Anda di halaman 1dari 49

SKILL LAB

PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN


Dr.Arimbi,dr.Sp.P
FK-UWK Surabaya
2017
PENDAHULUAN

 Menjelaskan Prinsip-prinsip pemeriksaan fisik abdomen


 Melakukan Inspeksi abdomen
 Melakukan Auskultasi abdomen
 Melakukan Palpasi abdomen
 Melakukan Perkusi abdomen
 Melakukan Pemeriksaan-pemeriksaan khusus Organ Abdomen
 Spesifisasi nyeri dan penjalaran nyeri pada penyakit Organ Abdomen
PEMBAGIAN REGIO PADA ABDOMEN
ORGAN PADA REGIO ABDOMEN
INSPEKSI
 Posisi Pasien Supine (telentang) ........ Cari gambarnya
 Buka baju serta turunkan celana hingga simfisis
 Tutup dada dan daerah simfisis pasien dengan selimut
 Dokter berdiri di sebelah kanan penderita ........ Cari gambarnya
 Amati permukaan abdomen:
Kesimetrisan bentuk dan gerak abdomen
Contour Abdomen (flat, round,scapoid, Protuberant)
Kulit (sikatriks, striae , pelebaran vena atau lesi kulit lainnya)
Bentuk umbilikus, pembesaran organ, atau massa
Gerakan dinding abdomen (gelombang peristaltik, pulsasi arteri)
INSPEKSI

COUNTOR ABDOMEN:
 Datar/flat (normal)
 Bulat/Round (normal/obesitas)
 Scapho/cekung (kaheksia)
 Protuberant/cembung (Asites, Kehamilan,
kandung kencing penuh, organomegali /massa)
INSPEKSI
INSPEKSI TERHADAP PERGERAKAN/DENYUTAN
PERISTALTIK: kadang nampak pada kaheksia
PULSASI: Pulsasi aorta yang normal nampak di daerah epigastrium.
INSPEKSI
INSPEKSI

MASSA PADA ABDOMEN

KEHAMILAN ORGANOMEGALI
(HEPATOMA)
INSPEKSI

VENA CAVA SUPERIOR


SYNDROMA (VCSS)

CICATRIC STRIAE COLLATERAL UMBILICUS


AUSKULTASI (PERISTALTIK USUS)
 Letakkan diafragma stetoskop pada kuadran kiri bawah dinding abdomen
pasien
 Dengarkan suara peristaltik usus:
Normal : 5-35x/menit (interval 2-5 detik)
 Frekwensi Peristaltik pada keadaan:
Peritonitis: peristaltik menurun/menghilang
Obstruksi intestin: terdengar suara "rushes"
(suara yang timbul akibat intestin berusaha mengeluar
kan isinya melalui lubang yang mengalami obstruksi),
kemudian diikuti penurunan bunyi usus gemerincing
“tinkles" dan kemudian menghilang.
Pasca operasi: peristaltik menghilang
AUSKULTASI (BISING ARTERI)
PALPASI
 Lakukan palpasi dimulai dari daerah superficial
 Lokasi yang dirasakan nyeri oleh penderita ,diperiksa pada sesi terakhir
 Periksa dengan posisi menekuk lutut, bila dinding abdomen tegang
 Tekan daerah m. Rectus abdominalis sambil meminta pasien bernafas:
M. Rectus teraba spasme saat relaksasi petanda spasme volunter (sebaliknya Involunter)
 Palpasi dalam sulit dilakukan pada obesitas atau otot yang tegang, maka gunakan dua tangan (satu di atas yang lain) untuk
melakukan palpasi
 Apakah teraba massa ,catat: lokasi, besar, konsistensi, mobilitas, nyeri tekan, keadaan kulit permukaan massa terhadap sekitar
 Masa di abdomen dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis : fisiologi (uterus dalam kehamilan); inflamasi (diverticulitis colon
atau pesudocyst pancreas); vaskuler (aneurisma aorta); neoplastik (uterus miomatosa, karsinoma kolon, hepatoma, atau
ovarium); atau obstruktif (kandung kencing yang teregang).
PALPASI (LIEN)
Cara A (Posisi telentang/ Supine dengan kedua kaki fleksi)
 Letakkan tangan kiri untuk menyangga dan mengangkat costa bagian bawah sebelah kiri penderita. Sedangkan tangan kanan diletakkan
di bawah arcus costa, lakukanlah tekanan ke arah lien.
 Mulailah palpasi di daerah yang cukup rendah untuk dapat meraba lien yang membesar.
 Mintalah penderita untuk bernapas dalam dan cobalah untuk merasakan sentuhan lien pada ujung jari Lien yang membesar dapat
terlewatkan dari pemeriksaan (tidak dapat teraba), apabila pemeriksa mulai palpasi pada daerah yang terlalu ke atas.
 Perhatikanlah adakah nyeri tekan, bagaimana permukaannya, dan perkirakanlah jarak antara lien dengan batas terendah dari kosta kiri
yang terbawah.
Cara B (Posisi berbaring miring kanan dg kedua tungkai fleksi pada pinggang dan lutut)
 Ulangi pemeriksaan dengan penderita pada posisi miring ke kanan, dengan tungkai fleksi pada paha dan lutut. Pada posisi ini, gaya
gravitasi akan menyebabkan lien terdorong ke depan dan ke kanan, sehingga lebih mudah teraba.
PALPASI (LIEN)

