Askep PK RSJ LWG
Askep PK RSJ LWG
PADA PERILAKU
KEKERASAN
3
Kronologi terjadinya kekerasan:
Emosi :
“Kecenderungan untuk memiliki perasaan
yang khas bila berhadapan dengan obyek
tertentu dalam lingkungannya (William
James)”
“Suatu keadaan yang bergejolak pada diri
individu yang berfungsi sebagai inner
adjustment (penyesuaian dari dalam)
terhadap lingkungan untuk mencapai
kesejahteraan dan keselamatan (Crow &
Crow)
4
Tingkah laku emosional, t.d:
Marah : Orang bergerak menentang
sumber frustrasi
Takut: Orang bergerak
meninggalkan sumber frustrasi
Cinta : Orang bergerak menuju
sumber kesenangan
Depresi: Orang menghentikan
respon-respon terbukanya &
mengalihkan emosi ke dalam dirinya
sendiri
5
MARAH
Perasaan jengkel yang timbul
sebagai respon terhadap
kecemasan/kebutuhan yang tidak
terpenuhi yang dirasakan sebagai
ancaman (Stuart & Sundeen)
Normal bagi tiap individu
6
Rentang Respon Marah
Adaptif Maladaptif
8
AGRESIF
9
KEKERASAN
Sering juga disebut gaduh-
gelisah/amuk
Ditandai dengan menyentuh orang
lain secara menakutkan, memberi
kata-kata ancaman disertai melukai
pada tingkat ringan, dan yang paling
berat adalah melukai/merusak
secara serius
Klien tidak mampu mengendalikan
diri 10
PERBANDINGAN PERILAKU
PASIF, ASERTIF, DAN AGRESIF
Perilaku Pasif Asertif Agresif
Isi pembicaraan Negatif Positif Berlebihan
Menghina Diri Menghargai diri Menghina
Tekanan Suara Tenang, lemah, Berirama Keras
merengek Menuntut
Postur Membungkuk, Tegak, relaks Tegang
kepala tunduk Condong ke depan
Jarak personil Membolehkan Mempertahankan Invasi ke orang lain
invasi jarak aman
Penampilan Loyo Siap melaksanakan Mengancam
Kontak Mata Sedikit/tidak ada Mempertahankan Melotot
kontak mata sesuai hubungan
Faktor Predisposisi:
Psikologis, kegagalan yang dialami dapat
menimbulkan frustrasi yang kemudian dapat timbul
agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak
menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina,
dianiaya atau saksi penganiayaan.
Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat
melakukan kekerasan, sering mengobservasi
kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua
aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku
kekerasan.
Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas
secara diam (pasif agresif) dan kontrol sosial yang
tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan
menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan
diterima (permisive).
Bioneurologis, banyak pendapat bahwa kerusakan
system limbic, lobus frontal, lobus temporal dan
ketidakseimbangan neurotransmitter (dopamin)
turut berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan.
Faktor Presipitasi:
Faktor presipitasi dapat bersumber dari
klien, lingkungan atau interaksi dengan
orang lain. Kondisi klien seperti
kelemahan fisik (penyakit fisik),
keputusasaan, ketidak berdayaan,
percaya diri yang kurang dapat menjadi
penyebab perilaku kekerasan. Demikian
pula dengan situasi lingkungan yang ribut,
padat, kritikan yang mengarah pada
penghinaan, kehilangan orang yang
dicintai/pekerjaan dan kekerasan
merupakan faktor penyebab yang lain.
Interaksi sosial yang provokatif dan
konflik dapat pula memicu perilaku 13
Model Ekspresi Marah
Self Devaluasi
Ansietas
Rasa Bersalah
Bermusuhan
– Riwayat melakukan PK
– Tdk cemas saat masuk rs
– Aktivitas motorik meningkat
– Kurang pengendalian impuls
– Dorongan agresif tinggi
– Bicara keras
– Tegang
– Bermusuhan
– Curiga
– Tidak Patuh
– Halusinasi
– Gangguan isi pikir
– Mudah terangsang
– Disorientasi
Kondisi Lingkungan berisiko timbulkan PK:
– Dalam kelompok
– Bising
– Hilangnya privasi
– Inaktif
– Staf tidak berpengalaman
– Persinggungan fisik
– Batasan tidak konsisten
– Adanya norma kekerasan
Tanda dan Gejala
20
Askep Perilaku Kekerasan :
1.Manajemen krisis
: Askep saat terjadi
kekerasan
2. Manajemen perilaku
kekerasan
: Askep yang bertujuan
melatih klien
untuk mengontrol
perilaku keke 21
DIAGNOSA KEPERAWATAN
22
Tindakan Keperawatan Untuk Pasien
Tujuan
1) Pasien dapat mengidentifikasi penyebab
perilaku kekerasan
2) Pasien dapat mengidentifikasi tanda-
tanda perilaku kekerasan
3) Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku
kekerasan yang pernah dilakukannya
23
4) Pasien dapat menyebutkan akibat dari
perilaku kekerasan yang dilakukannya
5) Pasien dapat menyebutkan cara
mencegah/mengontrol perilaku
kekerasannya
6) Pasien dapat mencegah/mengontrol
perilaku kekerasannya secara fisik,
psikofarmaka, verbal/sosial, dan spiritual.
24
Tindakan
1) Bina hubungan saling percaya
2) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku
kekerasan saat ini dan yang lalu
3) Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab
perilaku kekerasan
a) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
b) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
psikologis
c) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
sosial
d) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
spiritual
e) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
intelektual
25
3) Diskusikan bersama pasien perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan pada saat
marah
a). Verbal
b). Terhadap orang lain
c). Terhadap diri sendiri
d). Terhadap lingkungan
4) Diskusikan bersama pasien akibat
perilaku kekerasan
26
5) Diskusikan bersama pasien cara
mengontrol perilakukekerasan
secara:
a) Fisik
b) Obat
c) Sosial/verbal
d) Spiritual
27
a. Cara Fisik
28
b) Patuh Obat:
(1) Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku
kekerasan secara fisik
(2) Latih pasien minum obat secara teratur dengan
prinsip lima benar (benar nama pasien, benar
nama obat, benar cara minum obat, benar waktu
minum obat dan benar dosis obat)
(3) Jelaskan guna obat dan akibat jika tidak teratur
diminum
(4) Susun jadual minum obat secara teratur
29
c) Cara sosial/verbal
(1) Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku
kekerasan secara fisik dan patuh minum obat
(2) Latihan mengungkapkan rasa marah secara
verbal
(3) Susun jadual latihan mengungkapkan marah
secara verbal
30
d) Cara Spiritual
31
2. TINDAKAN UNTUK KELUARGA
A. Tujuan
Setelah melakukan tindakan ,keluarga mampu
merawat pasien dengan perilaku kekerasan di
rumah
B. Tindakan
1) Diskusikan masalah dlm merawat
2) Diskusikan bersama keluarga tentang
perilaku kekerasan (penyebab, tanda
dan gejala, perilaku yang muncul dan
akibat dari perilaku kekerasan tersebut)
32
3)Diskusikan bersama keluarga kondisi-
kondisi pasien yang perlu segera
dilaporkan kepada perawat, seperti bicara
keras dan kasar, melempar/merusak
barang-barang atau memukul orang lain
33
4) Latih keluarga merawat pasien
dengan perilaku kekerasan
a) Evaluasi pengetahuan klg ttg marah
b) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan
tindakan yang telah diajarkan oleh perawat
c) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada
pasien bila pasien dapat melakukan kegiatan tersebut
secara tepat
d) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus
dilakukan bila pasien menunjukkan gejala-gejala perilaku
kekerasan
34
Evaluasi pada Pasien
1. Pasien mampu menyebutkan penyebab,
tanda dan gejala PK, PK yg biasa
dilakukan dan akibat PK.
2. Pasien mampu menggunakan cara
mengontrol perilaku kekerasan secara
teratur sesuai jadual:
a. secara fisik
b. secara sosial/verbal
c. secara spiritual
d. dengan terapi psikofarmaka
35
Evaluasi pada Keluarga
Keluarga mampu
• Mencegah terjadinya PK
• Menunjukkan sikap mendukung dan
menghargai
• Memotivasi dlm mengontrol PK
• Mengidentifikasi perilaku yg hrs
dilaporkan perawat
36
E. DOKUMENTASI
Pendokumentasian perilaku kekerasan
dapat dilakukan pada format pengkajian
sebagai berikut:
37
Format pengkajian
pelaku/usia korban/usia saksi/usia
38
6. Aktivitas motorik
( ) Lesu ( ) Tegang ( ) Gelisah
( ) Agitasi ( ) Tik ( ) Grimasem
( ) Tremor ( ) Kompulsif
39
Terapi Aktivitas Kelompok
TAK Stimulasi Persepsi: Mengontrol PK
Sesi I: Mengenal PK yang biasa dilakukan
Sesi II: Mencegah PK secara fisik
Sesi III: Mencegah PK secara sosial
Sesi IV: Mencegah PK secara spiritual
Sesi V: Mencegah PK dengan patuh
mengkonsumsi obat
40
Pertemuan Kelompok Keluarga
• Penyuluhan umum (kelompok besar)
• Diskusi kelompok kecil
• Menumbuhkan self help group
41
Manajemen Krisis
• Identifikasi pimpinan krisis
• Bentuk Tim Krisis
• Minta bantuan Satpam jika perlu
• Pindahkan klien lain dari area
• Siapkan alat pengikatan jika perlu
• Buat rencana penanganan dan jelaskan
pada semua anggota tim.
• Amankan anggota badan pasien
• Jelaskan kepada klien tentang alasan
prosedur tersebut. Minta kerja sama klien
• Lakukan pengikatan (fiksasi fisik)
• Berikan medikasi (fiksasi farmakologis)
• Pertahankan pendekatan tenang, konsisten
• Review penanganan krisis yg telah dilakukan
• Asuhan kepada klien lain seperti biasanya
• Buat lingkungan kondusif
ISOLASI / SECLUTION
• 3 prinsip terapeutik pengasingan:
– Containment (penahanan)
– Isolation
– Menurunkan input sensori
• Prosedur pengasingan:
– Minta advis dokter
– Bagi tugas perawat: tunjuk satu perawat yg
berkomunikasi dg klien
– Pastikan bentuk perilaku sebagai alasan
pengekangan
– Jelaskan kepada klien dan keluarga ttg prosedur
pengekangan
– Buat kontrak dg klien untuk mengendalikan
perilakunya
– Anjurkan metode kontrol diri yang cocok
– Bantu memakai pakaian yang aman, lepas
perhiasan, hal-hal yg membahayakan
– Simpan barang-barang yang bisa membahayakan
klien
– Penuhi kebutuhan dasar klien
– Beri makanan dengan peralatan yang tidak mudah
pecah
– Lakukan monitoring secara rutin
• Nyatakan keberadaan perawat secara periodik
• Berikan obat jika pasien cemas atau agitasi
• Beri suasana psikologis yang nyaman
• Monitor ruang pengasingan secara periodik
• Evaluasi secara periodik kebutuhan pengekangan
klien
• Libatkan klien untuk memutuskan waktu bebas dari
pengekangan
• Tentukan kebutuhan untuk melanjutkan
pengekangan
• Dokumentasikan:
– Alasan pengekangan
– Respon klien
– Kondisi fisik klien
– Askep yg diberikan
– Alasan pengekangan
• Akhiri pengekangan jika klien telah dpt
mengendalikan perilakunya
• Jika tidak mampu dikendalikan dengan
pengasingan, pertimbangkan untuk
melakukan pengikatan
Restrain / Pengikatan
Klien PK
Isolasi Tenang
Obat
TERIMA KASIH