Anda di halaman 1dari 98

GIZI DAN

PENYAKIT
dr. Evi Fitriany, M.Kes
DIETETIKA
 Dietetika adalah pelajaran mengenai sistem
pelayanan gizi di rumah sakit dan
masyarakat meliputi terapi berbagai
penyakit dan cara penentuan kebutuhan
gizi, survei penyakit dan penerapannya
dalam bentuk menu untuk mempercepat
penyembuhan penyakit.
Hal yang perlu diperhatikan
 Kebutuhan gizi orang sehat dapat diketahui
melalui RDA
 Data klinis pasien, data lab/khusus
 Riwayat gizi penyakit pasien
 Anamnesa gizi meliputi: pola makan di rumah,
sosek, budaya, kebiasaan makan, jumlah porsi
makan, data antropometri
 Data lain yang berhubungan dengan resiko
penyakitnya
Tujuan dietetika
 Umum
 Mahasiswa memiliki pengetahuan tentang
kebutuhan gizi sesuai dengan kelainan
patologisnya
 Memiliki pengetahuan merencanakan
penyusunan diet untuk berbagai penyakit
 Menghargai dan memiliki tanggung jawab
terhadap profesinya
Tujuan dietetika
 Khusus
 Memahami hubungan antara penyakit dan kebutuhan gizi
 Memahami dan terampil dalam meningkatkan ilmu yang
berhubungan dengan diet
 Memahami diet yang tepat untuk membantu
penyembuhan penyakit
 Terampil untuk mengevaluasi data-data dan informasi
penunjang untuk menentukan diet
 Terapi berkonsultasi tentang diet
ISTILAH-ISTILAH
 MAKANAN adalah bahan selain obat yang
mengandung zat-zat gizi dan berguna bila
dimasukkan dalam tubuh
 DIET adalah makanan yang dimakan
sehari-hari, makanan yang dimakan
menurut aturan tertentu, makanan yang
ditentukan macam dan jumlahnya untuk
memenuhi kebutuhan tubuh untuk
kepentingan penyembuhan penyakit.
ISTILAH-ISTILAH
 GIZI adalah segala sesuatu tentang makanan dan
hubungannya dengan kesehatan
 ILMU GIZI adalah ilmu dan seni tentang segala
sesuatu tentang makanan dalam hubungannya
dengan kesehatan
 ILMU DIET adalah cabang dari ilmu gizi yang
mengatur pemberian makanan pada
kelompok/perorangan dalam keadaan sehat/sakit
dengan memperhatikan syarat gizi dan sosial
ekonomi dan budaya
ISTILAH-ISTILAH
 TERAPI DIET adalah bagian dari diet yang
khusus memperhatikan penggunaan
makanan untuk tujuan penyembuhan /terapi
 PELAYANAN GIZI adalah pelayanan yang
membantu masyarakat dalam keadaan
sehat/sakit untuk memilih/memperoleh
makanan yang sesuai guna mencapai
syarat gizi yang optimal (berhubungan
dengan keadaan tubuh serta sosial,
ekonomi dan budaya.
ISTILAH-ISTILAH
 PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT adalah
pelayanan gizi yang diberikan pada
pasien/penderita yang dirawat ataupun
yang berobat jalan
 UNIT GIZI RUMAH SAKIT adalah
unit/bagian instalasi yang mengelola
kegiatan gizi di rumah sakit
ISTILAH-ISTILAH
 STATUS GIZI adalah keadaan tubuh
seseorang sebagai hasil dari utilisasi zat
gizi yang diperoleh tubuh (baik,
sedang,kurang)
Baik  jika yang dimakan sesuai dengan
kebutuhan tubuh
Kurang  jika yang dimakan sesuai dengan
kebutuhan tubuh tapi tidak dipergunakan
dengan baik karena mis: gangguan
pencernaan
ISTILAH-ISTILAH
 Cara mengetahu status gizi dapat dengan
antropometri (BB/U, BB/TB, LLA, LK dll)
 Data yang lebih teliti biokimia yang diikuti
dengan riwayat gizi pasien serta data klinis
pasien yang dapat dilakukan di
RS/masyarakat
ASUHAN GIZI
 Upaya pemenuhan zat gizi yang optimal.
pada pelaksanaan asuhan gizi diperlukan
keterlibatan dan kerjasama yang erat antar
profesi terkait yang bergabung dalam TIM
ASUHAN GIZI dimana tim asuhan gizi ini
dibentuk disetiap unit rawat inap
ASUHAN GIZI
 Profesi yang terlibat dalam tim asuhan gizi
adalah: dokter, perawat, dietesien,
farmakolog, ahli patologi klinik, radiologi,
rekam medik dan administrasi. Tiap
anggota tim menyumbangkan keahliannya
yang spesifik dan saling mengisi.
TIM ASUHAN GIZI
 Dokter: bertanggung jawab terhadap
pelayanan kesehatan secara menyeluruh,
menegakkan diagnosa dan menetapkan
terapi secara keseluruhan, menentukan
penilaian akhir tentang status gizi pasien,
preskripsi diet/perubahan diet
 Perawat: bertanggung jawab dalam
pemberian makanan peroral, enteral,
laporan dari pasien tentang makanan
TIM ASUHAN GIZI
 Farmakolog: bertanggung jawab terhadap
obat-obatan dan cairan parenteral,
masukan tentang sifat-sifat farmakokinetik
obat, metabolisme obat, interaksi antara
obat dengan obat serta obat dengan zat
gizi
TIM ASUHAN GIZI
 Dietesien: orang yang mempunyai keahlian
khusus mengenai hubungan makanan, zat-zat
gizi, kesehatan dan penyakit; bertanggung jawab
dalam menterjemahkan preskripsi diet dalam
makanan sehingga dapat diterima oleh pasien,
mengkaji asupan zat gizi yang berkaitan dengan
kesehatan dan penyakit pasien, memberi
masukan pada dokter tentang produk-produk
suplemen yang ada di pasaran, penyuluhan diet.
TUJUAN TERAPI
 Mempertahankan status gizi yang optimal
 Mempercepat penyembuhan
 Membantu mencegah memburuknya kondisi
kesehatan pasien
 Memperbaiki defisiensi yang sudah terjadi
 Menyesuaikan asupan makanan dengan
kemampuan tubuh untuk metabolisme zat-zat gizi
 Untuk mengubah BB bila diperlukan
DI RUMAH SAKIT
 STANDAR MAKANAN UMUM
Makanan yang disediakan/dibuat untuk
orang sakit secara umum
 STANDAR MAKANAN KHUSUS
Makanan yang disediakan/dibuat sesuai
dengan jenis dan keadaan penyakit
penderita yang dirawat di rumah sakit
STANDAR
MAKANAN UMUM
RUMAH SAKIT
MAKANAN BIASA
 Pasien yang berdasarkan penyakitnya tidak
memerlukan makanan khusus.
 Tujuan: memberikan makanan sesuai
dengan kebutuhan untuk mencegah dan
mengurangi kerusakan jaringan
 Syarat diet: energi sesuai dengan
kebutuhan normal orang dewasa sehat
dalam keadaan istirahat
MAKANAN BIASA
 Protein 10-15% dari kebutuhan energi total
 Lemak 10-25% dari kebutuhan energi total
 KH 60-75% dari kebutuhan energi total
 Cukup mineral, vitamin dan serat
 Makanan tidak merangsang saluran cerna
 Makanan sehari-hari beraneka ragam dan
bervariasi
MAKANAN BIASA
 Indikasi pemberian: diberikan pada pasien
yang tidak memerlukan diet khusus
berhubungan dengan penyakitnya.
 Makanan yang tidak dianjurkan: makanan
merangsang  terlalu manis, terlalu
berbumbu dan minuman yang mengandung
alkohol
MAKANAN LUNAK
 Adalah makanan yang memiliki tekstur
yang mudah dikunyah, ditelan, dicerna
dibandingkan dengan makanan biasa
 Tujuan: untuk memberikan makanan dalam
bentuk lunak yang mudah ditelan dan
dicerna sesuai dengan kebutuhan gizi dan
keadaan penyakit
MAKANAN LUNAK
 Syarat diet:
 Energi, protein dan zat gizi cukup
 Makanan dalam bentuk cincang, lunak, sesuai
dengan penyakit dan kemampuan makan pasien
 Makanan diberikan dalam porsi sedang yaitu 3
kali makan lengkap dan 2 kali selingan
 Makanan mudah cerna, rendah serat dan tidak
mengandung bumbu yang merangsang
MAKANAN LUNAK
Indikasi Pemberian:
Kepada pasien sesudah operasi tertentu,
pasien dengan penyakit infeksi dengan
kenaikan suhu tubuh tidak terlalu tinggi,
pasien dengan kesulitan mengunyah,
menelan serta perpindahan dari makanan
saring ke makanan biasa
Bahan makanan yang dihindari
MAKANAN LUNAK
 Karbohidrat: nasi goreng, beras ketan, ubi,
singkong
 Protein hewani: daging dan ayam
berlemak/digoreng, ikan banyak duri:
bandeng, mujair
 Sayuran: tinggi serat  daun singkong,
daun katuk, daun melinjo, nangka muda.
pare, rebung
Bahan makanan yang dihindari
MAKANAN LUNAK

 Sayur: menimbulkan gas  kol, sawi,


lobak, sayuran mentah
 Buah-buahan: tinggi serat dan
menimbulkan gas  nangka, nenas, durian
Bahan makanan yang dihindari
MAKANAN LUNAK
 Bumbu: cabe, merica
 Minuman: alkohol, soda, teh dan kopi
 Selingan: kue terlalu manis dan berlemak
 Lain-lain: keripik dan snack yang terlalu
gurih
MAKANAN SARING
 Adalah makanan semi padat yang
mempunyai tekstur lebih halus daripada
makanan lunak, sehingga lebih mudah
ditelan dan dicerna
 Tujuan diet: memberikan makanan dalam
bentuk semi padat sejumlah yang
mendekati kebutuhan gizi pasien untuk
jangka waktu pendek sebagai proses
adaptasi terhadap bentuk makanan yang
lebih padat
MAKANAN SARING
 Syarat diet:
 Hanya untuk 1-3 hari karena kurang memenuhi
kebutuhan gizi terutama energi dan tiamin
 Rendah serat, diberikan dalam bentuk
saring/blender
 Porsi kecil dan sering  6-8 kali sehari
MAKANAN SARING
 Indikasi Pemberian:
 Pada pasien sesudah mengalami operasi, infeksi
akut termasuk infeksi saluran pencernaan,
kesulitan menelan dan mengunyah
 Karena kurang serat dan rendah vitamin C maka
diberikan hanya 1 – 3 hari
Makanan yang dihindari
MAKANAN SARING
 Karbohidrat: beras ketan, jagung, ubi, talas,
singkong
 Protein hewani: berlemak dan gorengan,
diawetkan, diasap, banyak duri
 Bumbu: cabe, merica
Makanan yang dihindari
MAKANAN SARING
 Protein nabati: kacang-kacangan dan hasil
olahan yang digoreng
 Buah: tinggi serat, menimbulkan gas
 Sayur: tinggi serat dan menimbulkan gas
 Minuman: alkohol, soda
MAKANAN CAIR
 Adalah makanan yang mempunyai konsistensi
cair hingga kental
 Indikasi pemberian: pasien sebelum dan sesudah
operasi, keadaan mual dan muntah, mengalami
gangguan menelan dan mengunyah, mencerna
makanan karena menurunnya kesadaran, suhu
tinggi, pasca perdarahan saluran pencernaan, pra
dan pasca bedah.
 Diberikan secara oral atau parenteral
MAKANAN CAIR
 Ada 3 jenis makanan cair:
 Makanan cair jernih
 Makanan cair penuh
 Makanan cair kental
MAKANAN CAIR JERNIH
 Adalah makanan yang disajikan dalam
bentuk cairan jernih pada suhu ruang
dengan kandungan sisa minimal dan
tembus pandang bila diletakkan dalam
wadah bening. Jenis cairan yang diberikan
tergantung keadaan penyakit/jenis operasi
yang dijalani
MAKANAN CAIR JERNIH
 Tujuan diet:
 Memberikan makanan dalam bentuk cair yang
memenuhi kebutuhan cairan tubuh yang mudah
diserap dan hanya sedikit meninggalkan sisa
 Mencegah dehidrasi dan menghilangkan rasa
haus
MAKANAN CAIR JERNIH
Syarat diet:
 Makanan diberikan dalam bentuk cair jernih
yang tembus pandang
 Bahan makanan hanya terdiri dari sumber
KH
 Tidak merangsang saluran pencernaan dan
mudah diserap
 Sangat rendah sisa
 Selama 1 – 2 hari porsi kecil tapi sering
MAKANAN CAIR JERNIH
Indikasi Pemberian:
Pasien sebelum dan sesudah operasi
tertentu, keadaan mual dan muntah dan
sebagai makanan tahap awal pasca
perdarahan saluran cerna. Nilai gizi sangat
rendah karena hanya terdiri dari sumber
karbohidrat saja
MAKANAN CAIR JERNIH
Bahan makanan yang boleh:
 Teh, sari buah, sirop, air gula, kaldu jernih,
cairan mudah cerna seperti maltodekstrin
 Makanan dapat ditambahkan dengan
suplemen energi tinggi dan rendah sisa
MAKANAN CAIR JERNIH
Contoh menu:
 Pagi: teh
 Selingan jam 10.00: air bubur kacang hijau
 Siang: kaldu jernih dan air jeruk
 Selingan jam 16.00: teh
 Malam: kaldu jernih, air jeruk
MAKANAN CAIR PENUH
 Adalah makanan berbentuk cair atau semi
cair pada suhu ruang dengan kandungan
serat minimal dan tidak tembus pandang
bila diletakkan dalam wadah bening. Jenis
makanan yang diberikan tergantung pada
keadaan pasien. Makanan dapat langsung
diberikan kepada pasien atau sebagai
perpindahan dari makanan cair jernih ke
makanan cair kental
MAKANAN CAIR PENUH
Syarat diet:
 Tidak merangsang saluran cerna
 Bila diberikan > 3 hari harus dapat
memenuhi kebutuhan energi dan protein
 Kandungan energi minimal 1kkal/ml.
Konsentrasi cairan dapat diberikan secara
bertahap dari ½, ¾ sampai penuh
MAKANAN CAIR PENUH
 Berdasarkan pada kondisi pasien: formula
rendah/bebas laktosa, asam lemak rantai
sedang, protein yang terhidrolisa, tanpa
susu, dengan serat
 Tambahan suplemen Ferro sulfat, vitamin B
kompleks, vitamin C
MAKANAN CAIR PENUH
Macam:
 Formula Rumah Sakit (FRS)
 Formula komersial (FK)
FORMULA RUMAH SAKIT
Jenis FRS Indikasi Pemberian

Dengan susu Lambung, usus halus dan kolon


(whole/skim) bekerja normal

Makanan blender Memerlukan tambahan makanan


berserat

Rendah laktosa Tidak tahan terhadap laktosa

Tanpa susu Tidak tahan terhadap protein susu


FORMULA KOMERSIAL (FK)
JENIS FK INDIKASI
RENDAH / BEBAS LAKTOSA TIDAK TAHAN TERHADAP LAKTOSA
DENGAN MCT MALABSORBSI LEMAK.
DENGAN BCAA SIROSIS HATI
PROTEIN TINGGI KATABOLISME MENINGKAT
PROTEIN RENDAH GAGAL GINJAL
RENDAH SERAT RESEKSI USUS
INDEKS GLIKEMIK RENDAH DIABETES MELLITUS
PROTEIN TERHIDROLISA ALERGI SUSU
Bahan makanan yang dianjurkan
 Makanan cair dengan susu penuh/skim
 Susu penuh, maizena, telur ayam, margarin,
minyak, gula, sari buah
 Makanan diblender
 Nasi tim, telur ayam, daging giling, ikan, tahu,
tempe, wortel, labu kuning, sari buah
Bahan makanan yang dianjurkan
 Rendah laktosa
 Sama dengan no. 1 hanya susunya diganti
rendah laktosa
 Tanpa susu
 Kacang hijau, tahu, tempe, wortel, sari buah,
telur, tepung serealia
MAKANAN CAIR KENTAL
 Adalah makanan yang mempunyai
konsistensi kental atau semi padat pada
suhu ruang, yang tidak membutuhkan
proses mengunyah dan mudah ditelan.
Diberikan sesuai dengan keadaan penyakit
pasien. Makanan cair kental dapat
diberikan langsung kepada pasien atau
merupakan perpindahan dari makanan cair
penuh ke makanan saring
MAKANAN CAIR KENTAL
Tujuan Diet:
Memberikan makanan yang tidak
membutuhkan proses mengunyah, mudah
ditelan, dan mencegah terjadinya aspirasi
serta memenuhi kebutuhan gizi
MAKANAN CAIR KENTAL
Syarat diet
 Mudah ditelan dan tidak merangsang
saluran cerna
 Cukup energi protein
 Diberikan bertahap menuju makanan lunak
 Porsi diberikan kecil tapi sering (tiap 2-3
jam)
MAKANAN CAIR KENTAL
Indikasi pemberian
Diberikan pada pasien yang tidak mampu
mengunyah dan menelan serta mencegah
aspirasi: peradangan, ulkus peptikum,
gangguan struktural/motorik pada rongga
mulut. Makanan ini dapat mempertahankan
keseimbangan cairan tubuh.
Bahan makanan yang dianjurkan
 Karbohidrat: kentang, gelatin, tapioka
 Sumber protein: telur ayam, tahu, susu, es
krim, yoghurt
 Sumber lemak: margarin, mentega
 Sayur: dibuat jus dikentalkan + gelatin
 Buah: dibuat jus, jeli dan pure
 Bumbu: garam, bawang, gula, kecap
Makanan cair kental
 Pagi jam 07.00: sup krim jagung
 Selingan jam 10.00: Milk Shake
 Jam 12.00: Pure kentang, jus sayur, jus
mangga
 Jam 15.00: jus pepaya
 Jam 18.00: puding dan vla
 Jam 21.00: susu
STANDAR
MAKANAN
KHUSUS

dr.Evi Fitriany, M.Kes


STANDAR MAKANAN KHUSUS
 DIET TKTP (TINGGI KALORI TINGGI
PROTEIN)
 DIET ENERGI RENDAH/DIET RENDAH
KALORI
 DIET RENDAH GARAM
 DIET TINGGI SERAT
 DIET SISA RENDAH
 DIET PADA TINDAKAN BEDAH
STANDAR MAKANAN KHUSUS
 DIET LUKA BAKAR
 DIET PADA KOMPLIKASI KEHAMILAN
 DIET PENYAKIT SALURAN CERNA
 DIET PENYAKIT HATI DAN KANDUNG
EMPEDU
 DIET DIABETES MELLITUS
 DIET PENYAKIT JANTUNG DAN
PEMBULUH DARAH
STANDAR MAKANAN KHUSUS
 DIET PENYAKIT GINJAL DAN SALURAN
KEMIH
 DIET GOUT ARTRITIS
 DIET KANKER
 DIET HIV/AIDS
DIET PENYAKIT
SALURAN CERNA
dr. Evi Fitriany, M.Kes
DIET PENYAKIT SALURAN CERNA
DIET PENYAKIT SALURAN CERNA BAGIAN
ATAS (UPPER GI TRACT)
 Diet Disfagia
 Diet Pasca Hematemesis-Melena
 Diet Penyakit Lambung
DIET PENYAKIT SALURAN CERNA BAGIAN
BAWAH (LOWER GI TRACT)
1. Diet pada IBD (Inflammatory Bowel Disease)
2. Diet Penyakit Divertikular:
a) Diet Penyakit Divertikulosis
b) Diet Penyakit Divertikulitis
DIET DISFAGIA
 Disfagia adalah kesulitan menelan karena
adanya gangguan aliran makanan pada
saluran pencernaan.
 Misalnya pada kelainan sistem syaraf
menelan, pasca stroke, striktura esofagus
dan adanya tumor.
 Tujuan diet:
1. Menurunkan resiko aspirasi
2. Mencegah dan mengoreksi defisiensi zat gizi dan
cairan.
DIET DISFAGIA
Syarat:
1. Cukup energi, protein, dan zat gizi lainnya
2. Mudah dicerna, porsi makanan kecil dan sering
diberikan
3. Cukup cairan
4. Bentuk makanan tergantung pada kemampuan
menelan
5. Makanan cair jernih tidak diberikan karena
sering menyebabkan tersedak dan aspirasi
6. Cara pemberian dapat per oral atau melalui
sonde.
DIET DISFAGIA
 Bentuk makanan tergantung dari cara
pemberian
 Bila per oral maka makanan diberikan
dalam bentuk makanan cair kental, saring
atau lunak
 Bila dengan sonde maka diberikan dalam
bentuk makanan cair penuh
DIET PASCA HEMATEMESIS
MELENA
Tujuan Diet:
1. Memberikan makanan secukupnya yang
memungkinkan istirahat pada saluran
cerna, mengurangi risiko rebleeding dan
mencegah aspirasi.
2. Mengusahakan keadaan gizi sebaik
mungkin.
DIET PASCA HEMATEMESIS
MELENA
Syarat Diet:
1. Tidak merangsang saluran cerna
2. Tidak meninggalkan sisa
3. Pada fase akut dapat diberikan makanan
parenteral saja selama 24-48 jam untuk
memberi istirahat pada lambung
4. Diet diberikan jika perdarahan pada
lambung atau duodenum sudah tidak ada.
DIET PASCA HEMATEMESIS
MELENA
Pemberian:
Diet diberikan dalam bentuk makanan cair
jernih, tiap 2-3 jam pasca perdarahan.
Diberikan hanya 1-2 hari saja karena nilai
gizinya rendah
DIET PENYAKIT LAMBUNG
 Gangguan pada lambung umumnya berupa
sindroma dispepsia, yaitu kumpulan gejala
yang terdiri dari mual, muntah, nyeri
epigastrium, kembung, nafsu makan
berkurang dan rasa cepat kenyang
Tujuan Diet:
Memberikan makanan dan cairan
secukupnya yang tidak memberatkan
lambung serta mencegah dan menetralkan
sekresi asam lambung yang berlebihan.
DIET PENYAKIT LAMBUNG
Syarat Diet:
1. Mudah cerna, porsi kecil dan sering diberikan
2. Energi dan protein cukup.
3. Lemak rendah, 10-15% kebutuhan E,
ditingkatkan secara bertahap
4. Rendah serat
5. Cairan cukup
6. Tidak merangsang saluran cerna
7. Rendah laktosa bila ada intoleransi laktosa
8. Makan secara perlahan
9. Fase akut diberikan parenteral selama 24-48
jam
DIET PENYAKIT LAMBUNG
Indikasi:
Diberikan pada pasien dengan gastritis,
ulkus peptikum, ulkus duodenum, tifus
abdominalis, dan pasca bedah saluran cerna
atas.
Macam Diet:
1. Diet Lambung I
2. Diet Lambung II
DIET PENYAKIT LAMBUNG
1. Diet Lambung I
Diberikan pada fase akut misalnya pada
pasien gastritis akut, ulkus peptikum,
pasca perdarahan dan tifus abdominalis
berat.
Makanan diberikan dalam bentuk saring
setiap 3 jam selama 1-2 hari.
Pada kasus pasca perdarahan, diet
lambung I diberikan sebagai perpindahan
dari diet pasca hematemesis melena
DIET PENYAKIT LAMBUNG
2. Diet Lambung II
Sebagai perpindahan dari diet lambung I
Pasien Ulkus peptikum, gastritis kronis dan tifus
abdominalis ringan.
Makanan lunak, porsi kecil berupa 3 kali
makanan lengkap dan 2-3 kali makanan
selingan.
3. Diet Lambung III
Perpindahan dari Diet Lambung II
Pasien hampir sembuh
Makanan bentuk lunak atau biasa tergantung
toleransi pasien.
DIET PENYAKIT LAMBUNG
Anjuran untuk pasien di rumah:
1. Makan teratur, tidak terlalu kenyang (makan
sedikit tapi sering)
2. Makan perlahan, dikunyah dengan baik dan tidak
makan serta minum dalam jumlah berlebihan
3. TKTP, mengurangi minyak jenuh
4. Pilih makanan yang tidak mengandung bahan
yang merangsang, menimbulkan gas, bersifat
asam, banyak lemak dan yang melekat.
5. Selektif dalam mengkonsumsi obat
DIET PENYAKIT LAMBUNG
(Hindari pemakaian cabai, lada, sambal,
saus pedas, minyak, cuka, dll yang bersifat
merangsang. Hindari coklat, alkohol dan kopi
karena merangsang sekresi asam lambung.
