Anda di halaman 1dari 32

Henry Arka Ramadhan

Ignatius Yudha Putra Welerubun


Joanne Salres Ramadhani
Nur Fatoni
Praktikum kali ini bertujuan agar mahasiswa
dapat:
1. Membuat larutan HCL 0,1 N

2. Melakukan standarisasi larutan HCL 0,1 N


(alkalimetri)
3. Membuat larutan NaOH 0,1 N (asidimetri)

4. Melakukan standarisasi larutan NaOH 0,1 N

5. Melakukan standarisasi Cuplikan/Sampel


(alkalimetri)
Titrasi merupakan suatu proses analisis
dimana suatu volum larutan standar
ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan
mengetahui komponen yang tidak dikenal.
Larutan standar adalah larutan yang
konsentrasinya sudah diketahui secara pasti.
Salah satu cara dalam penentuan kadar larutan
asam atau basa adalah dengan melalui proses
titrasi asidi-alkalimetri.
Asidimetri adalah titrasi dengan menggunakan
larutan standar asam primer untuk
menentukan basa.
Alkalimetri merupakan kebalikan dari
asidimetri yaitu titrasi yang menggunakan
larutan standar basa primer untuk menentukan
asam.
Pada percobaan ini adalah penentuan kadar
dengan metode asidi-alkalimetri menggunakan
indikator phenolphthalein (PP) dan methyl
Orange (MO).
Phenolphthalein (PP) memberikan warna pink
dalam lingkungan basa dan tidak berwarna
dalam lingkungan asam
Metil Orange (MO) memberikan warna merah
dalam lingkungan asam dan kuning dalam
lingkungan basa
Tabel 1. macam-macam indikator
Titrasi dilakukan dengan cara volume zat
penitrasi (titran) yang digunakan untuk
bereaksi dengan zat yang dititrasi (titrat).
Titik akhir titrasi adalah titik pada saat titrasi
diakhiri/dihentikan.
Dalam titrasi biasanya diambil sejumlah
alikuot tertentu yaitu bagian dari keseluruhan
larutan yang dititrasi kemudian dilakukan
proses pengenceran
V x N1 = V2 x N2
Dimana :
V1 : Volume larutan Standar ( ml )
N1 : Normalitas larutan Standar (N)
V2 : Volume larutan yang dititrasi ( ml )
N2 : Normalitas larutan yang dititrasi (N)
BAHAN : ALAT :
1. Larutan NaOH

2. Larutan HCl

3. Larutan H2C2O4

4. Larutan Na2B4O7

5. Indikator MO

6. Indikator PP

7. Aquadest
1. Membuat larutan NaOH 0,1N
2. Menentukan Normalitas larutan NaOH 0,1N
3. Membuat larutan HCl 0,1 N
4. Menentukan Normalitas larutan HCl 0,1N
5. Penentuan Sampel untuk dianalisis
4,2 gram
NaOH

(Sampai batas Tera)


Aquadest

1000 mL
0,63 gram
H2C2O4

100
mL

1000 mL 25 mL H2C2O4

2 tetes PP

NaOH 0,1 N
3. Membuat larutan HCl 0,1 N

0,83 mL HCl
pekat
Aquadest
(sampai batas tera)

100 mL
100 mL

25 mL HCl encer (langkah 3)


X gram Natrium
Borat 3 tetes MO

Aquadest hingga
batas tera
5. Menentukan Normalitas
Sampel

1000 mL
25 mL sampel

2 tetes PP
NaOH 0,1 N
IDENTIFIKASI BAHAN
 Aquadest merupakan bahan yang tidak berbahaya.

 Larutan HCl merupakan senyawa yang bersifat


iritan, permeator, korosi juga sensitif pada paru-
paru
 Larutan NaOH serta larutan asam oksalat yang
memiliki sifat iritan, permeator, korosif
 Larutan Natrium borat dengan sifatnya yang
iritan, permeator.
 Larutan PP yang bersifat iritan dan permeator

 Larutan MO dengan sifatnya yang iritan juga.


PENANGANAN BAHAYA
 Kontak dengan mata, segera dibasuh dengan air dingin
(selama 15 menit, lensa kontak dilepaskan dahulu
sebelum membasuh jika digunakan).
 Kontak kulit, segera dibasuh dengan air dingin lalu
diolesi emolien jika terlalu parah maka bagian yang
terkontak dicuci dengan sabun disinfektan lalu
selanjutnya diolesi krim antibakteri.
 Pakaian yang terkontainasi oleh bahan dibersihkan
menggunakan air sebelum digunakan kembali.
 Jikaterhirup segera dicari udara segar atau korban
diberikan napas buatan/oksigen segera.
 Jika tertelan maka jangan coba untuk memasukkan
ataupun mengeluarkan apapun/sesuatu. Dapatkan
pertolongan medis segera.
APD YANG DIGUNAKAN
APD yang digunakan ialah jas lab, masker,
sarung tangan karet dan sepatu tertutup.
Terjadi sebuah kecelakaan dimana sebuah gelas
ukur 100 mL pecah.
1. Pembuatan NaOH 0,1N
BM NaOH : 40,0 g/mol
Berat NaOH : 1,0 gram
Vol NaOH : 250,0 ml
2. Standarisasi Normalitas larutan NaOH dengan
Asam Oksalat (H2C2O4)
Massa As.Oksalat : 0,63 gr
BM Oksalat : 126,07 gr/mol
Vol Pengenceran : 100,00 ml
3. Pembuatan Larutan HCl 0,1 N
Vol HCl (diambil) : 0,85 ml
BM HCl pekat : 36,50 gr/mol
BD HCL pekat : 1,19 gr/ml
Prosen HCL pekat : 37,00 %
Volume Pengenceran : 100,00 ml
4. Standarisasi larutan HCl dengan larutan Na2 B4
O7 10 H2O
Massa Borat : 1,9076 gram
BM Borat : 381,3700 gr/mol
Volume Pengenceran : 100,0000 ml
5. Penentuan Larutan Sampel
KONVERSI DARI MOLARITAS KE NORMALITAS
 Standarisasi NaOH

M NaOH = 0,15 M
= 0,15 N
 Standarisasi HCl

M HCl = 0,26 M
= 0,26 N
 Standarisasi Sampel (HCl)

M Sampel = 0,3 M
= 0,3 N
Pada standarisasi NaOH digunakan larutan asam oksalat 0,05 M
sebagai standar primernya sehingga titrasi kali ini merupakan titrasi asidimetri.
PP digunakan sebagai indikatornya, dimana garam hasil reaksi antara NaOH dan
asam oksalat berada pada range pH 8,0 – 9,6 dan pada range pH tersebut
indikator PP dapat berubah warnanya menjadi warna merah muda sehingga titik
akhir titrasi dapat diketahui dengan mudah.
Titik akhir titrasi asa titrasi asidimetri kali ini didapatkan pada saat 16,75
ml NaOH dibutuhkan untuk merubah warna larutan asam oksalat 25 ml dengan
konsentrasi 0,05 M dari yang sebelumnya bening menjadi merah muda.
Berdasarkan perhitungan didapat bahwa konsentrasi sebenarnya dari NaOH
tersebut adalah 0,15N dan bukan 0,1N. Berikut merupakan reaksi pada
penentuan konsentrasi sebenarnya larutan NaOH dengan jalan titrasi asidimetri

2NaOH + H2C2O2 Na2C2O4 + 2H2O


Pada standarisasi HCl digunakan larutan Natrium borat sebagai
larutan standar primernya oleh karena itu, standarisasi HCl disebut titrasi
alkalimetri sebab Natrium borat bersifat basa lemah.
Indikator yang digunakan pada titrasi alkalimetri ini adalah indikator
MO, yang mana apabila diteteskan ke dalam larutan HCl warna larutan
menjadi merah dan akan berubah menjadi Orange apabila berada dalam
range pH 3,1 – 4,4 (Rubinson, Judith F & Rubinson, Kenneth A, 1998:229).
Dibutuhkan sekitar 64,05 ml Natrium borat 0,05 M untuk menitrasi
HCl yang volumenya 25 ml. Sehingga dengan perhitungan didapatkan
konsentrasi HCl yang sebenarnya adalah 0,26N bukan 0,1N. Berikut
merupakan reaksi yang terjadi pada titrasi alkalimetri tersebut:

Na2B4O7+10H2O + 2HCl  2NaCl + 4H3BO3 +5H2O


Berikutnya adalah standarisasi terhadap sampel yang telah disediakan.
Karena sampel besifat asam, maka larutan standar primernya harus bersifat basa
sebab memanfaatkan titrasi asam-basa. Oleh sebab itu, NaOH yang sebelumnya
telah distandarisasi dengan titrasi asidimetri digunakan sebagai larutan standar
primernya. Dengan demikian maka titrasi untuk sampel tersebut adalah titrasi
alkalimetri.
Indikator yang digunakan adalah PP karena range pH produk berada
dalam jangkauan range yang dapat membuat PP berubah menjadi merah muda
yaitu 8,0 – 9,6 . Setelah berubahnya warna PP menjadi merah muda yang
merupakan indikasi bahwa titrasi harus berakhir, didapati bahwa dibutuhkan 55,9
ml NaOH 0,15 N untuk menitrasi 25 ml sampel. Diketahuinya volume NaOH dan
sampel serta konsentrasi NaOH yang sebelumnya telah distandarisasi maka
didapati bahwa konsentrasi larutan sampel tersebut adalah sebesar 0,3 N. Berikut
merupakan reaksi dalam titrasi alkalimetri tersebut

NaOH + HCl NaCl + H2O


Pada standarisasi diatas terdapat perbedaan antara konsentrasi
yang dibuat dan konsentrasi sebenarnya. Hal tersebut dikarenakan pada
pembuatan larutan HCl 0,1N dilakukan pengenceran dari HCl 1N yang
sebelumnya merupakan hasil pengenceran dari HCl pekat. Sehingga
pengenceran tersebut dilakukan dua kali. Pengenceran yang dilakukan lebih
dari sekali patut diragukan kebenarannya.
Untuk NaOH, perbedaan konsentrasi yang dibuat dan didapat
dikarenakan larutan NaOH 0,1N tersebut telah dibuat sebelumnya sehingga
larutan memiliki kemungkinan berubah konsentrasinya karena sifatnya yang
tidak stabil. Jadi faktor pengenceran dan faktor sifat bahan itu sendirilah yang
menyumbangkan kesalahan dalam pengukuran konsentrasi sebenarnya
menggunakan prinsip titrasi asam basa, asidi-alkalimetri kali ini.
Dari hasil percobaan praktikum asidimetri-alkalimetri yang telah
dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Larutan HCl 0,1N dibuat dengan jalan pengenceran, dimana 50mL HCl 1N
dilarutkan dalam 450mL aquadest.
2. Standarisasi terhadap larutan didapatkan moralitas sebenarnya dari HCl
yaitu 0,26 M.
3. Pembuatan larutan NaOH 0,1M tersebut dilakukan dengan cara
melarutkan 4 g kristal NaOH ke dalam 1000ml aquadest.
4. Standarisasi terhadap larutan NaOH didapatkan moralitas sebenarnya dari
NaOH yaitu 0,15 M.
5. Standarisasi terhadap larutan sampel asam didapatkan moralitas sampel
yaitu 0,3 M
Day, Underwood. 1999. Kimia Analisis
Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Haryadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar.
Jakarta: Gramedia.
----- 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta:
Gramedia.
Harvey, David. 2000. Modern Analytical
Chemistry. Toronto: John Wiley & Sons.
Rubinson, Judith dan Kenneth A. 1998.
Contemporary in Analytical Chemistry.
Toronto: John Wiley & Sons.

Anda mungkin juga menyukai