Anda di halaman 1dari 46

TUTORIAL

DIFTERI

ERMINA ADRIANI
NIM. 1810029028
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2018
Latar Belakang

Difteri adalah penyakit akut yang disebabkan oleh Corynebacterium


diphtheria suatu bakteri Gram positif, yang ditularkan melalui kontak
langsung atau droplet dari penderita.
Latar Belakang

Diagnosis cepat harus segera dilakukan berdasarkan


gejala klinis, laboratorium (swab tenggorok, kultur, atau
PCR) untuk penanganan lebih awal. Tata laksana terdiri
dari penggunaan antitoksin spesifik dan eliminasi
organisme penyebab. Komplikasi dari difteri dapat
menyebabkan obstruksi jalan napas, miokarditis, paralisis
otot palatum, otitis media dan juga dapat menyebar ke
paru-paru menyebabkan pneumonia. Pencegahan
dengan melakukan imunisasi, pengobatan karier, dan
penggunaan APD.
Laporan Kasus

Identitas pasien
» Nama : An. NC
» Usia : 10 Tahun 10 bulan
» Jenis Kelamin : Perempuan
» Berat Badan : 20 kg
» Tinggi Badan : 139 cm
» Alamat : Jl. AW Syahranie Gg. 51 Samarinda
» MRS : 2 Oktober 2018
Laporan Kasus

» Nama Ayah : Tn. F » Nama Ibu : Ny. M


» Usia : 35 Tahun » Usia : 33 tahun
» Pekerjaan : Swasta » Pekerjaan : IRT
Anamnesis
Keluhan Utama
» Demam, nyeri tenggorokan dan bengkak nyeri dibelakang telinga

Riwayat Penyakit Sekarang


» Pasien datang dibawa ke IGD RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda pada hari senin 1 oktober 2018 pukul 20.00 Wita diantar
oleh ibu dan pamannya. Ibu mengatakan anaknya mengalami demam
sejak hari sabtu siang disertai susah makan akibat nyeri saat
menelan. Ibu juga mengatakan ada bengkak di leher bagian belakang
telinga pasien yang nyeri jika diraba. Batuk (-), pilek (-), mual muntah
(-)

Riwayat Penyakit Dahulu


» Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya
Anamnesis

Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Makan dan Minum Anak


» BB lahir : 2900 gram » ASI : ASI ekslusif hingga usia 2
» PB lahir : OT lupa bulan
» BB sekarang : 20 kg » Susu formula : Usia 2 bulan
» TB sekarang : 139 cm » Makanan lunak : Usia 6 bulan
» Tumbuh Gigi : OT lupa » Makanan padat : Usia 8 bulan
» Tengkurap : OT lupa
» Duduk : OT lupa Jadwal Imunisasi
» Merangkak : OT lupa » OT mengatakan anaknya tidak
» Berdiri : OT lupa mendapat imunisasi booster,
hanya imunisasi wajib 1 tahun
» Berjalan : OT lupa pertama
» Berbicara : OT lupa
Anamnesis

Pemeriksaan Prenatal
» Periksa di : Bidan Puskesmas
» Penyakit kehamilan : Tidak ada
» Obat-obat yang sering diminum : Tidak ada

Riwayat Kelahiran
» Lahir di : Rumah Sakit
» Ditolong oleh : Bidan
» Usia dalam kandungan : 38 minggu
» Jenis partus : Spontan pervaginam
Pemeriksaan Fisik

» Keadaan Umum : Sakit sedang


» Kesadaran : Composmentis
» Berat Badan : 20 Kg
» Panjang Badan : 139 cm
» Tanda Vital : Tekanan Darah 90/60 mmHg
Nadi 109 x/menit
Pernafasan 24 x/menit
Temperatur axila 36,1o C
Pemeriksaan Fisik

Kepala/leher
» Rambut : Warna hitam, tebal
» Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), pupil isokor
3mm/3mm, reflex cahaya (+/+), edema palpebra (-/-)
» Hidung : Sekret hidung (-), pernafasan cuping hidung (-)
» Mulut : Mukosa bibir tampak basah, sianosis (-), perdarahan (-),
fasing hiperemis (+), membran putih keabuan (+)
» Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (+)
Pemeriksaan Fisik

Thorax (Paru)
» Inspeksi :Tampak simetris, pergerakan simetris, retraksi (+)
» Palpasi : Pelebaran ICS (-), fremitus raba D=S
» Perkusi : Sonor
» Auskultasi : Vesikuler, Stridor (-), Ronki (+/+), wheezing (+/+)
Thorax (Jantung)
» Inspeksi : Ictus cordis tampak pada ICS 5 midclavicularis sinistra
» Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS 5 midclavicularis sinistra
» Perkusi : Normal pada batas jantung
» Auskultasi : S1S2 terdengar reguler, kesan meredup
Pemeriksaan Fisik

Abdomen
» Inspeksi : Cembung, scar (-)
» Palpasi : Soefl, nyeri tekan (-), organomegali (-), turgor
kembali cepat
» Perkusi : Timpani, acites (-)
» Auskultasi : Bising usus (+) kesan normal

Ekstremitas
» Ekstremitas superior : Akral hangat, pucat (-/-), edem (-/-)
» Ekstremitas inferior : Akral hangat, pucat (-/-), edem (-/-)
Pemeriksaan Penunjang
Hasil Lab Hematologi

Pemeriksaan yang
1 Oktober 2018 2 Oktober 2018 3 Oktober 2018
dilakukan
Darah Lengkap
Leukosit 6.900/ul 6.990/ul -
Eritrosit 5.300.000/ul 4.900.000/ul -
Hemoglobin 13.9 g/dl 14.2 g/dl -
Hematokrit 41 % 40.5 % -
Trombosit 97.000/ul 125.000/ul -
Kimia Klinik
Natrium 145 mmol/L 139 mmol/L -
Kalium 4.2 mmol/L 3.7 mmol/L -
Klorida 105 mmol/L 97 mmol/L -
GDS - 102 mg/dL
Bakteriologi
NEISSER - Negatif Negatif
Diagnosis Kerja

Probable Difteri

Tatalaksana

» ADS 40.000 IU
» Eritromysin syr 3x 1½ cth
» Dexamethasone 3x3mg (3 hari)
» PCT 3x ½ tab
» Ranitidin 2x40 mg >> Omeprazole 1x20 mg
Follow Up

Tanggal Pemeriksaan Terapi


2 Oktober S: nyeri menelan (+), demam, muntah 3x A: Probable Difteri
2018
O: P:
N: 105 x/menit, reguler, kuat angkat D5 ½ NS 1500 cc
RR:22 x/Menit, T:37 0C, Eritromysin syr 3x1½
BB : 20 kg cth (H1)
K/L An (-/-) ik (-/-) pembesaran KGB (+), PCT 3x ½ tab
membran putih keabu-abuan di tonsil Ranitidin 2x40 mg
(+/+)
Tho Whz (-/-), rho (-/-), stridor (+) S1 S2
terdengar tunggal reguler.
Abd BU (+) N,
Ext akral hangat, CRT < 2 detik, edem (-/-)

Hasil Lab NEISSER: Negatif


Follow Up

Tanggal Pemeriksaan Terapi


3 Oktober S: nyeri menelan (+), sesak (+) A: Probable Difteri,
Dispepsia
2018
O:
N: 108 x/menit, reguler,kuat angkat P:
RR:24 x/Menit, T:37 0C, Eritromysin syr 3x1½
BB : 20 kg cth (H2)
K/L An (-/-) ik (-/-) pembesaran KGB (+), PCT 3x ½ tab
membran putih keabu-abuan di tonsil Ranitidin 2x40 mg
(+/+) (stop)
Tho Whz (-/-), rho (-/-), stridor (+) S1 S2 Omeprazole 1x20 mg
terdengar tunggal reguler. Oksigen 1 lpm
Abd BU (+) N,
Ext akral hangat, CRT < 2 detik, edem (-/-)

Hasil Lab NEISSER: Negatif


Follow Up

Tanggal Pemeriksaan Terapi


4 Oktober S: nyeri menelan (+), demam, sesak (+) A: Probable Difteri,
dispepsia
2018
O:
N: 100 x/menit, reguler,kuat angkat P:
RR:24 x/Menit, Eritromysin syr 3x1½
T:36.8 0C, cth (H3)
BB : 20 kg PCT 3x ½ tab
K/L An (-/-) ik (-/-) pembesaran KGB (+), Omeprazole 1x20 mg
membran putih keabu-abuan di tonsil Oksigen 1 lpm
(+/+)
Tho Whz (-/-), rho (-/-), stridor (+) S1 S2
tunggal reguler.
Abd BU (+) N,
Ext akral hangat, CRT < 2 detik, edem (-/-)
Follow Up

Tanggal Pemeriksaan Terapi


5 Oktober S: nyeri menelan (+), demam, sesak (+), A: Probable Difteri,
nyeri dada (+) susp. Miocarditis
2018
O: P:
N: 109 x/menit, reguler,kuat angkat Eritromysin syr 3x1½
RR:22 x/Menit, cth (H4)
T:37,1 0C, PCT 3x ½ tab
BB : 20 kg Omeprazole 1x20 mg
K/L An (-/-) ik (-/-) pembesaran KGB (+), Dexamethasone
membran putih keabu-abuan di tonsil 3x3mg (3 hari)
(+/+) ADS 40.000 IU
Tho Whz (-/-), rho (-/-), stridor (+) S1 S2 Oksigen 1 lpm
redup/menjauh.
Abd BU (+) N,
Ext akral hangat, CRT < 2 detik, edem (-/-)
Follow Up

Tanggal Pemeriksaan Terapi


6 Oktober S: sesak (-), nyeri dada (-) A: Probable Difteri,
Miocarditis
2018
O:
N: 100 x/menit, reguler,kuat angkat P:
RR:20 x/Menit, Eritromysin syr 3x1½
T:36.5 0C, cth (H5)
BB : 20 kg PCT 3x ½ tab
K/L An (-/-) ik (-/-) pembesaran KGB (+), Omeprazole 1x20 mg
membran putih keabu-abuan di tonsil (-/- Dexamethasone
) 3x3mg (3 hari)
Tho Whz (-/-), rho (-/-), stridor (+) S1 S2
membaik.
Abd BU (+) N,
Ext akral hangat, CRT < 2 detik, edem (-/-)
Tinjauan Pustaka

Definisi
Klasifikasi
Berdasarkan lokasi lesi di paru Berdasarkan asal infeksi
- Pneumonia lobaris - Pneumonia yang didapat dari masyarkat
- Pneumonia interstitialis (community acquired pneumonia = CAP)
- Bronkopneumonia - Pneumonia yang didapat dari rumah sakit
(hospital-based pneumonia)

Berdasarkan karakteristik penyakit


Berdasarkan mikroorganisme penyebab
- Pneumonia tipikal
- Pneumonia bakteri
- Pneumonia atipikal
- Pneumonia virus
- Pneumonia mikoplasma
Berdasarkan lama penyakit
- Pneumonia jamur
- Pneumonia akut
- Pneumonia persisten
Patogenesis

Tahap kongesti : Pada tahap ini, telah


tampak respon inflamasi awal akut. Lobus yang
terkena menjadi merah dan berat karena
kongesti vaskular. Cairan yang mengandung
protein, neutrofil dan bakteri dapat terlihat di
alveoli. Tahapan ini berlangsung 1 – 2 hari.

Tahapan hepatisasi abu – abu : Lobus yang


terkena menjadi kering, kaku dan abu – abu
karena lisis eritrosit. Eksudat yang
mengandung neutrofilik selular menurun
karena pemecahan sel inflamasi dan makrofag
mulai terlihat. Mikroorganisme juga berkurang.
Tahapan ini berlangsung 4 – 7 hari.
Patogenesis

Tahapan hepatisasi abu – abu : Lobus


yang terkena menjadi kering, kaku dan abu –
abu karena lisis eritrosit. Eksudat yang
mengandung neutrofilik selular menurun
karena pemecahan sel inflamasi dan makrofag
mulai terlihat. Mikroorganisme juga berkurang.
Tahapan ini berlangsung 4 – 7 hari.

Tahap resolusi : Karena aksi


enzimatik, terjadi likuefasi dan aerasi paru
diperbaiki secara bertahap. Makrofag sekarang
menjadi sel utama di alveoli. Terdapat
pengurangan progresif cairan dan eksudat
seluler dari alveoli melalui ekspektorasi dan
drainase limfatik mengarah ke parenkim paru
yang normal dalam 3 minggu
Manifestasi Klinis
» Pneumonia virus dan bakteri sering diawali gejala infeksi
traktus respirasi atas dalam beberapa hari, terutama batuk dan
rinitis
» Pada pneumonia virus, biasanya temperatur secara umum
lebih rendah daripada pneumonia bakteri
» Takipnea merupakan manifestasi klinis pneumonia yang paling
konsisten.
» Peningkatan kerja pernapasan ditemani dengan retraksi
subkosta, interkostal dan suprasternal, nasal flaring, dan
penggunaan otot – otot bantu pernapasan
» Infeksi yang berat terdapat sianosis, terutama pada bayi
» Auskultasi dapat menunjukkan crackles dan mengi
Manifestasi Klinis
˃ Pneumonia bakteri pada anak yang lebih tua diawali dengan demam
tinggi dan menggigil yang mendadak, batuk dan nyeri dada. Gejala lain
yang dapat terlihat meliputi mengantuk dengan periode gelisah yang
intermiten, respirasi cepat, kecemasan dan kadang, delirium. Pada
kebanyakan anak, berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut ditekuk ke
dada dapat meminimalisasi nyeri pleuritik dan meningkatkan ventilasi.
˃ Pada bayi, terdapat gejala prodromal infeksi saluran pernapasan atas
dan nafsu makan menurun, mengarah ke onset demam tiba – tiba,
gelisah, dan distres pernafasan. Bayi tampak sakit dengan distres
pernapasan yang bermanifestasi sebagai grunting, nasal flaring, retraksi
supraklavikular, interkostal, subkosta, takipnea, takikardia, air hunger
dan sianosis. Pneumonia bakteri pada bayi juga dapat bermanifestasi
sebagai gangguan gastrointestinal seperti muntah, anoreksia, distensi
abdomen.
Difteri Hidung

» Pilek
» Sekret yang keluar tercampur darah sedikit yang
berasal dari pseudomembran.

Difteri Tonsil Faring

» Radang akut tenggorok


» Pseudomembran berupa bercak keabu-abuan meluas ke
nasofaring dan laring
» Nafas bau
» Pembengkakan kelenjar regional sehingga leher tampak seperti
sapi (bullneck)
Difteri Laring

» Suara serak & stridor


» Sesak nafas hebat, sianosis dan tampak retraksi suprasternal
serta epigastrium.
» Pembesaran kelenjar regional yang menyebabkan bull neck

Difteri Lainnya

» Difteri kulit
» Difteri konjungtiva
» Difteri telinga
Diagnosis
Pneumonia Berat Ringan
Dalam keadaan yang sangat berat dapat
Disampingbatuk
Terdapat batukdan/atau
atau kesulitan
kesulitan
bernapas,
bernapas ditambah
dijumpai :
hanya terdapat
minimal salah satu
napas
halcepat
berikutsaja.
: Dan
Tidak dapat menyusu atau minum/makan,
dipastikan
Kepala terangguk
anak tidak
– angguk
memiliki tanda tanda
atau memuntahkan semuanya
pneumonia berat.
Pernapasan cuping hidung
Kejang, letargis atau tidak sadar
Kriteria dinding
Tarikan napas cepat
dada: bagian bawah ke dalam
Sianosis
Foto pada
rontgenanak
dada
umur
menunjukan
2 bulan – 11 gambaran
bulan : >pneumonia
50
Distres pernapasan berat (WHO, 2009)
(infilrat
kali/menit
luas, konsolidasi, dll)
Selainpada
itu dapat
anak umur
ditemukan
1 tahunpula
– 5hal
tahun
berikut
: > 40
ini :
kali/menit
Napas cepat :
Anak umur < 2 bulan : > 60 kali /menit
Anak umur 2 – 11 bulan : > 50 kali/menit
Anak umur 1 – 5 tahun : > 40 kali/menit
Anak umur > 5 tahun : > 30 kali/menit
Suara merintih (grunting) pada bayi muda
Pada auskultasi terdengar :
Crackles (ronki)
Suara pernapasan menurun
Suara pernapasan bronkial
Diagnosis
Pemeriksaan Laboratorium
Infeksi virus leukosit normal atau meningkat (tidak melebihi 20.000/mm2
dengan limfosit predominan) dan bakteri leukosit meningkat 15.000-40.000 /mm2
dengan granulosit yang predominan. Pada hitung jenis leukosit terdapat pergeseran
ke kiri serta peningkatan LED. Analisa gas darah menunjukkan hipoksemia dan
hiperkarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik..

Pemeriksaan Radiologi
Gambaran infiltrat pada foto rontgen mendukung diagnosis pneumonia; pada
foto rontgen, juga dapat terlihat komplikasi seperti efusi pleura atau empiema.
Pneumonia virus biasa dikarakteristikkan sebagai hiperinflmasi dengan infilitrat
interstisial bilateral dan peribronchial cuffing. Konsolidasi lobar biasanya terlihat
pada pneumonia pneumokokal.

Pemeriksaan Mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologik untuk diagnosis pneumonia anak tidak rutin
dilakukan kecuali pada pneumonia berat yang dirawat di rumah sakit. Untuk
pemeriksaan mikrobiologik, spesimen dapat berasal dari usap tenggorok, sekret
nasofaring, bilasan bronkus, darah, pungsi pleura, atau aspirasi paru
Diagnosis Banding
Tatalaksana
PneumoniaAnjurkan
rawat jalan
Ibu untuk memberi makan
Pada pneumonia
anak. Nasihati Ibu untuk rawat jalan dapat
kontrol ulang
diberikan antibiotik lini pertama secara
anaknya setelah 2 hari ke RS, atau lebih cepat oral,
misalnya amoksisilin
jika keadaan anak atau kotrimoksazol.
memburuk, tidak Pada
bisa
pneumonia ringan berobat
minum atau menyusu jalan, dapat
(WHO, 2009).
diberikan
Ketika anakantibiotik
kembali : tunggal oral dengan
efektifitas yang mencapai
• Jika pernapasannya 90%. (melambat),
membaik Dosis yang
digunakan adalah nafsu
demam berkurang, kotrimoksazol (4mg
makan membaik,
TMP/kgBB/kali) 2 kali sehari
lanjutkan pengobatan selama
sampai 3 hari atau
seluruhnya 3
amoksisilin
hari (25mg/kgBB/kali) 2 kali sehari
selama
• Jika 3frekuensi
hari. Untuk pasien HIV
pernapasan, demam,diberikan
dan
selama 5 hari
nafsu makan tidak ada perubahan, ganti ke
antibiotik ke lini kedua dan nasihati ibu
untuk kembali lagi.
• Jika ada tanda pneumonia berat, rawat
anak di rumah sakit dan tangani sesuai
pedoman di bawah ini.
Tatalaksana
Tatalaksana
Pneumonia rawat inap :
Beri ampisilin/amoksisilin (25-50
mg/kgBB/kaliBila IVpasien datang
atau IM dengan
setiap 6 jam),keadaan
harus
klinis berat,
dipantau 24 jamsegera
selama berikan oksigen Bila
72 jam pertama. dan
pengobatan
anak kombinasi
memberikan ampisilin-kloramfenikol
respons yang baik maka
atau ampisilin-gentamisin.
diberikan Sebagai alternatif,
selama 5 hari. Selanjutnya terapi
dilanjutkan di rumah atau di rumah sakitIV
beri seftriakson (80-100 mg/kgBB IM atau
sekali sehari)
dengan amoksisilin oral (15mg/kgBB/kali
diberikan 3 kali sehari) untuk 5 hari berikutnya

Bila
Apabilakeadaandidugaklinis memburuk
pneumonia
sebelum 48 jam
stafilokokal, gantiatau terdapat
antibiotik keadaan
dengan yang
gentamisin
berat (tidakIM sekali
(7,5 mg/kgBB dapatsehari)
menyusu atau
dan kloksasiklin
minum/makan,
(50 mg/kgBB IM atauatau
memuntahkan
IV setiap 6semuanya,
jam) atau
kejang, letargis (15
klindamisin atau mg/kgBB/hari-3
tidak sadar, sianosis,
kali
distress pernapasan
pemberian). berat) maka
Bila keadaan ditambahkan
anak membaik,
kloramfenikol (25 mg/kgBB/kali
lanjutkan klosasiklin IM atau
(atau diklosasiklin) IV
secara
setiap
oral 48 kali
jam)sehari sampai secara keseluruhan
mencapai 3 minggu, atau klindamisin secara
oral selama 2 minggu
Tatalaksana Umum

» Pasien dengan saturasi oksigen < 92% pada saat bernapas


dengan udara kamar, harus diberikan terapi oksigen dengan
kanul nasal, head box, atau sungkup untuk
mempertahankan saturasi oksigen >92%
» Pada pneumonia berat atau asupan per oral kurang,
pastikan anak memperoleh kebutuhan cairan rumatan
sesuai umur anak, tetapi hati – hati terhadap kelebihan
cairan atau overhidrasi.
» Antipiretik dan analgetik dapat diberikan untuk menjaga
kenyamanan pasien (Paracetamol 10-15 mg/kgBB/kali)
Kriteria Pasien Pulang

» Gejala dan tanda pneumonia menghilang


» Asupan peroral adekuat
» Pemberian antibiotik dapat diteruskan dirumah (peroral)
» Keluarga mengerti dan setuju untuk pemberian terapi dan
rencana kontrol dan kondisi rumah memungkinkan untuk
perawatan lanjutan dirumah.
Tatalaksana Umum

» Pasien dengan saturasi oksigen < 92% pada saat bernapas


dengan udara kamar, harus diberikan terapi oksigen dengan
kanul nasal, head box, atau sungkup untuk
mempertahankan saturasi oksigen >92%
» Pada pneumonia berat atau asupan per oral kurang,
pastikan anak memperoleh kebutuhan cairan rumatan
sesuai umur anak, tetapi hati – hati terhadap kelebihan
cairan atau overhidrasi.
» Antipiretik dan analgetik dapat diberikan untuk menjaga
kenyamanan pasien (Paracetamol 10-15 mg/kgBB/kali)
Tabel Dosis ADS menurut Lokasi Membran dan Lama Sakit
Tipe Difteria Dosis ADS (KI) Cara Pemberian
Difteria Hidung 20.000 Intramuskular

Difteria Tonsil 40.000 Intramuskular atau Intravena

Difteria Faring 40.000 Intramuskular atau Intravena

Difteria Laring 40.000 Intramuskular atau Intravena

Kombinasi Lokasi di atas 80.000 Intravena

Difteria + penyulit, bullneck 80.000 – 120.000 Intravena

Terlambat berobat (> 72 jam), 80.000 – 120.000 Intravena


lokasi di mana saja
Tatalaksana Lainnya
» Pengobatan Penyulit , Pengobatan terutama ditujukan untuk menjaga
agar hemodinamika tetap baik. Penyulit yang disebabkan oleh toksin
umumnya reversibel. Bila tampak kegelisahan, iritabilitas serta gangguan
pernafasan yang progresif merupakan indikasi tindakan trakeostomi.

» Pengobatan Kontak, Pada anak yang kontak dengan pasien sebaiknya


diisolasi sampai tindakan berikut terlaksana, yaitu biakan hidung dan
tenggorok serta gejala klinis diikuti setiap hari sampai masa tunas
terlampaui, pemeriksaan serologi dan observasi harian. Anak yang telah
mendapat imunisasi dasar diberikan booster toksoid difteri.

» Pengobatan Karier, adalah mereka yang tidak menunjukkan keluhan,


mempunyai uji Schick negatif tetapi mengandung basil difteria dalam
nasofaringnya. Pengobatan yang dapat diberikan adalah penisilin 100
mg/kgBB/hari oral/suntikan, atau eritromisin 40 mg/kgBB/hari selama
satu minggu. Mungkin diperlukan tindakan tonsilektomi / adenoidektomi.
Komplikasi

Komplikasi pneumonia pada anak biasanya merupakan hasil dari


penyebaran langsung infeksi bakteri dalam kavitas torakal (efusi pleura,
empiema, perikarditis) atau penyebaran hematologik dan bakteremia.
Meningitis, artritis supuratif, dan osteomielitis adalah komplikasi yang jarang
dari penyebaran secara hematologi dari pneumokokal atau H. influenzae tipe b
(Nelson, 2015).
Prognosis
Pembahasan:
Anamnesis

Teori Kasus
• Pada bayi, terdapat gejala prodromal infeksi saluran • Batuk dan sesak selama 2
pernapasan atas dan nafsu makan menurun, hari sebelum masuk rumah
mengarah ke onset demam tiba – tiba, gelisah, dan sakit.
distres pernafasan. Bayi tampak sakit dengan distres • Keluhan batuk dan sesak
pernapasan yang bermanifestasi sebagai grunting, napas terjadi secara
nasal flaring, retraksi supraklavikular, interkostal, bersamaan.
subkosta, takipnea, takikardia, air hunger dan • Batuk yang dialami oleh
sianosis. Pneumonia bakteri pada bayi juga dapat pasien mengandung dahak
bermanifestasi sebagai gangguan gastrointestinal yang kental dan berwarna
seperti muntah, anoreksia, distensi abdomen. putih.
• Demam sejak 2 hari sebelum
masuk rumah sakit yang
disertai dengan kejang 1 kali
selama 5 menit
Pembahasan:
Pemeriksaan Fisik
Teori Kasus
Dalam pemeriksaan fisik penderita pneumonia Pneumonia
ditemukan hal-hal sebagai berikut : KU: Tampak sakit sedang
Pada nafas terdapat retraksi otot epigastrik, Kesadaran: CM
interkostal, suprasternal, dan pernapasan cuping Frekuensi Nadi : 64x /
hidung. menit
Pada palpasi ditemukan vokal fremitus yang Frekuensi Napas : 80x /
simetris. menit
Konsolidasi yang kecil pada paru yang terkena tidak Suhu Badan
menghilangkan getaran fremitus selama jalan napas : 37,0OC (axillar)
masih terbuka, namun bila terjadi perluasan infeksi Paru
paru (kolaps paru/atelektasis) maka transmisi energi Inspeksi : Gerakan dinding
vibrasi akan berkurang. Pada perkusi tidak terdapat dada simetris, retraksi
kelainan dan pada auskultasi ditemukan crackles subkosta (+)
sedang nyaring Palpasi : Fremitus
raba dextra = sinistra,
pelebaran ICS (-)
Perkusi : Sonor
Auskultasi
: rhonki +/+, wheezing -/-
Pembahasan:
Pemeriksaan Penunjang

Teori Kasus
• Infeksi virus leukosit normal atau meningkat (tidak • Darah Lengkap
melebihi 20.000/mm2 dengan limfosit predominan) Leukosit : 17.96 x 103/
dan bakteri leukosit meningkat 15.000-40.000 /mm2 mikroliter
dengan neutrofil yang predominan. Eritrosit : 4.91 x
• Pada hitung jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri 106/mikroliter
serta peningkatan LED. Hemoglobin : 10,5 g/dl
• Pemeriksaan Radiologi : Tampak adanya infiltrat baik Hct : 33,4 %
interstisial maupun alveolar PLT : 542.000/mikroliter
• Pemeriksaan Mikrobiologis: Untuk pemeriksaan • Pemeriksaan Radiologi
mikrobiologik, spesimen dapat berasal dari usap Cor: Besar dan bentuk
tenggorok, sekret nasofaring, bilasan bronkus, darah, kesan normal.
pungsi pleura, atau aspirasi paru Pulmo: tampak
perselubungan dengan air
bronchogram di lapang
paru kanan disertai
penebalan hilus kanan
Pembahasan:
Tatalaksana
Teori Kasus
Dasar tatalaksana pneumonia rawat inap 8 Mei 2017
adalah pengobatan kausal dengan antibiotik • IVFD D51/4 NS 700cc/24 jam
yang sesuai, serta tindakan suportif. • Injeksi Ampisilin 4x175 mg
Pengobatan suportif meliputi pemberian • Injeksi Gentamisin 1x35 mg
cairan intravena, terapi oksigen, koreksi • CTM 0,7 mg
terhadap gangguan keseimbangan asam • Ambroxol 3 mg
basa, elektrolit, dan gula darah. Untuk nyeri • Salbutamol 0,7 mg
dan demam dapat diberikan 3 x 1 pulv
analgetik/antipiretik. Penyakit penyerta • Dexametason 3,5 mg lanjut
harus ditanggulangi dengan adekuat. 3x1 mg
Bila pasien datang dengan keadaan klinis • PCT 3 x cth ¾
berat, segera berikan oksigen dan
pengobatan kombinasi ampisilin- 9 Mei 2017
kloramfenikol atau ampisilin-gentamisin. • Cefixime 2 x 20 mg
Antipiretik dan analgetik dapat diberikan
untuk menjaga kenyamanan pasien
Kesimpulan
Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru.
Sebagian besar disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri) dan
sebagian kecil disebabkan oleh hal lain (aspirasi, radiasi dll). Gejala yang
ditimbulkan oleh pneumonia ialah panas tinggi disertai batuk berdahak,
napas cepat, sesak dan gejala lainnya (sakit kepala, gelisah, dan nafsu makan
berkurang). Pneumonia merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas
anak di negara berkembang. Insidensi pneumonia balita tertinggi terjadi
pada kelompok umur 12–23 bulan, sedangkan pada anak yang lebih besar
dan remaja, selain bakteri tersebut, sering juga ditemukan infeksi
Mycoplasma pneumoniae. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
dapat dilakukan untuk mengarahkan diagnosis ke pneumonia bakteri
maupun virus. Dasar tatalaksana pneumonia rawat inap adalah pengobatan
kausal dengan antibiotik yang sesuai, serta tindakan suportif.
Penatalaksanaan yang adekuat akan menghindarkan anak – anak dari
komplikasi yang dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas.
TERIMA KASIH

TUTORIAL
DIFTERI

Anda mungkin juga menyukai