Hindari makanan bersifat asam seperti jus
jeruk, tomat dan softdrink. Jangan makan
makanan yang melekat seperti dodol, ketan,
makanan yang menimbulkan gas seperti
nangka, durian, kembang kol dan makanan
yang banyak mengandung serat kasar
seperti kangkung, bengkuang)
DIET PENYAKIT LAMBUNG
Untuk menghindari refluks:
 Setelah makan, posisi tidak boleh berbaring
dan hindari beraktivitas terlalu berat
 Hindari pakaian yang terlalu ketat
 Jangan merokok
DIET PENYAKIT LAMBUNG
Pada kasus muntah berat:
Pasien dipuasakan namun diberi cairan dan
kalori lewat infus
Kasus diare:
 minuman elektrolit seperti oralit. Bisa diberikan air
kacang hijau, air sup atau kaldu tanpa minyak
 Teh kental mengandung catechin
 Tajin dapat mengentalkan kotoran
 Tempe rebus lumat mengandung isoflavon
Diet IBD
IBD (Inflammatory Bowel Disease):
 Colitis ulseratif
 Crohn’s disease
Terjadi peradangan terutama pada ileum
dan usus besar dengan gejala diare,
disertai darah, lendir, nyeri abdomen, berat
badan berkurang dan kemungkinan terjadi
steatorea.
Diet IBD
Tujuan Diet:
1. Memperbaiki ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit
2. Mengganti kehilangan zat gizi dan
memperbaiki status gizi kurang
3. Mencegah iritasi dan inflamasi lebih lanjut
4. Mengistirahatkan usus pada masa akut
Diet IBD
Syarat:
1. Fase akut dipuasakan dan diberi makanan
parenteral saja
2. Setelah lewat fase akut, makanan diberikan
bertahap mulai bentuk cair  diet sisa rendah
dan serat rendah.
3. Bila gejala hilang bisa diberi makanan biasa
4. Kebutuhan gizi energi, protein, vitamin dan
mineral tinggi
5. Low lactose dan mengandung MCT
6. Cukup cairan dan elektrolit
7. Menghindari makanan yang menimbulkan gas
Diet IBD
Jenis Diet:
Sesuai dengan gejala penyakit, dapat
diberikan makanan cair, lunak, biasa atau
diet sisa rendah dengan modifikasi
rendah laktosa atau menggunakan MCT
(medium chain trygliserida)
DIET DIVERTIKULOSIS
 Divertikulosis yaitu adanya kantong-kantong kecil
yang terbentuk pada dinding kolon yang terjadi
akibat tekanan intrakolon yang tinggi pada
konstipasi kronik.
Tujuan Diet:
 Meningkatkan volume dan konsistensi feses
 Menurunkan tekanan intraluminal
 Mencegah infeksi
Syarat:
Kebutuhan gizi normal, tinggi cairan dan serat
(Diet Serat Tinggi)
DIET DIVERTIKULITIS
Divertikulitis adalah divertikulosis yang
mengalami peradangan. Timbul gejala kram
perut bagian bawah, mual, kembung, muntah,
konstipasi atau diare, menggigil dan demam.
Tujuan:
1. Mengistirahatkan perut untuk mencegah
perforasi
2. Mencegah akibat laksatif dari makanan berserat
tinggi
DIET DIVERTIKULITIS
Syarat:
1. Kebutuhan gizi cukup
2. Bila ada perdarahan, dimulai dengan makanan cair
jernih
3. Makanan diberi bertahap, mulai dari diet sisa rendah I
ke diet sisa rendah II dengan konsistensi yang sesuai
4. Hindari makan biji-bijian yang tidak dapat dicerna
5. Rendah atau bebas laktosa
6. Cairan tinggi untuk mencegah konstipasi
DIET DIVERTIKULITIS
Jenis Diet
Sesuai dengan gejala penyakit, dapat
diberikan makanan cair jernih, diet sisa
rendah I atau diet sisa rendah II dalam
bentuk cair kental atau penuh, saring, lunak
atau biasa.
DIET PENYAKIT
HATI dan
KANDUNG
EMPEDU
dr. Evi Fitriany, M.Kes
DIET PENYAKIT HATI
Tujuan Diet:
1. Meningkatkan regenerasi jaringan hati dan
mencegah kerusakan lebih lanjut
2. Mencegah katabolisme protein
3. Mencegah penurunan BB atau meningkatkan
BB bila kurang
4. Mencegah atau mengurangi asites, varises
esofagus dan hipertensi portal
5. Mencegah koma hepatik
DIET PENYAKIT HATI
Syarat Diet:
1. Tinggi kalori 40-45 kkal/kgBB
2. Cukup lemak dalam bentuk mudah dicerna atau
dalam bentuk emulsi. MCT bila pasien steatorea.
