Anda di halaman 1dari 48

Laporan Kasus

APPENDICITIS INFILTRAT

Fahmi Nurrohmat Illahi


Pembimbing:
dr. H. Nurshal Hasbi, Sp.B

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABDURRAB
RSUD KOTA DUMAI
2018
BAB I
PENDAHULUAN

 Appendicitis  peradangan dari appendix dan merupakan


penyebab akut abdomen yang paling sering
 Salah satu komplikasi  appendicitis infiltrat  jika terjadi
proses radang appendix yang penyebarannya dapat dibatasi oleh
omentum, usus-usus, dan peritoneum disekitarnya sehingga
membentuk massa (appendiceal mass)
 Insiden appendicitis infiltrat dalam 30 tahun terakhir (25-30%).
Appendicitis dengan bukti nyata teraba massa (1-13%) dari
penderita appendicitis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

 Anatomi
 Organ ini berbentuk tabung dengan lumen yang sempit pada bagian proximal
dan melebar pada bagian distal, kapasitas appendix sendiri kurang lebih 0,1 ml
Variasi Posisi Appendix
 Lokasi appendix terbanyak berasal dari bagian posteromedial caecum, di
bawah ileocaecal junction
Vaskularisasi Appendix
 Arteri ileocolica
 Vena ileocolica
 Parasimpatis  cabang n. vagus  a. mesenterica superior & a. appendicularis
 Simpatis  n. torakalis X
Fisiologi Appendix

 Appendix menghasilkan :
 Lendir / mucus (1 – 2 cc) per hari
 Immunoglobulin sekretoar  GALT (Gut
Associated Lymphoid Tissue)  (IgA) 
sebagai pertahanan terhadap infeksi
Definisi Appendicitis

 Peradangan pada appendix dan merupakan


penyebab abdomen akut yang paling sering
Klasifikasi

 Appendicitis akut
 Appendicitis kronik
Definisi Appendisitis Infiltrat

 Proses radang appendix yang penyebarannya


dapat dibatasi oleh omentum, usus-usus, dan
peritoneum disekitarnya sehingga membentuk
massa (appendiceal mass)
Etiologi

 Obstruksi pada lumen appendix


 Fecalith
 Parasit
 Benda – benda asing
 Hiperplasia jaringan limfoid
 Tumor
 Infeksi sekunder oleh bakteri
Bakteri yang Sering ditemui pada
Appendicitis
Bakteri aerob Bakteri anaerob

 Escherichia coli  Bacteroides fragilis


 Viridans streptococci  Peptostreptococcus micros
 Pseudomonas aeruginosa  Bilophila species
 Enterococcus  Lactobacillus species
Patofisiologi

Obstruksi lumen → peningkatan sekresi


mukosa appendix → distensi lumen
appendix → appendix hipoksia, aliran limfe
terhambat → ulserasi mukosa → invasi
bakteri → edema → radang → trombosis
pembuluh intramural → appendicitis akut
 Appendicitis infiltrat  tahap patologi appendicitis yang dimulai dimukosa
dan melibatkan seluruh lapisan dinding apendiks dalam waktu 24-48 jam
pertama
 Usaha pertahanan tubuh dengan membatasi proses radang dengan menutup
appendix (omentum, usus halus)  terbentuk massa periapendikular 
didalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang dapat mengalami
perforasi
 Jika tidak terbentuk abses, appendicitis akan sembuh dan massa
periapendikular akan menjadi tenang untuk selanjutnya akan mengurai diri
secara lambat
Diagnosis

 Anamnesis :
 Appendicitis infiltrat = appendicitis akut + adanya massa periapendikular
 Nyeri di daerah umbilikus atau periumbilikus
 2-12 jam nyeri beralih ke kuadran kanan, yang akan menetap dan diperberat bila
berjalan atau batuk
 Anoreksia
 Malaise
 Demam yang tidak terlalu tinggi
 Konstipasi
 Mual & muntah
Pemeriksaan Fisik

 Demam biasanya ringan (37,5-38,5C)


 Nyeri pada regio iliaka kanan (Mc Burney sign), bisa disertai nyeri lepas
 Teraba massa dengan nyeri tekan dan tepi atas massa dapat diraba
 Peristaltik usus sering normal
 Pemeriksaan rectal toucher :
 Nyeri tekan positif pada arah jam 9-12
 Pada yang mengalami komplikasi, ampula teraba distensi/cenderung
kolaps
Pemeriksaan Tambahan
Alvarado score

Skor
Symptom
Nyeri pindah ke kuadran kanan bawah 1
Mual, muntah 1
Anoreksia 1
Sign
Tenderness 2
Rebound tenderness 1
Demam 1
Pemeriksaan laboratorium
Lekositosis 2
Netrofil bergeser ke kiri 1
Total 10
 Keterangan
 1-4 : bukan appendicitis
 5-6
: kemungkinan appendicitis akut, tapi tidak
memerlukan operasi segera
 7-8 : appendicitis akut
 >9 : perlu operasi segera
Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan laboratorium  leukositosis,


hitung jenis leukosit terdapat pergeseran kekiri
 Foto polos abdomen
 USG
 CT scan
 Pemeriksaan barium enema & colonoscopy
Penatalaksanaan

 Pasien dewasa dengan massa periappendikular dianjurkan untuk dirawat


dahulu dan diberi antibiotik sambil diawasi :
 Suhu tubuh
 Ukuran massa
 Leukosit
 Bila sudah tidak ada demam, massa periapendikular hilang, dan leukosit
normal, penderita boleh pulang
 Appendectomy elektif dapat dikerjakan 2-3 bulan kemudian agar perdarahan
akibat perlengketan dapat ditekan sekecil mungkin
Diagnosis Banding

 Tumor caecum
 Karsinoma colon
 Kolitis ulseratif
 Chron disease
 Urinary tract infection (UTI)
 Urolithiasis
Komplikasi

 Komplikasi yang paling sering ditemukan adalah


perforasi
 Tanda-tanda perforasi meliputi meningkatnya nyeri,
spasme otot dinding perut kuadran kanan bawah
Prognosis

 Dengan diagnosis yang akurat serta pembedahan,


tingkat mortalitas dan morbiditas penyakit ini
sangat kecil
BAB III
ILUSTRASI KASUS
 IDENTITAS PASIEN
 Nama : Tn. SJ
 Umur : 49 tahun
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Pekerjaan : Petani
 Alamat : Jl. Tanjung Kapal, Rupat
 Tanggal Masuk RS : 02 Oktober 2018
Keluhan Utama

 PBM via Irna B RSUD Kota Dumai dengan


keluhan nyeri pada perut kanan bawah sejak 3
hari yang lalu
Diagnosis Banding

 Trauma abdomen
 Tumor jaringan lunak
 Tumor intra abdomen
 Peritonitis
 Appendicitis
 Tumor caecum
 Batu saluran kemih
Riwayat Penyakit Sekarang

 PBM via Irna B RSUD Kota Dumai dengan keluhan nyeri pada perut kanan bawah
sejak 3 hari yang lalu. Nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk, hilang timbul, dan
kadang menyebar ke seluruh lapang perut. Nyeri bertambah dengan perubahan posisi
dan terasa ringan bila dibawa istirahat. Nyeri perut yang dialami pasien disertai
dengan adanya terasa pembengkakan di perut bagian kanan bawahnya yang terasa
sangat nyeri bila ditekan. Pembengkakan yang dirasakan pasien tidak semakin
membesar dan baru disadari ± 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengaku
susah BAB, dalam 1 minggu ini, pasien hanya BAB sebanyak 2 kali dengan rentang 3
hari sekali. BAB (+). Mual (+), muntah (-) demam ± 1 hari yang lalu, hilang timbul,
tidak terlalu tinggi dan tidak menggigil. Nyeri kepala (-), Perut kembung (-), BAK (+)
nyeri, merasa tidak puas, berpasir, keluar darah/jernih, dalam batas normal, penurunan
berat badan (-), penurunan selera makan (-). Riwayat sering diare (-), riwayat sering
konstipasi (+), sering merasa letih dan lesu (-), riwayat benturan, dikusuk2, bekas
operasi, nyeri perut hilang timbul menjalar ke pinggang/ke skrotum,
Riwayat Penyakit Dahulu
 Pasien mengaku 3 bulan yang lalu pernah mengalami gejala
hampir mirip dengan keluhan pasien saat ini berupa nyeri pada
perut kanan bawah dan hilang timbul, namun pasien tidak berobat
karena menurutnya hanya sakit perut biasa
 Riwayat trauma abdomen (-)
 Riwayat sakit magh (+)
 Riwayat perdarahan saluran cerna/BAB berdarah (-)
 Riwayat penyakit gula (-)
 Riwayat penyakit darah tinggi (-)
Riwayat Penyakit Keluarga

 Tidakada anggota keluarga yang mengeluhkan


keluhan serupa
 Tidakada anggota keluarga yang mengalami
penyakit keganasan sekitar perut
Riwayat Kebiasaan dan Gizi

 Pasien jarang makan sayur-sayuran dan buah-


buahan
 Pasien mengaku sering susah buang air besar
 Pasien minum air putih cukup
 Pasien tidak merokok dan minum beralkohol
 Pasien selalu mencuci tangan sebelum makan
Pemeriksaan Fisik

Status Generalis
 Keadaan umum : Tampak sakit sedang
 Kesadaran : Komposmentis
 Keadaan gizi : Baik
Vital Sign
 TD : 110/70 mmHg
 Nadi : 88 kali /menit
 Respirasi : 20 kali/menit
 Suhu : 36,7 C
Pemeriksaan Fisik
 Kepala : Normocephal
 Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
 Hidung : Deviasi septum (-)
 Mulut : Bibir kering (-), pucat (-), sianosis (-)
 Telinga : Deformitas (-), sekret (-)
 Leher : Pembesaran KGB (-)
Paru :
 Inspeksi : Bentuk dada normal, gerakan dada simetris kanan-kiri, retraksi dinding
dada (-), tidak tampak jejas trauma
 Palpasi : Vokal fremitus kiri = kanan, tidak teraba krepitasi
 Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
 Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Pemeriksaan Fisik
Jantung :
 Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
 Palpasi : Iktus cordis teraba
 Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
 Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
 Inspeksi : Benjolan (+) pada kuadran kanan bawah, tanda-tanda peradangan (-), distensi (-),
tidak tampak jejas trauma
 Auskultasi : Bising Usus + normal
 Perkusi : Timpani
 Palpasi : Nyeri tekan (+) kuadran kanan bawah, Nyeri lepas (-), teraba massa dikanan bawah
berukuran ±6x3 cm, permukaan rata, konsistensi kenyal, immobile, Defans Muscular (-)
Pemeriksaan Fisik
 Mc. Burney Sign (+)
 Obturator sign (-)
 Psoas sign (-)
 Blumberg sign (-)
 Rovsing sign (-)
 Extremitas superior/inferior : Akral hangat, CRT < 2 detik, edema
tungkai (-/-)
Pemeriksaan Penunjang
JENIS PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN

HEMATOLOGI
Darah Lengkap
12.6 GR/DL 14-17
Hemoglobin (Hb)
14.600 MM3 4000-11.000
Jumlah Leukosit
245.000 MM3 150.000-450.000
Jumlah Trombosit

1 % 0-5
Eosinofil
2 % 0-2
Basophil
2 % 2-6
Netrofil batang
54 % 50-70
Netrofil segment
26 % 20-40
Limfosit
7 % 2-8
Monosit
5.030.000 MM3 4.2 JT- 6.1 JT
Jumlah Eritrosit
86 FL 80-100
MCV
29 PG 27-32
MCH
32 % 32-36
MCHC
39 % 36-52
Hematokrit (Ht)
USG TGL 02/10/2018

 Kesan :
 Tampak masa ukuran 20,0 mm x 17,3 mm x 17,3 mm di abdomen kanan bawah 
suspek appendicitis infiltrate
Diagnosis

Appendicitis Infiltrat
Penatalaksanaan

 IVFD RL 20 tts/menit
 Inj Ceftriaxone 1 gr/12 jam
 Inj Metronidazol 1 flash/8 jam
 Inj Ketorolac 30 mg/8jam
 Inj Rantidin 1 amp/12 jam
Prognosis

 Dubia ad bonam
Tanggal Follow up
Keluhan Pemeriksaan fisik Diagnosis Terapi
02/10/18 Demam (-), nyeri  TD: 120/70 Appendisitis Infiltrat Medikamentosa
(07.00 wib) kepala (-), mual (+),  HR : 88x/i  IVFD RL 20 tts/menit
muntah (-), nyeri ulu  RR: 20 x/i  Inj Ceftriaxone 1 gr/12
hati (-), nyeri perut  T: 36,7 o C jam
kanan bawah (+), BAB  Status lokalis:  Inj Metronidazol 1 flash/8
(-), BAK (+) N Abdomen supel, jam
NTE (-), nyeri  Inj Ketorolac 30 mg/8 jam
tekan McBurney  Inj Ranitidin 1 amp/12
(+) teraba massa jam
(+), nyeri lepas (-
), rovsing sign (-),
psoas sign (-),
obturator sign (-)

