dan relaksasi otot ringan.
 Anestesi menggunakan anastesi inhalasi dengan sungkup
muka karena durasi operasi tidak lama. Pasien diposisikan
tidur terlentang dan dipasang oro-pharyngeal airway (OPA) dan
diberikan anestesi inhalasi dengan sungkup muka ( face mask)
ukuran 3 dengan mempertahankan jalan napas head tilt -chin
lift-jaw thrust, anastesi inhalasi menggunakan kombinasi
Sevoflurance dengan N20 dan O2 3L/menit.
 Pasien sudah tidak makan dan minum ± 12 jam, maka kebutuhan
cairan pada pasien dengan BB = 50 kg:
 Pemeliharaan cairan per jam:
 (4 X 10) + (2 X 10) + (1 X 30) = 90 mL/jam
 Pengganti defisit cairan puasa:
 12 X 90 mL = 1.080 mL
 Kebutuhan kehilangan cairan saat pembedahan:
 4 X 50 = 200 mL
 Jumlah terapi cairan:
 90+ 810 + 200 = 1370 ml atau + 3,9 kolf Ringer Laktat
(kristaloid)
Kesimpulan
 Pasien berusia 19 tahun dengan berat 50 kg dan tinggi 160 cm dilakukan
tindakan pembedahan dengan diagnosis pra operasi Giant FAM Sinisthra dan
diagnosis post operasinya adalah Post Operasi Mastektomi Subkutan Giant
FAM Sinisthra dengan lama durasi anastesi selama 1 jam.
 Anestesi menggunakan anestesi inhalasi dengan sungkup muka karena durasi
operasi tidak lama. Kemudian pasien diposisikan tidur terlentang dan
dipasang Oro-Pharyngeal Airway (OPA) dan diberikan anastesi inhalasi dengan
sungkup muka ( face mask) ukuran 3 dengan mempertahankan jalan napas
head tilt -chin lift-jaw thrust, anestesi inhalasi menggunakan kombinasi
Sevoflurance (induksi 3,5 v%L. Rumatan 2V%) dengan N2O dan O2
3L/menit.
Kesimpulan
 Observasi post operasi dilakukan selama 1 jam, dan
dilakukan pemantauan vital sign (tekanan darah,
nadi, suhu dan pernapasan) setiap 30 menit,
analgetik tramadol 200 mg dalam futrolit. Oksigen
tetap diberikan 2-3 liter/menit.
 Setelah pasien sadar dan kondisi stabil maka pasien
dibawa ke ruangan bedah untuk dilakukan tindakan
perawatan lanjutan.

Anda mungkin juga menyukai