LAILATUL AKRIMAH SISTI PANDIKA PUTRI ROIKHATUL JANNAH IMA TULARSIH Sejarah Berdirinya Calung Sartika Nada Angklung adalah alat musik yang terbuat dari bambu, merupakan sebuah alat musik tradisional yang berasal dari Jawa Barat. Sanggar Calung Sartika Nada berada di jln. Dewi Sartika Kel. Debong Kulon Kec. Tegal Selatan Kota Tegal, didirikan pada tahun 2007 oleh Bapak Tri Utoyo yang menjabat sebagai Ketua RT. Berawal dari kunjungan bapak Utoyo ke rumah saudaranya di Bandung, kemudian beliau belajar alat musik angklung. Saat kembali ke Tegal muncullah ide untuk mendirikan sanggar Calung yang diberi nama “Sartika Nada”. Bapak Utoyo mengajak anak-anak muda di desanya, untuk belajar alat musik angklung. Agar terkesan apik, alat musik yang digunakan tidak hanya angklung melainkan alat musik pengiring seperti drum, bass 1, bass 2, tamborin dan kentongan. Karena kegigihan bapak Utoyo kini untuk mempromosikan sanggar calungnya lewat brosur dan pertunjukkan yang dipertontonkan, kini sanggar calung Sartika Nada sudah mulai dikenal oleh masyarakat Tegal dan sekitarnya. Sampai sekarang Sartika Nada masih mendapat tempat dimasyarakat. Tidak hanya pertunjukan saja, selama 6x berturut-turut dinobatkan sebagai juara lomba seni budaya antar kota, yang di adakan setiap memperingati ulang tahun kota Tegal. Kesenian Calung Sartika Nada terkenal bagus, menghibur, dan tidak membosankan, terbukti banyak masyarakat yang menyewa jasa kesenian tersebut sebagai salah satu pengisi hiburan. Alat musik yang di gunakan
Melodi Drum Bass 1
Bass 2
Tamborin Pementasan • Acara khitanan • Acara ualangtahun Kota Tegal • Acara 17-an atau karnaval.
Dan tiap pementasan membutuhkan minimal 21 anggota, diantaranya 17 orang
sebagai pemain musiknya dan 4 orang sebagai mayoret. Pengaruh Kesenian Terhadap Masyarakat • Masyarakat terhibur dengan pertunjukannya. • Masyarakat bisa mengenal kesenian yang berasal dari daerah lain. • Masyarakat dapat ikut berpartisipasi untuk menjaga dan melestarikan kesenian angklung. Kendala yang Dialami • Masih minimnya pendapatan yang dapat diterima oleh tiap anggota dalam setiap kali pementasan, sehingga banyak anggota yang memilih untuk tidak ikut berpartisipasi dalam pementasan. Tidak sebanding dengan pengorbanan para pemain • Sarana dan prasarana kurang memadai. • Biaya perawatan tiap alat musik yang masih rendah. Makna yang Terkandung • Mengenal dan mempelajari budaya yang ada di Indonesia, meskipun Angklung berasal dari Jawa Barat, bukan berarti kita tidak boleh mempelajarinya. • Merasa bangga, karena ikut berpartisipasi mengembangkan kesenian tradisional. • Kreatif, karena mampu memodifikasi alat musik tradisional dengan alat musik modern. • Gigih mengembangkan dan memperkenalkan kesenian yang ada di Indonesia untuk diperkenalkan di seluruh dunia.