03/10/18 nyeri perut kanan  TD: 120/70 Appendisitis Infiltrat (2) Medikamentosa
(07.00 wib) bawah (+) berkurang,  N : 86 x/ menit  IVFD RL 20 tts/menit
Demam (-), nyeri  RR : 20 x/ menit  Inj Ceftriaxone 1 gr/12
kepala (-), mual (-),  T : 36,3o C jam
muntah (-), nyeri ulu Status lokalis: Abdomen  Inj Metronidazol 1 flash/8
hati (-),BAB (-), BAK supel, NTE (-), nyeri jam
(+) N tekan McBurney (+)  Inj Ketorolac 30 mg/8 jam
teraba massa (+), nyeri  Inj Ranitidin 1 amp/12
lepas (-), rovsing sign (- jam
), psoas sign (-),
obturator sign (-)
Tanggal Follow up
Keluhan Pemeriksaan fisik Diagnosis Terapi
04/10/18 Demam (-), nyeri  TD: 120/70 Appendisitis Infiltrat Medikamentosa
(07.00 wib) kepala (-), mual (+),  HR : 88x/i  IVFD RL 20 tts/menit
muntah (-), nyeri ulu  RR: 20 x/i  Inj Ceftriaxone 1 gr/12
hati (-), nyeri perut  T: 36,7 o C jam
kanan bawah (+), BAB  Status lokalis:  Inj Metronidazol 1 flash/8
(-), BAK (+) N Abdomen supel, jam
NTE (-), nyeri  Inj Ketorolac 30 mg/8 jam
tekan McBurney  Inj Ranitidin 1 amp/12
(+) teraba massa jam
(+), nyeri lepas (-
), rovsing sign (-),
psoas sign (-),
obturator sign (-)

05/10/18 nyeri perut kanan  TD: 120/70 Appendisitis Infiltrat (2) Medikamentosa
(07.00 wib) bawah (+) berkurang,  N : 86 x/ menit  IVFD RL 20 tts/menit
Demam (-), nyeri  RR : 20 x/ menit  Inj Ceftriaxone 1 gr/12
kepala (-), mual (-),  T : 36,3o C jam
muntah (-), nyeri ulu Status lokalis: Abdomen  Inj Metronidazol 1 flash/8
hati (-),BAB (-), BAK supel, NTE (-), nyeri jam
(+) N tekan McBurney (+)  Inj Ketorolac 30 mg/8 jam
teraba massa (+), nyeri  Inj Ranitidin 1 amp/12
lepas (-), rovsing sign (- jam
), psoas sign (-),
obturator sign (-)
Tanggal Follow up
Keluhan Pemeriksaan fisik Diagnosis Terapi
06/10/18 Demam (-), nyeri  TD: 120/70 Appendisitis Infiltrat Medikamentosa
(07.00 wib) kepala (-), mual (+),  HR : 88x/i  IVFD RL 20 tts/menit
muntah (-), nyeri ulu  RR: 20 x/i  Inj Ceftriaxone 1 gr/12
hati (-), nyeri perut  T: 36,7 o C jam
kanan bawah (+), BAB  Status lokalis:  Inj Metronidazol 1 flash/8
(-), BAK (+) N Abdomen supel, jam
NTE (-), nyeri  Inj Ketorolac 30 mg/8 jam
tekan McBurney  Inj Ranitidin 1 amp/12
(+) teraba massa jam
(+), nyeri lepas (-
), rovsing sign (-),
psoas sign (-),
obturator sign (-)

07/10/18 nyeri perut kanan  TD: 120/70 Appendisitis Infiltrat (2) Medikamentosa
(07.00 wib) bawah (+) berkurang,  N : 86 x/ menit  IVFD RL 20 tts/menit
Demam (-), nyeri  RR : 20 x/ menit  Inj Ceftriaxone 1 gr/12
kepala (-), mual (-),  T : 36,3o C jam
muntah (-), nyeri ulu Status lokalis: Abdomen  Inj Metronidazol 1 flash/8
hati (-),BAB (-), BAK supel, NTE (-), nyeri jam
(+) N tekan McBurney (+)  Inj Ketorolac 30 mg/8 jam
teraba massa (+), nyeri  Inj Ranitidin 1 amp/12
lepas (-), rovsing sign (- jam
), psoas sign (-),
obturator sign (-)
Bab IV
Pembahasan
TEORI TEMUAN
Tanda dan Gejala Tanda dan gejala pasien
Didahului keluhan apendisitis akut
 Diawali nyeri daerah umbilicus atau periumbilikalis  Awalnya pasien merasakan nyeri seperti nyeri kembung diseluruh lapang
abdomen 3 hari SMRS
 Pada sore hari nyeri dirasakan pasien pada kuadran kanan bawah dengan
 Dalam 2-12 jam nyeri berpindah ke kuadran kanan bawah intensitas nyeri lebih berat daripada sebelumnya
 Pasien sedang kerja ketika nyeri dirasakan, kemudian nyeri berkurang
setelah pasien dirumah karena beristirahat
 Nyeri diperberat bila beraktivitas atau batuk  Nafsu makan pasien berkurang
 Keesokan harinya, pukul 04.30 WIB nyeri pasien muncul dengan intensitas
yang tidak tertahankan lagi disertai dengan munculnya pembengkakan
 Anoreksia pada perut kanan bawah pasien
 Malaise  Suhu badan pasien tidak meningkat

 Pasien juga mual ketika serangan

Pembengkakan pada perut kanan bawah berbentuk lonjong


 Demam tidak terlalu tinggi Faktor risiko dan etiologi pada pasien
 Konstipasi (kadang)
 Mual
 Muntah
 Diare
Disertai adanya massa periapendikular Pasien jarang makan sayur
Sering konstipasi (BAB 2-3 hari/kali)
Faktor risiko dan Etiologi
Obstruksi (fecalith, parasite, benda-benda asing, hyperplasia jaringan
limfoid)
Anatomi apendiks
Ras dan makanan
Konstipasi dan pemakaian laksatif
Fokal infeksi dari tempat lain
TEORI TEMUAN
Vital Sign Vital sign
Demam (37,5-38,5C) Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran : Komposmentis
Keadaan gizi : Baik
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Frekuensi napas : 20 x/menit
Nadi : 98 x/menit
Inspeksi Suhu : 36,7 0C
Tidak ada gambaran spesifik • Inspeksi
Mungkin ditemukan penonjolan pada perut kanan • benjolan (+) pada kuadran kanan bawah, tanda-
bawah tanda radang (-), distensi (-),tidak tampak jejas
trauma,
Auskultasi • Auskultasi
Peristaltik usus sering normal • Bising Usus + normal
Palpasi • Palpasi
Nyeri pada regio iliaka kanan (Mc.burney Sign) bisa • Nyeri tekan (+) kuadran kanan bawah, Nyeri lepas (-
disertai nyeri lepas )
Teraba massa yang fixed •
• Teraba masa dikanan bawah berukuran ±6x3 cm,
permukaan rata, konsistensi kenyal, immobile
Defence muscular jika telah terjadi rangsang • Defence Muscular (-)
peritoneum parietale • Mc. Burney Sign (+)
Pemeriksaan Tambahan • Rovsing sign (-)
Rovsing’s sign (+) • Psoas sign (-)
Psoas sign (+) • Obturator sign (-)
Obturator sign (+)
Rectal Toucher  Nyeri arah jam 9-12
TEORI TEMUAN
LABORATORIUM LABORATORIUM
Leukositosis Leukositosis (14.600 mm3)
Hitung jenis leukosit dengan shift to the Hitung jenis leukosit normal
left
Sedimen urin dapat normal atau dijumpai
leukosituria bahkan hematuria jika
apendiks yang meradang menempel pada
vesicae atau ureter.
FOTO POLOS ABDOMEN
Tanda-tanda peritonitis kuadran kanan
bawah. Gambaran perselubungan
mungkin terlihat ”ileal atau caecal ileus”
(gambaran garis permukaan air-udara
disekum atau ileum).
USG
Gambaran transverse graded compression Tampak masa ukuran 20,0 mm x 17,3 mm x
yang menunjukkan inflamasi akut dari 17,3 mm di abdomen kanan bawah  suspek
appendiks. Adanya gambaran target like appendicitis infiltrate
appearance karena penebalan dari dinding
appendiks dan cairan pada sekelilingnya.
Bab V
Kesimpulan
 Appendisitis infiltrat dapat didiagnosis dengan
didasari anamnesis adanya riwayat apendisitis
akut dengan tanda khasnya, pemeriksaan fisik,
dan penunjang yang mendukung
TERIMA KASIH
 Heru : kenapa tidak ca caecum ?
 Dina : berapa lama penatalaksanaan app infiltrat dan apa
yang ditakutkan ?
 Mila : DD nyeri perut kanan bawah ?

Anda mungkin juga menyukai