Anda di halaman 1dari 41

Aktiva tetap, Perolehan

dan Depresiasi
Pertemuan 8 & 9
Prasetyo Widyo Iswara, S.E., M.A.
Tujuan Pembelajaran :
1. Menjelaskan prinsip harga perolehan aktiva tetap
2. Menghitung depresiasi dengan mengunakan metode
yang berbeda
3. Menjelaskan perbedaan antara pengeluaran
pendapatan dan pengeluaran modal dan membuat
jurnalnya
Aktiva Tetap
Aktiva Tetap / Aset Tetap (Plant Assets/ Fixed Assets/
Property Plant and Equipment):
Aset yang diperoleh untuk digunakan dalam kegiatan
perusahaan untuk jangka waktu yang lebih dari satu
tahun, tidak dimaksudkan untuk dijual kembali dalam
kegiatan normal perusahaan, dan merupakan
pengeluaran yang nilainya besar atau material.

---- Firdaus A. Dunia -----


Aktiva Tetap
Menurut SAK ETAP 2009 par. 15.2 :
Aset tetap/ aktiva tetap adalah aset
berwujud yang dimiliki untuk digunakan
dalam produksi atau penyediaan barang
atau jasa, untuk disewakan ke pihak lain, atau
untuk tujuan administratif, dan diharapkan
akan digunakan lebih dari satu periode.
Karakteristik Pokok Aktiva Tetap
1. Perolehannya adalah digunakan dalam kegiatan
perusahaan, dan bukan untuk diperjualbelikan
dalam kegiatan normal perusahaan. Contoh:
Mobil yang digunakan oleh perusahaan untuk
antar jemput pegawai bukan untuk
diperdagangkan oleh perusahaan.
2. Umur atau jangka waktu pemakaiannya yang
lebih dari satu tahun. Dikenal dengan istilah
penyusutan (depreciation)
3. Bahwa pengeluaran untuk aset tersebut harus
merupakan pengeluaran yang nilainya besar atau
material bagi perusahaan tersbut.
Pengakuan Awal
Aktiva tetap diakui pertama kali sebesar biaya
perolehannya.
Biaya perolehan aktiva tetap meliputi:
1. Harga beli setelah dikurangi diskon dengan
nama apa pun.
2. Biaya langsung untuk membawa aset ke
lokasi dan kondisi sampai siap dipergunakan
sesuai dengan maksud managemen
3. Estimasi awal biaya pembongkaran aset,
biaya pemindahan aset dan biaya restorasi
lokasi
Pengendalian Internal Aset Tetap
1. Persetujuan untuk pengeluaran aset tetap biasanya
dilakukan oleh berbagai tingkat manajemen,
tergantung pada jenis dan harga aset tetap yang
bersangkutan. Contohnya pembelian mesin tik cukup
dengan persetujuan kepala bagian yang memerlukan
peralatan ini dan direktur keuangan.
2. Perusahaan harus mempunyai kebijaksanaan
keuangan atau akuntansi secara tertulis mengenai
kapitalisasi, untuk membedakan pengeluaran yang
merupakan aset tetap (capital expenditure) dan
pengeluaran yang bukan aset tetap (revenue
expenditure) sehingga dapat mencatat aset tetap
dengan tepat
Pengendalian Internal Aset Tetap
3. Adanya kebijaksanaan dan prosedur mengenai
pengadaan aset tetap, penjualan, pembesituaan,
dan pemindahannya dari bagian ke bagian lain
atau antarcabang dan sebagainya
4. Menyelenggarakan buku-buku tambahan atau
kartu-kartu aset tetap dan melakukan
penghitungan fisik atas aset tetap secara periodik
atau berkala
5. Mengasuransikan aset tetap untuk jumlah yang
cukup dari bencana tertentu seperti kebakaran
dan kerugian karena kehilangan atau dicuri.
Harga Perolehan Aset Tetap
• Berdasarkan prinsip biaya (cost principle) umumnya
aset termasuk aset tetap disajikan dalam laporan
posisi keuangan (neraca) dengan harga perolehan
(cost)
• Harga perolehan aset tetap adalah semua biaya-
biaya untuk memperoleh aset tetap sampai siap
untuk dipakai.
Harga Perolehan Aset Tetap
• Perusahaan membeli tanah secara tunai dengan
harga Rp 100.000.000, komisi makelar Rp 2.500.000,
biaya notaris sebesar Rp 500.000 dan biaya balik
nama sebesar Rp 750.000.
• Perhitungan harga perolehan tanah :
Harga tanah Rp 100.000.000
Biaya lainnya:
Komisi makelar Rp 2.500.000
Biaya notaris Rp 500.000
Biaya balik nama Rp 750.000
Total harga perolehan Rp 103.750.000
Harga Perolehan Aset Tetap
• Ayat jurnal untuk mencatat pembelian tanah :
Tanah Rp 103.750.000
Kas Rp 103.750.000