A. Posisi pasien telentang/Supine dengan kedua


kaki fleksi dan lakukan perabaan pada lien
(normal: lien Stidak teraba)

B. Posisi pasien berbaring miring ke kanan


dengan kedua tungkai fleksi pada pinggang dan
lutut Lakukan perabaan pada lien
PALPASI (LIEN)
GARIS SCHUFFNER:
Garis yang menghubungkan titik SIAS kanan dengan umbilikus dan diteruskan sampai
arkus kosta kiri.
Garis ini dipergunakan untuk menyatakan pembesaran limpa. Garis ini terbagi di
dalam 8 titik (S1 sampai S8).
S1: Lien 2 jari dibawah arcus costae garis kiri umbilicus
S1
S2: Lien 4 jari dibawah arcus costae garis kiri umbilicus
S3: Lien 6 jari dibawah arcus costae garis kiri umbilicus S2
S4: Lien teraba pada umbilicus S3
S5: Lien teraba 2 jari digaris kanan umbilicus S4
S6: Lien teraba 4 jari digaris kanan umbilicus
S5
S7: Lien teraba 6 jari digaris kanan umbilicus
S8: Lien teraba 8jari digaris kanan umbilicus S6
(Lien teraba sampai batas akhir SIAS kanan) S7
S8
PALPASI (HEPAR)
Cara A (Metode Dipping)
 Letakkan tangan kiri dibelakang penderita, menyangga costa 11 & 12 posisi sejajar costa, kemudian mintalah penderita untuk
relaks.
 Dengan mendorong hepar ke depan, hepar akan lebih mudah teraba dari depan dengan tangan kanan. Tempatkan tangan
kanan pada abdomen penderita sebelah kanan,di sebelah lateral otot rektus, dengan ujung jari ditempatkan di bawah batas
daerah redup hepar.
 Dengan posisi jari tangan menunjuk ke atas atau obliq, tekanlah dengan lembut kearah dalam dan ke atas.
 Mintalah penderita untuk bernapas dalam-dalam. Cobalah merasakan sentuhan hepar pada jari anda pada waktu hepar
bergerak ke bawah
 Kendorkanlah tekanan jari dan rabalah permukaan anterior hepar penderita. Rasakan konsistensinya (hepar normal adalah
lunak, lancip dan tidak berbenjol-benjol).
 Besarnya tekanan pada dinding abdomen tergantung pada tebal-tipisnya otot rektus, sehingga apabila mengalami kesulitan
meraba hepar, maka pindahlah palpasi pada daerah yang lebih dekat ke arcus costa.
PALPASI (HEPAR)
Cara B (Metode Hook) A
 Pemeriksaan dapat juga dilakukan dengan teknik mengait.
 Berdirilah di sebelah kanan penderita. Letakkan kedua tangan
bersebelahan di bawah batas bawah redup hepar.
 Mintalah penderita untuk bernapas dalam-dalam dengan nafas perut, sehingga pada
inspirasi hepar dan juga lien dan ginjal akan berada pada posisi teraba.
 Besarnya tekanan pada dinding abdomen tergantung pada tebal tipisnya otot rektus,
sehingga apabila mengalami kesulitan meraba hepar, maka pindahlah palpasi pada daerah
yang lebih dekat ke arcus costa.
PALPASI (GINJAL)
PALPASI GINJAL KANAN
 Letakkan tangan kiri di belakang penderita, paralel pada costa ke-12, dengan ujung jari menyentuh sudut
kostovertebral. Angkat, dan cobalah mendorong ginjal kanan ke depan. Letakkan tangan kanan dengan
lembut pada kuadran kanan atas, di sebelah lateral dan sejajar terhadap otot rektus.
 Mintalah penderita untuk bernapas dalam. Pada waktu puncak inspirasi, tekanlah tangan kanan dalam-dalam
ke kuadran kanan atas, di bawah arcus costa, dan cobalah untuk “menangkap” ginjal diantara kedua tangan.
 Mintalah penderita untuk membuang napas dan menahan napas. Pelan-pelan, lepaskan tekanan tangan
kanan dan rasakan bagaimana ginjal akan kembali ke posisi pada waktu ekspirasi. Apabila ginjal teraba,
tentukan ukurannya, dan ada/tidaknya nyeri tekan.
PALPASI (GINJAL)
PALPASI GINJAL KIRI
Untuk meraba ginjal kiri, pindahlah ke sebelah kiri penderita. Gunakan tangan kanan untuk menyangga
dan mengangkat dari belakang, dan tangan kiri untuk meraba pada kuadran kiri atas. Lakukan
pemeriksaan seperti ginjal kanan. Normal (tak teraba).
NYERI KETOK GINJAL
Nyeri tekan ginjal dapat timbul pada pemeriksaan palpasi, tapi periksalah juga pada daerah sudut
costovertebralis. Kadang-kadang tekanan ujung jari dapat menimbulkan nyeri, tetapi seringkali harus
digunakan kepalan tangan untuk menumbuhkan nyeri ketok ginjal, letakkan satu tangan pada sudut
kostovertebra, dan pukullah dengan sisi unler kepalan tangan Anda.
PALPASI (GINJAL)

Palpasi Ginjal Kanan Nyeri Ketok Ginjal Palpasi Ginjal Kiri


PALPASI (AORTA)
Tekanlah agak kuat abdomen bagian atas, sedikit di sebelah kiri garis tengah dan rasakan adanya pulsasi
aorta. Pada penderita di atas 50 tahun, cobalah memperkirakan lebar aorta dengan menekan kedua tangan
pada kedua sisi.
PERKUSI
 Tentukan bagian abdomen yang akan diperkusi
 Tempatkan telapak tangan kiri pada bagian yang akan diperkusi.
Ketuk jari tengah tangan kiri dengan jari tengah tangan kanan
 Lakukan perkusi dan dengarkan suara:
Tympanic (predominant due
to gas in GI tract),
Hyperresonant
Dull (Organs, fluid and feces)
PERKUSI (LIVER)
 Buat garis imajiner dari midclavikula ke arcus costa, jadi 3 (bagian)
 Buat garis imajiner pada processus xypoideus menuju umbilicus, bagi menjadi 2
bagian
 Lakukan palpasi pada tepi hepar sambil memotivasi pasien untuk inspirasi (tepi yang
keras menunjukkan sirosis). Perhatikan adanya nyeri tekan dan massa.
 Ukurlah jaraknya dari margin kosta pada garis mid klavikula. Dengan cara melakukan
perkusi dari atas (ICS 2 midklavikula dextra) ke arah bawah sampai didapatkan
perubahan suara dari sonor ke dullness, berikan tanda menggunakan bolpoint.
 Lakukan perkusi dari abdomen bagian bawah ke atas sampai didapatkan perubahan
suara dari timpani ke dullness, berikan tanda. Ukur jarak tersebut. Nilai normalnya 6-
12 cm.
PERKUSI LIEN
1. Perkusilah daerah spatium intercosta terbawah di garis axilaris anterior kiri. Daerah ini
biasanya timpanik. Kemudian mintalah penderita untuk menarik napas panjang, dan lakukan
perkusi lagi. Apabila lien tidak membesar,suara perkusi tetap timpani. Apabila suara menjadi
redup pada inspirasi, berarti ada pembesran lien. Walaupun demikian kadang-kadang terdapat
juga suara redup pada lien normal (falsely positive splenic percuission sign)
2. Perkusilah daerah redup lien dari berbagai arah. Apabila ditemukan daerah redup yang luas,
berarti terdapat pembesaran lien. Pemeriksaan perkusi untuk mengetahui adanya pembesaran
lien, dapat terganggu oleh berbagai isi lambung dan kolon, tetapi pemeriksaan ini dapat
menunjukkan adanya pembesaran lien sebelum teraba pada palpasi.
ASCITES
SHIFTING DULLNESS
 Cairan asites akan mengalir sesuai gravitasi,
sedangkan gas dan udara akan mengapung di atas,
perkusi akan menghasilkan pola suara perkusi yang
khas.
 Tandailah batas antara daerah timpani dan redup.

 Miringkan pasien ke kanan, kemudian perkusi abdomen bagian atas


menuju ke bawah (atas terdengan timpani, bawah redup)
 Miringkan pasien ke kiri (akan terdengar yang semula redup akan
berubah menjadi timpani)
ASCITES
UNDULASI
ASCITES

Memberikan tekanan yang mendadak pada dinding abdomen, kemudian dengan cepat tangan ditarik kembali . Amati
gerakan/pantulan abdomen (cairan asites akan berpindah untuk sementara, sehingga massa yang membesar
dalam rongga abdomen dapat terasa saat memantul). Letakkan satu tangan pada satu sisi perut pasien. Tangan
yang lain mendorong/menekan sisi perut yang berlawanan Rasakan adanya tekanan gelombang cairan pada tangan
pertama
APENDICITIS
Mintalah penderita menunjuk lokasi dirasakan sakit. Mintalah penderita untuk batuk. Amatilah apakah timbul rasa sakit. Rasa sakit
pada apendisitis khas mulai dari daerah sekitar umbilicus dan kemudian bergeser ke kanan bawah dan terasa sakit pada waktu batuk.
Lakukan:
1. Pemeriksaan Rebound tenderness /tanda Blumber (nyeri lepas tekan pada lokasi nyeri)
2. Pemeriksaan tanda Rovsing (penjalaran nyeri lepas-tekan). Rasa sakit pada kuadran kanan bawah pada waktu kiri bawah ditekan penjalaran nyeri
dari kuadran kanan bawah, menunjukkan tanda Rovsing positip (iritasi peritoneum akibat apendiks yang meradang).
3. Pemeriksaan tanda Psoas. (2 cara)
 Letakkan tangan Anda di atas lutut kanan penderita, kemudian penderita mengangkat lututnya melawan tangan.
 Penderita berbaring miring ke kiri, tekuk tungkai kanan pada sendi paha timbul nyeri tanda psoas positif (iritasi otot psoas oleh apendiks
meradang).
5. Pemeriksaan tanda obturator.
Tekuk tungkai penderita pada sendi paha dengan lutut menekuk, kemudian putarlah ke dalam. Nyeri pada daerah hipogastrik kanan ,tanda obturotor
positif (iritasi otot obturator)
6. Pemeriksaan rektal touche
Pemeriksaan ini dapat membedakan apendiks normal dengan yang meradang. Rasa sakit pada kuadran kanan bawah mungkin berarti peradangan
pada adnexa vesicular seminalis atau apendiks.
APENDICITIS
BLUMBER SIGN ROVSINGS SIGN

Rectal Examination
APENDICITIS
REBOUND TENDERNESS ROVSING SIGN
(BLUMBER SIGN)

Blumberg sign positif, adalah timbulnya rasa nyeri pada quadran Rovsing sign positif, adalah timbulnya rasa nyeri pada quadran
kanan bawah akibat terangsangnya peritoneum parietal yang kanan bawah, apabila kita melakukan penekanan pada quadran kiri
meradang yang ditimbulkan dengan meraba perlahan dan dalam lebih bawah. Terjadi akibat adanya tekanan yang merangsang
qudran kanan bawah selanjutnya melepaskan dengan tiba-tiba. peristaltik, menggerakan peritoneum sekitar appendix yang
meradang sehingga nyeri dijalarkan karena iritasi
APENDICITIS

Cara melakukan TEST PSOAS :


 Ekstensikan paha penderita ke depan atau ke belakang (Hip Ekstensi)
 Tanda Psoas yang positif, adalah penderita merasa sakit sat ekstensi paha, karena psoas berbatasan
dengan rongga peritoneum, sehingga peregangan (oleh hiperekstensi di pinggul) atau kontraksi (oleh
fleksi pinggul) dari otot-otot menyebabkan gesekan terhadap jaringan di sekitar area yang mengalami
peradangan.
 Secara khusus, otot iliopsoas yang tepat berada di bawah usus buntu ketika pasien terlentang, sehingga
tanda psoas positif di sebelah kanan, merupakan tanda terjadinya radang apendic (Appendicitis).
APENDICITIS

Cara melakukan TEST OBSTURATOR :


 Fleksikan pinggul dan lutut 90 derajad
 Pemeriksa memegang pergelangan kaki pasien dengan satu tangan dan lutut dengan tangan
yang lain.
 Gerakan kaki yang difleksikan kearah luar atau menjauhi tubuh (fleksi dan rotasi internal pada
pinggul)
 Secara khusus, otot obsturator yang bersebelahan dengan otot psoas tepat berada di bawah
usus buntu ketika dilskukan fleksi dan rotasi internal pada pinggul, sehingga tanda obsturator
positif di sebelah kanan, merupakan tanda terjadinya radang apendic (Appendicitis).
CHOLECISTITIS/CHOLELITHIASIS
CHOLECISTITIS/CHOLELITHIASIS
Cara melakukan TEST Murphy’s sign :
 Kaitkan ibu jari atau jari-jari tangan kiri Anda di
bawah tepi costa dimana batas lateral kanan
muskulus rektus menyilang kosta.
 Mintalah penderita untuk napas dalam-dalam.
 Amatilah pernapasan dan derajat nyerinya.
 Penambahan rasa sakit yang tajam merupakan
tanda Murphy’s sign positif
LOCATION OF PAIN
REFFERED PAIN & SHIFTING PAIN
BELLY BUTTON PAIN
COMMON SIGN ABDOMINAL PAIN
FOREGUT, MIDGUT & HINDGUT PAIN
GASTRIC ULCER
COLON COLIC
BILLIARY PAIN
APENDICITIS PAIN

Rectal Examination
RENAL COLIC
PANCREAS PAIN
SIGN OF ABDOMINAL PAIN
SELAMAT BELAJAR & BERLATIH
SUKSES MENYERTAIMU

Anda mungkin juga menyukai