2. ILMIATUS SOLEHA 3. NI PUTU SRI MEGAYANTI 4. INDAH OKTAVIA PURNAMA 5. ROSA DELIMA YUNITRA 6. LINDA LUTFITA SARI 7. NINDI MARDIANA Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang abnormal dan di ukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda (corwin,2009) Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg (Smeltzer, 2010) 1. Kecepatan denyut jantung 2. Asupan tinggi garam 3. Stress berkepanjangan 4. Genetik 5. Usia 6. Pola hidup Sakit kepala serta pegal di bagian tengkuk saat terjadi kadang-kadang disertai mual dan muntah, yang diakibatkan oleh peningkatan tekanan darah intrakranium. Penglihatan kabur akibat kerusakan Hipertensif pada retina. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler. Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula impuls saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilapaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Stroke Infark miokard Gagal ginjal Retinopati Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah di bawah 140/90 mmHg. Efektifitas setiap program ditentukan oleh derajat Hipertensi, komplikasi biaya perawatan, dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi farmakologi yaitu tergantung tingkat keparahan hipertensi dan kondisi pasien (seperti adanya penyakit lain yang di derita) obat antihipertensi perlu di mulai berdasarkan pada dua kriteria yaitu tingkat tekanan darah sistolik dan diastolik, serta tingkata resiko kardiovaskular obat-obat yang biasa di gunakan yaitu: diuretic (thiazid), ACE inhibitor, Beta bloker, kalsium antagonis, alfa bloker, alfa beta bloker, angiotensin reseptor bloker dan vasodilator. pengobatan nonfarmakologis, termasuk penurunan berat badan, pembatasan alkohol, natrium dan tembakau; latihan relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap terapi anti-Hipertensi. Apabila pada penderita Hipertensi ringan berada dalam risiko tinggi (pria perokok) atau bila tekanan darah diastoliknya menetap, diatas 85 atau 95 mmHg dan siastoliknya diatas 130 sampai diatas 139 mmHg, maka perlu dimulai terapi obat-obatan (Smeltzer, 2010)