Jika dilakukan pembelian beberapa aset tetap maka


total harga beli harus dialokasikan ke masing-masing
aset tetap dengan cara taksiran yaitu menggunakan
metode nilai jual relatif.
Harga Perolehan Aset Tetap
• Perusahaan membeli tanah dan sebuah gedung
diatas tanah tersebut dengan harga Rp 200.000.000.
Perusahaan penilai menaksir bahwa nilai pasar (jual)
tanah adalah Rp 48.000.000 dan nilai pasar (jual)
gedung adalah sebesar Rp 192.000.000.
• Alokasi harga perolehan untuk tanah dan gedung
berdasarkan taksiran dari nilai jualnya adalah
sebagai berikut:
Keterangan Nilai jual Persentase Total Harga Alokasi Harga
taksiran Beli Perolehan
Tanah Rp 48.000.000 20 % Rp 200.000.000 Rp 40.000.000
Gedung Rp 192.000.000 80 % Rp 200.000.000 Rp 160.000.000
Rp 240.000.000 Rp 200.000.000
Harga Perolehan Aset Tetap
Ayat jurnal untuk mencatat pembelian tanah dan
gedung adalah :
Tanah Rp 40.000.000
Gedung Rp 160.000.000
Kas Rp 200.000.000
DEPRESIASI
Aset tetap perusahaan terdiri dari 2 sifat yaitu:
1. Tanah, yang mempunyai umur atau jangka waktu
pemakaian yang tidak terbatas dalam
memberikan jasa
2. Aset tetap lainnya seperti gedung, peralatan,
berkurang kemampuannya untuk memberikan
jasa bersamaan dengan berlalunya waktu.
Harga perolehan dari aset tetap harus
DEPRESIASI
• Harga perolehan dari aset tetap harus dialokasikan
atau dipindahkan menjadi beban (expense)
secara sistematis selama jangka waktu pemakaian
atau umur manfaat yang diharapkan dari aset
tetap yang bersangkutan disebut penyusutan
(depreciation).
• Ayat jurnal untuk mencatat penyusutan:
Beban Penyusutan (Depreciation Expense) XXX
Akumulasi Penyusutan (Accumulated Depreciation) XXX
DEPRESIASI
Untuk menentukan jumlah penyusutan dari suatu aset
tetap ada 3 faktor yang harus diketahui :
1. Harga perolehan (cost)
2. Umur atau manfaat taksiran (estimated useful life)
Menggambarkan kapasitas atau manfaat yang
diberikan oleh aset tetap selama dapat dipakai.
Dinyatakan dalam lamanya jangka waktu
penaksiran dan kapasitas produksi.
3. Nilai sisa (residual value)
Harga pasar taksiran dari aset tetap pada akhir
masa manfaatnya.
DEPRESIASI
Ada 4 metode yang utama untuk menghitung
penyusutan :
1. Metode garis lurus (straight line)
2. Metode jumlah unit produksi (units of production)
3. Metode saldo menurun berganda (double
declining balance)
4. Metode jumlah angka tahun (sum of years digits)
Metode garis lurus
(straight line)
• Dialokasikan berdasarkan berlalunya waktu
• Jumlah beban penyusutan periodik yang
sama selama masa manfaat dari aset tetap
• Rumus:
Beban Penyusutan per tahun =
Harga perolehan – Nilai Sisa
Manfaat taksiran dalam Tahun
Metode garis lurus
(straight line)
Tanggal 2 Januari 2011 dibeli sebuah
kendaraan dengan harga Rp 22.000.000. Nilai
sisa taksiran adalah Rp 1.000.000 dan umur
ekonomisnya adalah 5 tahun.
Beban Penyusutan per tahun =
Rp 22.000.000 – Rp 1.000.000
5
= Rp 4.200.000
Tarif penyusutan = 100% = 20 %
5
Metode garis lurus
(straight line)
Harga Nilai Buku Beban Akumulasi Nilai Buku
Tahun Tarif
Perolehan Awal Tahun Penyusutan Penyusutan Akhir Tahun

1 Rp22,000,000 20% Rp22,000,000 Rp4,200,000 Rp4,200,000 Rp17,800,000

2 Rp22,000,000 20% Rp17,800,000 Rp4,200,000 Rp8,400,000 Rp13,600,000

3 Rp22,000,000 20% Rp13,600,000 Rp4,200,000 Rp12,600,000 Rp9,400,000

4 Rp22,000,000 20% Rp9,400,000 Rp4,200,000 Rp16,800,000 Rp5,200,000

5 Rp22,000,000 20% Rp5,200,000 Rp4,200,000 Rp21,000,000 Rp1,000,000


Metode garis lurus
(straight line)
Ayat jurnal untuk mencatat penyusutan
tahunan :
Beban Penyusutan Rp 4.200.000
Akumulasi Penyusutan Rp 4.200.000

Catatan :
Tgl 1-15 dianggap awal bulan
Tgl 16-31 dianggap awal bulan berikutnya
Metode garis lurus
(straight line)
Jika pembelian dilakukan pada tanggal 2
Oktober 2011, maka beban penyusutan tahun
pertama adalah :
Rp 4.200.000 x 3 = Rp 1.050.000
12
Jika pembelian dilakukan pada tanggal 20
Oktober 2011, maka beban penyusutan tahun
pertama adalah :
Rp 4.200.000 x 2 = Rp 700.000
12
Metode jumlah unit produksi
(units of production)
• Dinyatakan dalam jumlah unit dari kapasitas
produksi seperti jumlah jam atau km.
• Beban penyusutan yang berfluktuasi sesuai dengan
pemakaian aset yang sesungguhnya
• Penyusutan dihitung dalam 2 tahap:
1. Menentukan tarif penyusutan untuk setiap unit
produksi
2. Menentukan beban penyusutan untuk suatu
periode akuntansi
Metode jumlah unit produksi
(units of production)
Rumus :
Tarif Penyusutan = Harga Perolehan – Nilai Sisa
Manfaat Taksiran dalam jumlah jam

Beban Penyusutan =
Tarif Penyusutan x jumlah unit produksi yang sesungguhnya
Metode jumlah unit produksi
(units of production)
Tanggal 2 Januari 2011 dibeli sebuah mesin dengan
harga Rp 11.000.000. Nilai sisa taksiran adalah Rp
1.000.000 dan mesin tersebut ditaksir dapat beroperasi
selama 10.000 jam. Mesin telah beroperasi tahun ini
sebanyak 2.200 jam
Tarif Penyusutan = Harga Perolehan – Nilai Sisa
Manfaat Taksiran dalam jumlah jam
= Rp 11.000.000 – Rp 1.000.000
10.000
= Rp 1.000 / jam
Metode jumlah unit produksi
(units of production)
Beban Penyusutan =
Tarif Penyusutan x jumlah unit produksi yang sesungguhnya
= Rp 1.000 x 2.200
= Rp 2.200.000
Metode saldo menurun berganda
(double declining balance)
• Tarif penyusutan yang digunakan adalah 2 kali dari
tarif metode garis lurus.
• Penyusutan yang dibebankan pada tahun pertama
dan tahun-tahun berikutnya akan semakin menurun
• Rumus:
Beban Penyusutan = Tarif Penyusutan x Nilai buku awal tahun
• Nilai buku tahun pertama = harga perolehan
• Nilai buku tahun kedua =
Harga perolehan – Saldo akumulasi penyusutan awal tahun kedua
Metode saldo menurun berganda
(double declining balance)
Tanggal 2 Januari 2011 dibeli sebuah kendaraan
dengan harga Rp 22.000.000. Nilai sisa taksiran adalah
Rp 1.000.000 dan umur ekonomisnya adalah 5 tahun.
Tarif penyusutan = 100% = 20 % x 2 = 40 %
5
Tahun pertama:
Beban Penyusutan = Tarif Penyusutan x Nilai buku awal tahun
= 40 % x Rp 22.000.000 = Rp 8.800.000
Tahun kedua:
Beban Penyusutan = Tarif Penyusutan x Nilai buku awal tahun
= 40 % x (Rp 22.000.000 – Rp 8.800.000) = Rp 5.280.000
Metode saldo menurun berganda
(double declining balance)
Tahun Harga Tarif Nilai Buku Beban Akumulasi Nilai Buku Akhir
Perolehan Awal Tahun Penyusutan Penyusutan Tahun

1 Rp 22.000.000 40 % Rp 22.000.000 Rp 8.800.000 Rp 8.800.000 Rp 13.200.000

2 Rp 22.000.000 40 % Rp 13.200.000 Rp 5.280.000 Rp 14.080.000 Rp 7.920.000

3 Rp 22.000.000 40 % Rp 7.920.000 Rp 3.168.000 Rp 17.248.000 Rp 4.752.000

4 Rp 22.000.000 40 % Rp 4.752.000 Rp 1.900.800 Rp 19.148.800 Rp 2.851.200

5 Rp 22.000.000 40 % Rp 2.851.200 Rp 1.851.200 Rp 21.000.000 Rp 1.000.000

Tahun kelima:
Beban Penyusutan = Nilai buku akhir tahun keempat – Nilai sisa
= Rp 2.851.200 – Rp 1.000.000
= Rp 1.851.200
Metode jumlah angka tahun
(sum of years digits)
• Beban penyusutan semakin menurun setiap tahun
selama masa pemakaiannya.
• Rumus jumlah angka tahun :
N ( N + 1)
2
Keterangan :
N = Masa manfaat taksiran dari aset
• Rumus:
Beban penyusutan =
Tarif penyusutan x (Harga perolehan – nilai sisa)
Metode jumlah angka tahun
(sum of years digits)
Tanggal 2 Januari 2011 dibeli sebuah kendaraan dengan
harga Rp 22.000.000. Nilai sisa taksiran adalah Rp 1.000.000
dan umur ekonomisnya adalah 5 tahun.
Rumus jumlah angka tahun :
N ( N + 1)
2
5 (5+1) = 15
2
Tahun 1:
Beban penyusutan =
Tarif penyusutan x (Harga perolehan – nilai sisa)
5 X (Rp 22.000.000 – Rp 1.000.000) = Rp 7.000.000
15
Metode jumlah angka tahun
(sum of years digits)
Tahun Harga Tarif Nilai Buku Beban Akumulasi Nilai Buku Akhir
Perolehan Awal Tahun Penyusutan Penyusutan Tahun

1 Rp 22.000.000 5/15 Rp 21.000.000 Rp 7.000.000 Rp 7.000.000 Rp 15.000.000

2 Rp 22.000.000 4/15 Rp 21.000.000 Rp 5.600.000 Rp 12.600.000 Rp 9.400.000

3 Rp 22.000.000 3/15 Rp 21.000.000 Rp 4.200.000 Rp 16.800.000 Rp 5.200.000

4 Rp 22.000.000 2/15 Rp 21.000.000 Rp 2.800.000 Rp 19.600.000 Rp 2.400.000

5 Rp 22.000.000 1/15 Rp 21.000.000 Rp 1.400.000 Rp 21.000.000 Rp 1.000.000

Apabila kendaraan dibeli tanggal 2 oktober 2011. Tahun pertama:


Beban Penyusutan =
3 x 5 X (Rp 22.000.000 – Rp 1.000.000) = Rp 1.750.000
12 15
Metode jumlah angka tahun
(sum of years digits)
Tahun 2:
Beban penyusutan =
9 x 5 X (Rp 22.000.000 – Rp 1.000.000) = Rp 5.250.000
12 15
3 x 4 X (Rp 22.000.000 – Rp 1.000.000) = Rp 1.400.000
12 15
Rp 6.650.000
Pengeluaran Modal dan
Pengeluaran Pendapatan
• Pembedaan antara pengeluaran modal (capital
expenditure) dan pengeluaran pendapatan (revenue
expenditure) bagi perusahaan agar pendapatan-
pendapatan dan beban-beban bisa disandingkan
(match) secara wajar.
• Pengeluaran modal adalah pengeluaran-pengeluaran
yang diperlakukan sebagai harga perolehan (cost) dari
aset tetap (kapitalisasi) karena memberi manfaat lebih
dari satu periode akuntansi.
• Pengeluaran pendapatan adalah pengeluaran-
pengeluaran hanya memberi manfaat pada periode
yang berjalan atau biaya-biaya yang terjadi untuk
mempertahankan efisiensi operasi yang normal.
Pengeluaran Modal dan
Pengeluaran Pendapatan
• Ada tiga jenis pengeluaran modal yang berkaitan
dengan aktiva tetap setelah perolehannya:
1. Penambahan terhadap aktiva tetap (Additions)
2. Perbaikan (Betterment)
3. Perbaikan luar biasa (Extraordinary repair)
• Kondisi – kondisi yang menentukan bahwa suatu
pengeluaran adalah pengeluaran modal:
1. Meningkatnya efisiensi operasi aset tetap
2. Menambah kapasitas dari aset tetap
3. Memperpanjang umur atau masa manfaat dari
aset tetap
Penambahan terhadap Aktiva Tetap
• Pengeluaran yang menambah suatu aset tetap
tertentu, harus didebit ke akun aset tetap yang
bersangkutan, dan ikut disusutkan selama masa
manfaat dari penambahan tersebut.
• Contoh:
Biaya menambah sistem pendingin pada gedung.
Perbaikan (Betterment)
• Pengeluaran yang dapat meningkatkan efisiensi
operasi atau menambah kapasitas suatu aset
tetap.
• Pengeluaran ini harus didebit ke akun aset tetap
yang bersangkutan (dikapitalisasi).
• Contoh:
Penggantian unit tenaga dari sebuah mesin
dengan yang baru yang berkapasitas lebih besar.
Perbaikan luar biasa
(Extraordinary repair)
• Pengeluaran yang menambah atau
memperpanjang umur atau masa
manfaat dari suatu aset tetap.
• Pengeluaran ini harus didebit ke akun
akumulasi penyusutan
• Beban penyusutan untuk periode
yang akan datang harus dihitung atas
dasar nilai buku yang baru dan masa
manfaat yang ditaksir masih tersisa
CONTOH :
SEBUAH MESIN DENGAN HARGA POKOK
ATAU BIAYA Rp 50.000.000 MEMILIKI UMUR
MANFAAT 10 TAHUN DAN TANPA NILAI
RESIDU. MESIN TELAH DISUSUTKAN SELAMA 6
TAHUN, METODE GARIS LURUS (PENYUSUTAN
Rp 5.000.000). AWAL TAHUN KE 7 REPARASI
BESAR DILAKUKAN DENGAN BIAYA Rp
11.500.000, MENINGKATKAN UMUR MANFAAT
MESIN MENJADI 7 TAHUN. PENYUSUTAN
TAHUN KE 7 SBB :
BIAYA MESIN Rp 50.000.000

DIKURANGI SALDO AK. PENY. :


PENY. 6 TAHUN Rp 30.000.000
REPARASI BESAR Rp 11.500.000

SALDO AK. PENYUSUTAN Rp 18.500.000


NILAI BUKU MESIN STL REPARASI Rp 31.500.000

PENYUSUTAN TH KE 7 DST :
Rp 31.500.000 / 7 = Rp 4.500.000
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai