pembimbing :
Firdayanty 13777714235
Agung Hidayat Yabasa 13777714227
manal alhabsyi 13777714225
fariani Gimarudding 13777714223
fadliah 13777714242
MYASTENIA GRAVIS
Myasthenia gravis adalah penyakit autoimun yang karakteristiknya ialah
kelemahan otot dan kelelahan, di mediasi oleh sel B, dan berhubungan
dengan antibodi yang akan melawan reseptor asetilkolin, muscle spesifik
kinase (MUSK), Lipoprotein related protein 4 (LRP4), atau agrin di
membran postsynaptic di neuromuskular junction. Subkelompok
berdasarkan antibodi serum dan gambaran klinis termasuk onset dini, onset
lambat, thymoma, MUSK, LRP4, antibodi-negatif, dan bentuk okular dari
myasthenia gravis. Prognosisnya baik dengan pengobatan simtomatik,
imunosupresif, dan suportif yang optimal. Pyridostigmine adalah
pengobatan simptomatik kortikosteroid, azathioprine, dan thymectomy
adalah perawatan imunosupresif lini pertama.
Autoantibody di Myastenia Gravis
Antibodi AChR
Antibodi ACh sbersifat patogenik melalui ikatan silang AChRs yang
mengarah ke percepatan degradasi reseptor, melalui pengikatan dan
aktivasi komplemen, dan dengan menginduksi perubahan konformasi
AChR atau memblokir pengikatan asetilkolin.
Pengendapan radioimmuno adalah tes standar untuk myasthenia gravis
Tes berbasis sel dapat memiliki sensitivitas yang lebih tinggi, tetapi belum
tersedia secara komersial dan standar
EPIDEMIOLOGI
Phyridotigmine
Acetylcholinesterase
-Neostigmine
-Ambenonium chloride
Pengobatan immunosupresan
Prednisolone
Terapi imunosupresan
Aktivitas fisik dan latihan dengan intensitas rendah dan sedang memberikan manfaat
jangka pendek dan jangka panjang untuk pasien dengan myasthenia gravis maka
beristirahat setelah latihan sangat dibutuhkan karena kelemahan meningkat dengan
penggunaan otot yang berulang-ulang.
Kontrol BB sangat penting untuk pasien dengan myasthenia gravis terutama dengan ada
ggn pernafasan. Infeksi pada pasien dengan myasthenia gravis juga harus dirawat sejak
dini karena dapat menyebabkan eksaserbasi dari myasthenia gravis dan menambah
kerusakan sistem pernafasan
Obat2an yang tidak boleh diberikan pada pasien dengan myasthenia gravis karena
menyebabkan penyakit semakin memburuk:
1. D-penicillamine dan telithromysin : menggangu transmisi neuromuskular.
2. fluoroquinolones, aminoglikosida, macrolides : penghambat neuromuscular
Jika pasien memburuk ketika diberikan obat baru, obat ini harus diganti
Pengobatan pada Kegawatan Myasthenia
Gravis
Kehamilan tidak selalu mempengaruhi myasthenia gravis, jika tidak disertai dengan
kegawatan myasthenia gravis. Selama minggu pertama dan beberapa bulan post-
partum, gejala buruk biasanya meningkat, terutama karena stress dan tuntutan baru.
Pyridostigmine dan kortikosteroid dianggap terapi aman untuk wanita hamil. Obat-
obatan ini tidak meningkatkan risiko malformasi janin atau IUGR.
Pertukaran plasma dan imunoglobulin intravena dapat digunakan dengan aman untuk
eksaserbasi kehamilan, dan juga sebagai persiapan untuk melahirkan. Bukti efek
teratogenik dari obat imunosupresif jarang ditemukan. Namun, hati-hati untuk
penggunaan obat-obatan ini, dan produsen obat imunosupresif umumnya tidak
menganjurkan penggunaan dalam masa kehamilan.
Azathioprine telah banyak digunakan pada wanita muda dengan bentuk AChR, MUSK
atau LPR4 dari myasthenia gravis. Sehingga dapat diketahui bahwa obat ini rendah
dalam peningkatan efek teratogenik
Proses laktasi harus dianjurkan pada pasien dengan myasthenia gravis, juga pada wanita
dengan penggunaan obat imunosupresif, tetapi dosis dari pengobatan yang masuk ke
air susu ibu harus diperhitungkan
Mycophenolate mofetl dan methotrexate memiliki potensi efek teratogenik.
Methotrexate mungkin juga mengurangi kesuburan wanita. Kedua obat ini seharusnya
jarang digunakan pada wanita usia muda dan tidak penah diberikan selama masa
kehamilan.
Sebagian besar pasien wanita dengan myasthenia gravis melahirkan dengan cara yang
tidak rumit. Terlepas dari resiko myasthenia gravis neonatal, biasanya tidak membutuhkan
tindakan pencegahan. Operasi sesar tidak dianjurkan pada wanita ini, tetapi harus
dipertimbangkan jika terdapat “prolonged birth” pada wanita dengan myasthenia gravis
pada tingkat sedang atau berat akibat otot yang lemah.
Pengobatan Myasthenia Gravis pada
Neonatal
Neonatal myastenia gravis terjadi pada 10-15% bayi dari ibu yang memiliki
penyakit ini. Penyebab kelemahan otot pada bayi-bayi ini adalah transfer
AChR atau MUSK antibodi ibu dari igG melalui plasenta. Kelemahan ini
biasanya berlangsung selama beberapa hari atau beberapa minggu dan
biasanya ringan tetapi dapat mengganggu saat makan dan bernafas.
Ibu dengan myasthenia gravis harus selalu melahirkan di rumah sakit yang
berpengalaman dalam resusitasi pada bayi baru lahir. Faktanya
myasthenia gravis tidak terjadi pada semua bayi dan kejadian pada bayi
tidak berhubungan dengan keparahan penyakit ibu atau konsentrasi
antibodI AChR dapat dijelaskan oleh variasi dalam epitope AChR,
epitopbinding affinity, dan non AChR faktor.
Transplasenta antibodI AChR bisa dilakukan, dalam kasus yang jarang, produksi
arthrogyposis menyebabkan penghambatan gerakan intrauterin yang parah. Beberapa
malformasi skeletal dilaporkan pada 3 dari 127 bayi . arthrogyposis, AChR antibody
menyebabkan kelahiran mati dan aborsi spontan berulang bisa dihindari dengan infus
immunoglobulin intravena atau bertukar plasma sebelum dan selama kehamilan.
Pengobatan ini harus diberikan pada pasien wanita dengan myasthenia gravis yang
sedang merencanakan kehamilan
Kesimpulan dan Prognosis