Anda di halaman 1dari 45

PENCEGAHAN

INFEKSI

Retty Nirmala Santiasari, S.Kep.,Ns.M.Kep


Transmisi Kuman
Adalah proses masuknya kuman ke dalam tubuh
manusia yang dapat menimbulkan radang atau
penyakit.
Terdiri dari beberapa unsur yaitu :
1. Reservoir : habitat pertumbuhan dan
perkembangan mikroorganisme, dapat
berupa manusia, binatang, tumbuhan maupun
tanah.
2. Jalan masuk : jalan masuknya
mikroorganisme ketempat penampungan dari
berbagai kuman seperti saluran pernafasan,
pencernaan, kulit, dll.
3. Inang (host) : tempat berkembangnya suatu
mikroorganisme yang dapat didukung oleh
ketahanan kuman.
4. Jalan keluar : tempat keluar mikroorganisme
dari reservoir, seperti sistem pernafasan, sistem
pencernaan, alat kelamin, dll
5. Jalur penyebaran : jalur yang dapat
menyebarkan berbagai kuman mokroorganisme
ke berbagai tempat, seperti air, makanan, udara,
dll
Cara Penularan Mikroorganisme
Baik pada manusia maupun hewan, dapat
melalui berbagai cara, diantaranya :
1. Kontak tubuh : kuman masuk kedalam tubuh
melalui proses penyebaran secara langsung
maupun tidak langsung. Secara langsung
melalui sentuhan dengan kulit, secara tidak
langsung melalui benda yang terkontaminasi.
2. Makanan dan minuman yang telah
terkontaminasi, seperti pada penyakit tifus
abdominalis, penyakit infeksi cacing, dll
3. Serangga : penyebaran penyakit
malaria oleh plasmodium pada
nyamuk anopeles, dan beberapa
penyakit saluran pencernaan yang
dapat ditularkan melalui lalat.
4. Udara : proses penyebaran kuman
melalui udara dapat dijumpai pada
penyebaran penyakit sistem
pernafasan.
Faktor Yang Mempengaruhi Proses
Infeksi
1. Sumber penyakit : dapat mempengaruhi apakah
infeksi berjalan cepat atau lambat.
2. Kuman penyebab : dapat menentukan jumlah
mokroorganisme, kemampuan mikroorganisme
masuk kedalam tubuh, dan virulensinya.
3. Cara membebaskan sumber dari kuman : dapat
menentukan apakah proses infeksi cepat teratasi
atau diperlambat, seperti tingkat keasaman
(pH), suhu, penyinaran (cahaya), dll.
4. Cara penularan : seperti kontak langsung,
melalui makanan atau udara, dapat menyebabkan
penyebaran kuman kedalam tubuh.
5. Cara masuknya kuman : proses penyebaran
kuman berbeda, tergantung dari sifatnya. Kuman
dapat masuk melalui saluran pernafasan, saluran
pencernaan, kulit, dll
6. Daya tahan tubuh : daya tahan tubuh yang baik
dapat memperlambat proses infeksi atau
mempercepat proses penyembuhan.
Faktor lain : status gizi atau nutrisi, tingkat stres
tubuh,faktor usia, atau kebiasaan yang tidak sehat.
Infeksi Nosokomial

Adalah infeksi yang terjadi di RS atau


dalam sistem pelayanan kesehatan yang
berasal dari proses penyebaran di
sumber pelayanan kesehatan, baik
melalui pasien, petugas kesehatan,
pengunjung, maupun sumber lain.
Sumber Infeksi Nosokomial
1. Pasien : merupakan unsur utama yang
dapat menyebarkan infeksi ke pasien
lainnya, petugas kesehatan, pengunjung
atau benda dan alat kesehatan lainnya.
2. Petugas kesehatan : dapat menyebarkan
infeksi melalui kontak langsung yang
dapat menularkan berbagai kuman ke
tempat lain
3. Pengunjung : dapat menyebarkan infeksi
yang didapat dari luar ke dalam
lingkungan RS atau sebaliknya, yang di
dapat dari dalam RS ke luar RS.
4. Sumber lain : lingkungan RS yang
meliputi lingkungan umum atau kondisi
kebersiahan RS atau alat yang ada di RS
yang di bawa oleh pengunjung atau
petugas kesehatan kepada pasien, dan
sebaliknya.
Pencegahan Infeksi
Infeksi serius pasca bedah masih merupakan
masalah di beberapa negara, ditambah dengan
munculnya penyakit AIDS dan hepatitis B yang
belum ditemukan obatnya.
Saat ini perhatian utama di tujukan untuk
mengurangi resiko perpindahan penyakit, tidak
hanya terhadap px, tetapi juga pada pemberi
pelayanan kesehatan dan karyawan, termasuk
pekarya (orang yg bertugas membersihkan dan
merawat ruang bedah)
Tindakan Pencegahan Infeksi
1. Aseptik : tindakan yang dilakukan dalam
pelayanan kesehatan, atau semua usaha yang
dilakukan untuk mencegah masuknya
mikroorganisme ke dalam tubuh yang
kemungkinan besar akan mengakibatkan
infeksi. Tujuan akhirnya adalah mengurangi
atau menghilangkan jumlah mokroorganisme,
baik pada permukaan benda hidup maupun
benda mati agar alat-alat kesehatan dapat
dengan aman digunakan.
2. Antiseptik : upaya pencegahan infeksi dengan
cara membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan
jaringan tubuh lainnya.
3. Dekontaminasi : tindakan yang dilakukan agar
benda mati dapat ditangani oleh petugas
kesehatan secara aman, terutama petugas
pembersihan medis sebelum pencucian
dilakukan. Mis : meja pemeriksaan, alat-alat
kesehatan, dan sarung tangan yang
terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh di
saat prosedur bedah/tindakan dilakukan.
4. Pencucian : tindakan menghilangkan semua
darah, cairan tubuh atau setiap benda asing
seperti debu dan kotoran.
5. Desinfeksi : tindakan menghilangkan sebagian
besar mikroorganisme penyebab penyakit pada
benda mati atau instrumen.
6. Desinfeksi tingkat tinggi (DTT) : Tindakan
untuk menghilangkan semua mikroorganisme,
kecuali endospora bakteri dengan cara merebus
atau secara kimiawi.
7. Sterilisasi : tindakan untuk menghilangkan
semua mikroorganisme (bakteri, jamur, parasit,
dan virus) termasuk bakteri endospora.
Pedoman Pencegahan Infeksi
1. Pencucian tangan
2. Penggunaan sarung tangan (kedua tangan),
baik pada saat melakukan tindakan, maupun
saat memegang benda yang terkontaminasi
(alat kesehatan/kain tenun bekas pakai)
3. Penggunaan cairan antiseptik untuk
membersihkan luka pada kulit
4. Pemrosesan alat bekas pakai (dekontaminasi,
cuci dan bilas, DTT, atau sterilisasi)
5. Pembuanagn sampah
Prinsip-prinsip Pencegahan Infeksi :
- Permukaan tempat pemeriksaan, peralatan dan
benda-benda lain yg akan dan telah
bersentuhan dg kulit tak utuh/selaput mukosa
atau darah, harus dianggap terkontaminasi
sehingga setelah selesai di gunakan harus
dilakukan proses pencegahani nfeksi secara
benar.
- Setiap orang harus dianggap dapat menularkan
penyakit karena infeksi yg terjadi bersifat
asimptomatik (tanpa gejala)
- Setiap orang harus dianggap berisiko terkena
infeksi
- Jika tidak diketahui apakah permukaan,
peralatan atau benda lainnya telah diproses dg
benar, harus dianggap telah terkontaminasi.
- Risiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara
total, tapi dapat dikurangi hingga sekecil
mungkin dg menerapkan tindakan-tindakan
pencegahan infeksi yg benar dan konsisten.
Mencuci Tangan
Bertujuan untuk membersihkan tangan dari
segala kotoran, mencegah terjadinya infeksi
silang melalui tanagn dan persiapan bedah
atau tindakan pembedahan.
1. Tehnik mencuci biasa :
Alat dan bahan :
1. Air bersih
2. Handuk
3. Sabun
4. Sikat lunak
Prosedur kerja :
1. Lepaskan segala yang melekat pada
daerah yanagn, seperti cincin atau jam
tangan
2. Basahi jari tanagn, lengan hingga siku
dengan air, kemudian sabuni dan sikat
bila perlu
3. Bilas dengan air bersih yang mengalir
dan keringkan denagn handuk atau lap
kering
2. Tehnik mencuci dengan Desinfeksi :
Alat dan bahan :
1. Air bersih
2. Larutan desinfektan lisol/savlon
3. Handuk/lap kering
Prosedur kerja :
1. Lepaskan segala yang melekat pada daerah
tangan, seperti cincin atau jam tangan
2. Basahi jari tangan, lengan hingga siku dg air,
kemudian dg larutan desinfektan dan sikat
bila perlu
3. Bilas dg air bersih yg mengalir dan
keringkan dg handuk atau lap kering
3. Tehnik mencuci steril :
Alat dan bahan :
1. Air mengalir

2. Sikat steril dalam tempat

3. Alkohol 70 %

4. sabun
Prosedur kerja :
1. Lepaskan segala yang melekat pada daerah tangan,
seperti cincin atau jam tangan
2. Basahi jari tangan, lengan hingga siku dg air,
kemudian alirkan sabun (2-5 ml) ke tangan dan
gosokkan tangan serta lengan sampai 5 cm diatas
siku, kemudian sikat ujung jari, tanagn, lengan,
dan kuku sebanyakkurang lebih 15x gosokan,
sedangkan telapak tangan 10x gosokan hingga siku
3. Bilas dg air bersih yg mengalir
4. Setelah selesai tangan dibilas dan tetap diarahkan
ke atas
5. Gunakan sarung tangan steril
Pelindung Diri
1. Menggunakan sarung tangan :
Sarung tangan digunakan dalam melakukan
prosedur tindakan, dg tujuan mencegah
Terjadinya penularan kuman dan
mengurangi resiko tertularnya penyakit.
2. Menggunakan masker :
Tindakan pengamanan dg menutup hidung
dan mulut menggunakan masker, bertujuan
untuk mencegah atau mengurangi transmisi
droplet mikroorganisme saat merawat px
Sterilisasi Dan Desinfeksi
1. Sterilisasi
Adalah tindakan untuk membunuh kuman
patogen dan apatogen beserta spora yang
terdapat pada alat perawatan atau kedokteran
dg cara merebus, stoom, panas tinggi, atau
bahan kimia. Jenis sterilisasi antara lain
sterilisasi cepat, sterilisasi panas kering,
sterilisasi gas (formalin, H2O2), radiasi
ionisasi.
Hal-hal yg perlu diperhatikan pada
sterilisasi :
1. Sterilisator harus siap pakai, bersih dan
masih berfungsi
2. Peralatan yg akan disterilisasi harus
dibungkus dan diberi label yg jelas dg
menyebutkan jenis peralatan, jumlah,
tanggal pelaksanaan steril
3. Penataan alat harus berprinsip semua
bagian dapat steril
4. Tidak boleh menambah peralatan dalam
sterilisator sebelum waktu mensteril
selesai
5. Memindahkan alat steril ke dalam
tempatnya dg korentang steril
6. Saat mendinginkan alat steril tidak
boleh membuka pembungkusnya, bila
terbuka harus dilakukan sterilisasai
ulang.
2. Desinfeksi
Adalah tindakan yg dilakukan untuk
membunuh kuman patogen dan apatogen tetapi
tidak dg membunuh spora yg terdapat pada
alat perawatan ataupun kedokteran, dg
menggunakan bahan desinfektan melalui cara
mencuci, mengoles, merendam dan menjemur.
Tujuan : mencegah terjadinya infeksi, dan
mengondisikan alat dalam keadaan
siap pakai.
Kemampuan desinfeksi ditentuka oleh :
- Waktu sebelum pembersihan objek

- Kandungan zat organik

- Tipe dan tingkat kontaminasi mikroba

- Konsentrasi dan waktu pemaparan

- Kealamian objek

- Suhu

- Derajat pH
Cara Desinfeksi
1.Mencuci
a. Cucilah tangan dg sabun lalu bersihkan,
kemudian siram atau membasahi dg alkohol
70 %
b. Cucilah luka dg H2O2, Betadine, atau larutan
lainnya
c. Cucilah kulit/jaringan tubuh yg akan
dilakukan operasi dg iodium tincture 3 %,
kemudian dg alkohol
d. Cucilah vulva dg larutan sublimat atau
larutan sejenisnya
2. Mengoleskan
a. Oleskan dg menggunakan merkurokrom atau
bekas luka jahitan menggunakan alkohol atau
betadine
3. Merendam
a. Rendamlah tangan dg larutan lisol 0,5 %
b. Rendamlah peralatan dg larutan lisol 3-5 %
selama 2 jam
c. Randamlah alat tenun dg lisol 3-5 % kurang
lebih 24 jam
4. Menjemur
a. Jemurlah kasur, tempat tidur, urinal, pispot
dll, masing-masing permukaan selama 2 jam.
5. Cara membuat larutan desinfeksi (sabun)
Alat/bahan :
a. Sabun padat/krim/cair
b. Gelas ukuran
c. Timbangan
d. Sendok makan
e. Alat pengocok
f. Air panas/hangat dalam tempatnya
g. baskom
Prosedur kerja :
a. Masukkan 4 gr sabun padat atau krim ke
dalam 1 liter air panas/hangat kemudian
diaduk sampai larut
b. Masukkan 3 cc sabun cair ke dalam 1
liter air panas/hangat, kemudian diaduk
sampai larut
Larutan ini dapat di gunakan untuk
mencuci tangan atau peralatan medis.
6. Cara membuat larutan desinfeksi
(lisol dan kreolin)
Alat/bahan :
a. Larutan lisol/kreolin
b. Gelas ukuran

c. Baskom berisi air


Prosedur kerja :
 Masukkan larutan lisol atau kreolin 0,5%
sebanyak 5 cc ke dalam 1 liter air air.
Larutan ini dapat digunakan untuk mencuci
tangan.
 Masukkan larutan lisol atau kreolin 2%
sebanyak 20 cc atau larutan lisol/kreolin 3%
sebanyak 30 cc ke dalam 1 liter air.
Larutan ini dapat digunakan untuk merendam
peralatan medis.
7. Cara membuat larutan desinfeksi (savlon)
Alat/bahan :
a. Savlon
b. Gelas ukuran
c. Baskom berisi air secukupnya
Prosedur kerja :
a. Masukkan larutan savlon 0,5% sebanyak 5 cc
kedalam 1 liter air
b. Masukkan larutan savlon 1% sebanyak 10 cc
kedalam 1 liter air
Cara Sterilisasi
Beberapa alat yg perlu disterilisasi :
1. Peralatan logam : pinset, gunting,
spekulum, dll
2. Peralatan kaca : semprit, tabung kimia,
dll
3. Peralatan karet : kateter, sarung tangan,
pipa lambung, drain, dll
4. Peralatan ebonit : kanule rectum, kanule
trakea, dll
5. Peralatan email : bengkok, baskom, dll
6. Peralatan porselin : mangkok, cangkir,
piring, dll
7. Peralatan plastik : selang infus, dll
8. Peralatan tenun : kain kasa, tampon,
doek, baju, sprei, dll
Prosedur kerja :
1. Bersihkan peralatan yg akan disterilisasi
2. Peralatan yg dibungkus harus diberi label
(jenis alat, tanggal, jam sterilisasi)
3. Masukkan kedalam sterilisator dan hidupkan
sterilisator sesuai dg waktu yg ditentukan
4. Cara sterilisasi :
a. Sterilisasi dg merebus dalam air mendidih
sampai 100°C (15-20 menit) untuk logam,
kaca, dan karet.
b. Sterilisasi dg stoom, menggunakan uap panas
di dalam autoclav dg waktu, suhu, tekanan
tertentu untuk alat tenun
c. Sterilisasi dg panas kering menggunakan oven
panas tinggi (logam yang tajam dll)
d. Sterilisasi dg bahan kimia menggunakan
bahan kimia seperti alkohol, sublimat, uap
formalin.
Penanganan Sampah
Sampah di bagi menjadi tiga yaitu : Sampah padat,
cair dan gas.
Berdasarkan karakteristiknya sampah dibagi :
1.Kandungan zat / kimia
Terdiri atas sampah anorganik dan organik.
- Sampah anorganik merupakan sampah tidak
membusuk, seperti : logam, pecahan gelas, plastik,
dsb
- Sampah organik merupakan sampah yg dapat
membusuk, seperti sisa makanan.
2. Dapat dan tidaknya terbakar
dibagi menjadi dua yaitu : sampah mudah
terbakar dan sampah tidak dapat terbakar.
- Sampah mudah terbakar : kertas, karet, plastik,
dll
- Sampah tidak dapat terbakar : kaleng bekas,

logam atau besi, kaca, dsb


Selain penggolongan sampah tersebut di atas,
sampah juga di kategorikan berdasarkan sifatnya
yakni : sifat basah, kering, atau tajam.
Pengelolaan Sampah
1. Pengumpulan dan pengangkutan
sampah
sampah dikumpulkan berdasarkan
kelompoknya, seperti : sampah basah
sendiri, sampah kering sendiri, dan
sampah benda tajam tersendiri,
selanjutnya di lakukan pengangkutan
2. Pemusnahan dan pengelolaan sampah
yakni dg memasukkan atau menimbun
dalam tanah, di bakar dg melakukan
pembakaran melalui tungku pembakaran
dan kemudian di jadikan pupuk, biasanya
jenis sampah ini adalah sampah organik,
seperti sisa makanan yg dapat membusuk.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai