Anda di halaman 1dari 11

R U M A H A D AT S U K U

WAEREBO
MBARU NIANG
WAE REBO
Wae Rebo adalah sebuah
desa adat terpencil dan
misterius di Kabupaten
Manggarai, Nusa Tenggara
Timur. Di kampung ini hanya
terdapat 7 rumah utama atau
yang disebut sebagai Mbaru
Niang. Menurut legenda
masyarakatnya, nenek
moyang mereka berasal
dari Minangkabau, Sumatera.
MBARU NIANG
Wae Rebo adalah sebuah desa adat terpencil dan misterius di Kabupaten Manggarai, Nusa
Tenggara Timur. Di kampung ini hanya terdapat 7 rumah utama atau yang disebut
sebagai Mbaru Niang
Rumah Mbaru Niang, UNESCO memberikan penghargaan Award of Excellence pada acara
UNESCO Asia-Pacific Awards tahun 2012 di Bangkok untuk proyek konservasi dalam sepuluh tahun
terakhir sebagai bangunan yang telah berumur lebih dari lima puluh tahun dengan mengalahkan 42
kandidat dari 11 negara di Asia Pasifik.
Arsitektur berbentuk kerucut, melingkar dan berpusat di tengah diyakini melambangkan
persaudaraan yang tidak pernah putus di Wae Rebo dengan leluhur mereka sebagai titik pusatnya,
seperti yang tertuang dalam ungkapan neka hemong kuni agu kalo yang bermakna "jangan lupakan
tanah kelahiran“
MBARU NIANG
Dalam bahasa Manggarai, Mbaru Niang berarti rumah drum karena salah satu rumah digunakan
untuk menyimpan "drum pusaka suci" dan "gong" yang merupakan media sakral klan untuk
berkomunikasi dengan nenek moyang. Atap besar terbuat dari ijuk yang hampir menyentuh tanah,
mirip dengan honai di Papua, didukung dengan sebuah tiang kayu pusat. Didalamnya terdapat
perapian yang terletak di tengah rumah.
Di Wae Rebo sendiri hanya boleh ada tujuh buah Mbaru Niang tidak kurang dan tidak lebih. Satu
rumah Mbaru Niang bisa ditempati enam sampai delapan keluarga (bangunan komunal). Sisa
masyarakat yang tidak tertampung di Wae Rebo harus pindah ke kampung Kombo, sebuah
kampung yang terletak kira-kira lima kilometer dari Wae Rebo yang kemudian mendapat julukan
kampung kembaran Wae Rebo karena sebagian besar penduduk kampung Kombo berasal dari
Wae Rebo.
MBARU NIANG
MATERIAL
1. Kayu menjulang ditengah setinggi 15 meter,
2. Rotan untuk mengikat,
3. Ijuk, alang-alang dan bambu sebagai konstruksi atap,
4. Kayu sepanjang 2 meter sebagai pondasi dalam tanah.
MBARU NIANG
Struktur Mbaru Niang cukup tinggi, sekitar 15 meter, yang keseluruhannya ditutup dengan ijuk.
Didalamnya memiliki lima tingkat yang terbuat dari kayu worok dan bambu yang menggunakan
rotan untuk mengikat konstruksi sebagai ganti paku. Masing-masing tingkat memiliki nama dan
fungsinya masing-masing.
MBARU NIANG
KONSTRUKSI

Berdiameter 11 meter, lantai pertama ini Penyangga dinding yang sekaligus berfungsi
dibuat segera setelah pondasi selesai sebagai atap ini adalah kumpulan rotan
dilaksanakan, berlandaskan balok-balok dan dalam satu ikatan, ukurannya sangat besar,
hamparan papan kayu dan dikelilingi dan panjangnya disesuaikan dengan keliling
lingkaran, jadi yang paling panjang adalah
glondongan rotan besar sebagai dudukan pada lantai satu, sepanjang 34,54 m (keliling
utama atap. Di atas lantai pertama inilah lingkarang = 2 phi r) dan semakin keatas
didirikan tiang utama hingga kepucuk semakin pendek. kumpulan rotan inilah
mbaru niang / Ngando yang dilngkapi yang membentuk bulatan pada mbaru
dengan tangga bambu untuk menaiki setiap niang.
tingkatnya.
MBARU NIANG
KONSTRUKSI

Tiang utama berdiri diatas lantai


pertama. untuk menyangga tiang utama
ini, ditahan dengan tali rotan yang
diikatkan pada tiga hingga 4 pasak.tiang
utama ini akan menjadi penyangga dari
keseluruhan aktivitas pembangunan
rumah, sehingga harus sangat diyakinkan
ikatan pada pasaknya benar-benar kuat.
MBARU NIANG
KONSTRUKSI

Penyangga dinding yang sekaligus berfungsi sebagai atap ini adalah kumpulan rotan
dalam satu ikatan, ukurannya sangat besar, dan panjangnya disesuaikan dengan
keliling lingkaran, jadi yang paling panjang adalah pada lantai satu, sepanjang 34,54
m (keliling lingkarang = 2 phi r) dan semakin keatas semakin pendek. kumpulan
rotan inilah yang membentuk bulatan pada mbaru niang.
MBARU NIANG
MBARU NIANG
Gambar

Anda mungkin juga menyukai