Anda di halaman 1dari 28

BPH

kondisi ketika kelenjar prostat


mengalami pembengkakan,
namun tidak bersifat kanker.
Kelenjar prostat merupakan
sebuah kelenjar berukuran kecil
yang terletak pada rongga
pinggul antara kandung kemih
dan penis.
Umur
Pria berumur lebih dari 50 tahun,
kemungkinannya memiliki BPH adalah
50%.
Ketika berusia 80–85 tahun, kemungkinan
itu meningkat menjadi 90%.

Faktor Hormonal
Testosteron –> hormon pada pria.
Beberapa penelitian menyebutkan karena
adanya peningkatan kadar testosteron pada pria
(namun belum dibuktikan secara ilmiah) .
Kelenjar Prostat Mekanisme BPH secara umum
terdiri dari atas 3 patofisiologi hasil dari faktor statik
jaringan : penyebab BPH secara (pelebaran prostat
jelas belum diketahui secara berangsur-
• Epitel atau angsur) dan faktor
glandular, stromal dengan pasti.
dinamik (pemaparan
atau otot polos, dan Namun diduga terhadap agen atau
kapsul. intaprostatik kondisi yang
• Jaringan stromal dihidrosteron (DHT) menyebabkan
dan kapsul dan 5α- reduktase tipe konstriksi otot polos
ditempeli dengan II ikut terlibat. kelenjar.)
reseptor adrenergik
α1.
Kurang berolahraga

Efek samping obat-


Faktor penuaan obatan penghambat
beta (beta blockers).

Menderita
penyakit jantung Keturunan.
atau diabetes

obesitas
Tanda dan gejala dapat
dibagi menjadi 2 kategori:
 Sering kencing
 Sulit kencing • Obstrukstif (terjadi ketika
 Nyeri saat berkemih factor dinamik dan atau
 Urin berdarah factor static mengurangi
 Nyeri saat ejakulasi pengosongan kandungan
 Cairan ejakulasi kemih)
berdarah • Iritatif (hasil dari obstruksi
 Gangguan ereksi yang sudah berjalan lama
 Nyeri pinggul atau pada leher kandung kemih)
punggung
uji
laboratorium
klinik.

pengukuran
objektif
pengosongan
kandung
kemih

pengujian fisik
Infeksi
Saluran
Kemih

Retensi urin
akut atau
ketidakma
mpuan
berkemih.
Kerusakan
Penyakit ba
kandung
tu kandung
kemih dan
kemih
ginjal.
Farmakologi
Non Famakologi
 Jika gejala ringan  maka pasien cukup
dilakukan watchful waiting (perubahan gaya
hidup).
 Jika gejala sedang  maka pasien diberikan
obat tunggal antagonis α adrenergik atau
inhibitor 5α- reductase.
 Jika keparahan berlanjut  maka obat yang
diberikan bisa dalam bentuk kombinasi
keduanya.
 Jika gejala parah dan komplikasi BPH, dilakukan
pembedahan.
BPH

Menghilangkan gejala ringan Menghilangkan gejala Menghilangkan gejala parah dan


sedang komplikasi BPH

Operasi
Watchful
waiting
α-adrenergik α-adrenergik
antagonis atau antagonis dan 5-α
5-α Reductace inhibitor
Reductace inhibitor

Jika respon Jika respon tidak Jika respon Jika respon tidak
berlanjut berlanjut, operasi berlanjut berlanjut, operasi
Prazosin Terazosin Doksazosin Tamsulosin
 Mekanisme kerja obat
Memblok reseptor α1-adernergic didalam jaringan stromal prostatic (prazosin,
terazosin, doksazosin) dan memblok reseptor α1A didalam prostat (tamsulosin).
 Dosis : 2 mg 2x sehari.
 Indikasi : retensi urin, gagal jantung, anti hipertensi dan penyakit vascular.
 Kontraindikasi : hipotensi ortostatik
 Peringatan
dosis pertama menyebabkan kolaps karena hipotensi (oleh karena itu harus
istirahat ditempat tidur), usia lanjut dosis mula – mula dikurangi pada gagal
ginjal.
 Interaksi
penghambat ACE : meningkatkan efek hipotensi. Alkohol : meningkatkan efek
hipotensif, meningkatkan efek sedative dari indoramin.
 Efek Samping
hipotensi, sedasi, pusing, kantuk, lemah, lesu, depresi, sakit kepala, mulut
kering, mual, sering berkemih, takikardia, palpitasi.
 Mekanisme Kerja :
memblok α1 dengan efek minimal pada α2; hal ini mengakibatkan
penghambatan postsynaptic peripher, dengan akibat menurunkan arterial
tone. Terazosin merelaksasi otot halus pada leher kandung urin, sehingga
menurunkan obstruksi kandung urin.
 Dosis : 5 atau 10 mg / hari.
 Efek samping
Mengantuk, sering urinasi, peningkatan berat badan, dyspnoea (gangguan
pernafasan), penurunan libido.
 Interaksi Obat
Meningkatkan efek/toksisitas : Efek hipotensi terazosin ditingkatkan oleh
beta-blocker, diuretik, inhibitor ACE.
 Peringatan
Dosis pertama dapat menyebabkan kolaps karena hipotensi (dalam 30-90
menit, sehingga harus diminum sebelum tidur) .
 Informasi Pasien
Digunakan tidak bersama makanan, pada waktu yang sama setiap hari. Obat
ini dapat menyebabkan mengantuk dan pusing.
 Mekanisme Kerja
antagonis adrenergic alfa-1 perifer mendilatasi arteri atau
vena.

 Indikasi
hipertensi , BPH.

 Kontraindikasi
hypersensitive.

 Efek samping
hipotensi postural, sakit kepala, kelelahan, vertigo dan edema.

 Dosis : 1 mg sehari,
 Mekanisme kerja :
menghambat pembentukan dihidrotestosteron (DHT)
dari testosteron, yang dikatalisis oleh enzim 5-redukstase
di dalam sel-sel prostat.

 Dosis : 0,2-0,4 mg 1 x/hr.

 Efek samping :
Pusing, sakit kepala, gelisah, hipotensi ortostatik,
takikardi, palpitasi, obstruksi nasal.

 Interaksi obat :
Antihipertensi, sildenafil sitrat, vardenafil HCl.
 Peringatan :
Hipotensi ortostatik, Gangguan fungsi hati, gangguan
fungsi ginjal ringan s/d sedang. Dapat mengganggu
kemampuan mengemudi kendaraan bermotor atau
menjalankan mesin.

 Indikasi :
Gangguan miksi pada hiperplasia prostat jinak.

 Kontraindikasi
Gangguan fungsi ginjal, insufisiensi hati berat. Pemberian
bersama dengan vardenafil HCl.
2. Golongan Agonis dan Antagonis Hormon
(Penurun Faktor Statik)

Nafarelin Megestrol
Finasterid Flutamid
Asetat asetat
 Mekanisme Kerja Obat :
Memblok enzim 5 reduktase steroid tipe II, sebuah enzim
intraselular yang mengubah testosterone menjadi androgen 5-
Dihidrotestosteron (DHT).

 Dosis : 1-5 mg/hari.

 Efek samping :
Impotensi, Libido dan volume ejakulat menurun, nyeri dan tegang
payudara.

 Interaksi obat : Tidak ada interaksi penting yang dilaporkan.

 Peringatan
Obstruksi kemih, kanker prostat, menggunakan kondom bila pasangan
seksual sedang hamil atau diharapkan hamil.

 Indikasi : Hiperplasia prostat ringan.


 Mekanisme Kerja Obat
Memblok dihidrotestosteron pada reseptor intraselularnya.

 Indikasi : Tumour flase pada terapi kanker prostat dengan


gonadorelin.

 Peringatan : Penyakit jantung (retensi Na dan edema); pantau


fungsi hati (hepatotoksik).

 Interaksi obat : Antikoagulan : efek warfarin ditingkatkan.

 Efek samping : Ginekomastia (kadang disertai galaktorea),


mual, muntah, diare, nafsu makan naik, insomnia, libido
menurun.
 Mekanisme Kerja Obat : Memblok pituitary mengeluarkan
hormon luteinizing.

 Indikasi : Endometriosis, pubertas dini.

 Peringatan
Diagnosis yang tepat untuk pubertas dini (pada anak-anak)
sebelum terapi dimulai,hipersensitivitas, karsiogenesis.

 Interaksi Obat : Tidak ada interaksi penting yang dilaporkan.

 Efek Samping
libido dan volume ejakulat menurun, sakit kepala, terasa panas,
emosi labil, insomnia.
 Mekanisme Kerja Obat
Memblok pituitary mengeluarkan hormon Iuteinizing dan memblok reseptor
androgen.

 Indikasi : Kanker payudarah, kanker endometrium.

 Kontraindikasi : gangguan fungsi ginjal hepatitis kronis aktif, penyakit


vaskular.

 Peringatan : Diabetes mellitus, hipertensi, penyakit jantung atau ginjal.

 Interaksi Obat
Antibakteri : metabolisme dipercepat oleh Rifampisin (mengurangi khasiat).
Antagonis hormon : aminogluetetimid menurunkan kadar plasma
mendoksiprogesteron.

 Efek Samping
Nausea, retensi cairan, dan pertambahan berat badan, perubahan libido.
 Pembatasan Minuman Berkafein
 Tidak mengkonsumsi alkohol
 Pemantaauan beberapa obat seperti
diuretik, dekongestan, antihistamin,
antidepresan
 Diet rendah lemak
 Meningkatkan asupan buah-buahan dan
sayuran
 Latihan fisik secara teratur
 Tidak merokok
Seorang pasien bernama tuan N, berusia 59 tahun
datang ke rumah sakit dengan keluhan berupa
nokturia dan pancaran urine yang lemah.
Sebelumnya, 2 tahun yang lalu pasien memiliki
riwayat benigna prostatik hiperplasia dengan
riwayat pengobatan yaitu pemberian dosis tunggal
Doxazosin (4 mg/ hari) dengan hasil kemajuan
yang minimal. Pemilihan obat apakah yang tepat
pada tuan N untuk mengatasi keluhannya?
Dosis doxazosin yang diberikan sebelumnya sebanyak 4 mg/hari dinaikkan
menjadi 8mg/hari. Jika masih belum menunjukkan kemajuan yang signifikan,
maka bisa ditambahkan 5α-reduktase (finasteride) dengan indikasi pembesaran
prostatnya. Apabila pasien BPH sudah tidak efektif dengan terapi pengobatan,
maka disarankan untuk dirujuk ke bagian urologi, watchful waiting sangat
direkomendasikan untuk monitoring pasien.
Seorang apoteker harus mampu mengedukasikan kepada pasien
tentang penyakit yang diderita, karena penyakit ini apabila tidak
ditangani sesegera mungkin maka akan meningkatkan keparahan
penyakit. Beberapa perubahan gaya hidup atau pengobatan rumahan
yang dapat dilakukan oleh pasien adalah:
•Jangan batasi asupan cairan untuk menghindari buang air kecil,
karena dapat mengalami dehidrasi yang dapat mmenyebabkan
masalah kesehatan lainnya.
•Jika sering bangun pada tengah malam akibat ingin buang air, dapat
menghindarinya dengan mengosongkan kandung kemih sebelum
tidur
•Hindari cafein dan alcohol karena dapat membuat air kencing lebih
sering.
TERIMAKASIH…

Anda mungkin juga menyukai