3. Protein sedang 1,25-1,5 g/kgBB agar terjadi
anabolisme. Pada hepatitis fulminan dan gejala
ensefalopati disertai peningkatan amoniak
darah, protein dibatasi 30-40 g/hari.
4. Rendah natrium, tergantung dari tingkatan
edema dan asites
5. Bentuk makanan disesuaikan.
DIET PENYAKIT HATI
Penting:
Kalori dan protein jumlah memadai.
Protein penting untuk regenerasi sel hati.
Kalori untuk menjaga agar protein tidak
digunakan sebagai fuel.
DIET PENYAKIT HATI
Diet Hati I
 Fase akut
 Nafsu makan mulai +
 Makanan dalam bentuk cincang atau lunak
 Protein dibatasi 30 g/hari
 Lemak mudah cerna
 Formula enteral BCAA (Branched Chain Amino
Acid) leusin, isoleusin, valin (mis. Aminoleban)
 Bila asites, cairan maksimal 1L/hari dan diet
garam rendah
 Tambahan glukosa parenteral
DIET PENYAKIT HATI
Diet Hati II
 Perpindahan dari Diet Hati I
 Nafsu makan cukup
 Bentuk lunak atau biasa
 Protein 1 g/kgBB
 Lemak sedang (20-25% kebutuhan E)
bentuk mudah cerna
 Bila asites +, tambah diet garam rendah
DIET PENYAKIT HATI
Diet Hati III
 Perpindahan dari diet hati II
 Pasien hepatitis akut
 Pasien sirosis hepatis dengan nafsu makan
baik
 Bentuk lunak atau biasa
 Tinggi karbohidrat
DIET PENYAKIT HATI
Catatan:
 Boleh menambahkan preparat herbal:
curcuma, echinaceae, silymarin
 Sumber BCAA: protein nabati dan susu
kedelai
 Perhatikan hygiene dan sanitasi makanan
 Hindari makanan yang merangsang jika
pasien ada riwayat varises esofagus dan
riwayat hematemesis melena
DIET PENYAKIT KANDUNG
EMPEDU
Tujuan diet:
Mencapai dan mempertahankan status
gizi optimal dan memberi istirahat pada
kandung empedu, dengan cara:
1. Menurunkan BB bila kegemukan
2. Membatasi makanan yang menyebabkan
kembung dan nyeri abdomen
3. Mengatasi malabsorbsi lemak
DIET PENYAKIT KANDUNG EMPEDU
Syarat:
1. Energi sesuai kebutuhan. BB lebih diberi diet
rendah energi
2. Protein sedang 1-1,25 g/kgBB
3. Fase akut, lemak ditiadakan
4. Kronis, lemak 20-25% kebutuhan energi dan
diberikan dalam bentuk MCT
5. Suplementasi vitamin larut lemak
6. Tinggi serat
7. Hindari makanan yang menimbulkan gas
8. Hindari kafein, kafein dapat meningkatkan
kolesistokinin  stimulasi kontraksi kandung
empedu
DIET PENYAKIT KANDUNG
EMPEDU
Diet Lemak Rendah I
 Pada kolesistitis dan kolelitiasis dengan
kolik akut
 Makanan berupa buah-buahan dan
minuman manis
 Rendah energi dan semua zat gizi kecuali
vitamin A dan C
 Sebaiknya diberikan 1-2 hari
DIET PENYAKIT KANDUNG
EMPEDU
Diet Lemak Rendah II
 Fase akut terlewati
 Mual sudah berkurang
 Kronisitas pada pasien gemuk
 Bentuk makanan cincang, lunak atau biasa
 Rendah energi, kalsium dan tiamin
DIET PENYAKIT KANDUNG
EMPEDU
Diet Lemak Rendah III
 Pada pasien tidak gemuk
 Nafsu makan cukup baik
 Bentuk makanan lunak dan biasa
 Cukup energi dan zat gizi lainnya
 Hindari makanan dan daging berlemak,
gorengan dan yang menimbulkan gas
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai