Anda di halaman 1dari 32

Laporan Kasus

Glaukoma sudut terbuka


primer
dan
Katarak Senilis Imatur
Marcell Arista 112017034
IDENTITAS PASIEN

 Nama : Tn. SA
 Umur : 69 tahun
 Jenis kelamin : Laki – laki
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Pensiun
 Alamat : Kp. Gadog
 Tanggal pemeriksaan : Senin, 1 Juli 2019
Keluhan

 Pasien datang ke Poli Mata RSUD Ciawi dengan keluhan utama mata kanan
dan kiri buram. Awal buram dirasakan sudah >5 tahun, dan semakin lama
semakin memburuk. Pasien terkadang dapat menabrak benda – benda saat
sedang berjalan. Pasien dapat melihat lingkaran disekitar cahaya. OS tidak
pernah mengalami keluhan penglihatan sebelumnya. Tidak ada keluhan nyeri
kepala hebat, mual, muntah, gatal, dan mata berair. Tidak ada riwayat
trauma pada kedua matanya.
Riwayat

 Riwayat glaucoma (-), kacamata (-), lensa Kontak (-), alergi (-), DM (-),
hipertensi (-), trauma mata (-), operasi mata (-).

Keluarga
 Ayah dg keluhan serupa

 Pengobatan
 Pasien sudah mencoba ke layanan primer, tetapi keluhan tidak membaik.
Status Generalis

 Keadaan umum : Tampak sakit sedang, gizi cukup


 Kesadaran : Compos mentis
 Tanda vital : Tekanan darah: 110/80 mmHg, suhu: Afebris
nadi: 86x/menit, pernapasan: 18x/menit
Anjuran Pemeriksaan penunjang

 Gonioskopi
Resume

 Pasien datang dengan keluhan utama mata kanan dan kiri buram sudah >5
tahun, dan semakin lama semakin memburuk. OS tidak pernah mengalami
keluhan penglihatan sebelumnya. Pasien terkadang dapat menabrak benda –
benda saat sedang berjalan. Halo +. Pada keluarga, Ayah memilik keluhan
yang serupa

 Pada pemeriksaan oftalmologis didapatkan penurunan visus yaitu OD 20/100


PH - OS 20/80 PH -, TIO OD N+/palpasi Air-puff tonometry : 24,1 mmHg TIO
OS N+/Palpasi Air-puff tonometry : 29,5 mmHg. Funduskopi : Papil N.II OD:
CDR 0,5 Papil N.II OS: CDR 0,6-0,7, konfrontasi : lebih sempit dari pemeriksa
DIAGNOSIS KERJA

 Glaukoma sudut terbuka primer ODS


 Katarak Senilis Imatur ODS
DIAGNOSIS BANDING

 Glaukoma bertekanan rendah


 Glaukoma sudut tertutup kronik
 Glaukoma sekunder dengan sudut terbuka
PENATALAKSANAAN

 Timolol 0,5 % eye drop 2x 1 tetes ODS


PROGNOSIS

 ad vitam : dubia ad bonam


 ad sanationam : dubia ad malam
 ad fungsionam : dubia ad malam
Glaukoma

 meningkatnya tekanan intraokuler yang disertai atropi papil saraf optik dan
pengecilan lapang pandang.
 melemahnya fungsi mata
 cacat lapang pandang
 ekskavasi serta degenerasi papil saraf optik
 kebutaan.
Epidemiologi

 (Amerika Serikat) 2.2 juta orang pada usia 40 tahun dan yang lebih tua mengidap
glaucoma
 5400 orang-orang menderita kebutaan
 orang kulit hitam, lima belas kali lebih menyebabkan kebutaan dibandingkan orang
kulit putih
 wanita dikarenakan mereka memiliki bilik mata depan yang lebih sempit
 usia dekade keenam atau ketujuh

 (Indonesia) Distribusi penyakit glaukoma di Indonesia sebesar 13,4%. Prevalensi


kebutaan akibat penyakit glaukoma sebesar 0,2%
Klasifikasi Glaukoma

Glaukoma Primer
 Glaukoma sudut terbuka
 tersering dijumpai
 0,4-0,7 % >40 tahun dan 2-3% orang berusia lebih dari 70 tahun
 Diduga diturunkan secara dominan atau resesif pada 50% penderita
 faktor resiko : diabetes melitus, hipertensi, kulit berwarna dan miopia.
 Mata tidak merah atau tidak terdapat keluhan
 tanpa disadari oleh penderita
 uji provokasi minum air, pilokarpin, uji variasi diurnal, dan provokasi steroid.
 Glaukoma sudut terbuka (lanj…)
 proses degeneratif di jalinan trabekular, pengendapan bahan ekstrasel di dalam
jalinan dan di bawah lapisan endotel kanalis Schlemm. Akibatnya adalah penurunan
aquoeus humor yang menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler.
 Glaukoma sudut tertutup
 pupil berdilatasi sedang disertai sumbatan pupil
 kekaburan penglihatan mendadak yang disertai nyeri hebat, mual serta
muntah.
 peningkatan mencolok tekanan intraokular, kamera anterior dangkal,
kornea berkabut, pupil terfiksasi berdilatasi sedang dan injeksi siliaris.
 Glaukoma sudut tertutup akut primer terjadi apabila terbentuk iris bombé
yang menyebabkan sumbatan sudut kamera anterior oleh iris perifer.
 Glaukoma Kongenital
 glaukoma kongenital primer : kelainan perkembangan terbatas pada
sudut kamera anterior
 anomali perkembangan segmen anterior - sindrom Axenfeld, anomali
Peter, dan sindrom Reiger. Disini perkembangan iris dan kornea juga
abnormal
 berbagai kelainan lain, termasuk aniridia, sindrom Sturge-weber,
neurofibromatosis, sindrom Lowe dan rubela kongenital : anomali
perkembangan pada sudut disertai dengan kelainan okular dan
ekstraokular lain.
 bermanifestasi sejak lahir pada 50% kasus, didiagnosis pada 6 bulan
pertama
 Gejala paling dini dan paling sering adalah epifora
 Peningkatan tekanan intraokular adalah tanda kardinal.
 Temuan-temuan lanjut : edema epitel, robekan membran Descemet,
COA dalam, edema dan kekeruhan lensa.
Glaukoma Sekunder
 terjadi akibat penyakit mata yang lain atau penyakit sistemik yang
menyertainnya, seperti:
 Akibat perubahan lensa, uvea, trauma, post operasi, kortikosteroid sistemik
atau topikal dalam jangka waktu yang lama.
Glaukoma Absolut
 stadium akhir
 terjadi kebutaan total, akibat tekanan bola mata memberikan gangguan
fungsi lanjut.
 kornea keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan ekskavasi
glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit. Sering dengan
mata buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga
menimbulkan penyulit berupa neovaskularisasi pada iris, keadaan ini
memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik.
Gejala

 insidious and usually asymptomatic, until it has caused a significant loss of


visual field.
 mild headache and eyeache.
 observant patient may notice a defect in the visual field.
 Reading and close work often present increasing difficulties owing to
accommodative failure due to constant pressure on the ciliary muscle and its
nerve supply. Therefore, patients usually complain of frequent changes in
presbyopic glasses
 delayed dark adaptation
TRIAS POAG

 TIO meningkat
 Glaucomatous cupping
 Defek lapang pandang
Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan Tekanan Bola Mata


 Ginioskopi
 Pemeriksaan Lapangan Pandang
 Funduskopi
Medikamentosa

Supresi Pembentukan Aquous Humor


 Penghambat adrenergik beta (beta blocker)
 Timolol maleat 0,25% dan 0,5%
 Betaksolol 0,25% dan 0,5%
 Levobunolol 0,25% dan 0,5%
 Metipranolol 0,3%
 Apraklonidin. agonis adrenergik α2
 Inhibitor karbonat anhidrase
 Asetazolamid → dosis 125-250 mg sampai 3x sehari peroral atau 500 mg sekali atau 2x
sehari atau secara IV (500 mg). Pemberian obat ini timbul poliuria.
 Diklorfenamid
 Metazolamid
Fasilitasi Aliran Keluar Aquoeus humor
 Obat parasimpatomimetik
 Pilokarpin : larutan 0,5-6% diteteskan beberapa kali sehari, gel 4% sebelum tidur.
 Demekarium bromide 0,125% dan 0,25%
 Ekotiopat iodide 0,03%-0,25%
 Epinefrin 0,25-2%. Diteteskan sekali atau 2x sehari, meningkatkan aliran
keluar aquoeus humor dan sedikit banyak disertai penurunan pembentukan
Aquoeus humor .
 Dipifevrin. Suatu prodrug epinefrin yang dimetabolisasi secara intraocular
menjadi bentuk aktifnya
Penurunan Volume Korpus Vitreum
 Obat-obat hiperosmotik
 Gliserin (gliserol)

Miotik, Midriatik dan Sikloplegik


Terapi Bedah & Laser

Iridektomi & Iridotomi Perifer


 membentuk komunikasi langsung antara kamera anterior dan posterior sehingga
beda tekanan di antara keduanya menghilang.
Trabekuloplasti Laser
 Penggunaan laser untuk menimbulkan luka bakar melalui suatu goniolensa ke
jalinan trabekular dapat mempermudah aliran akueus karena efek luka bakar
tersebut pada jalinan trabekular dan kanalis Schlemm serta terjadinya proses-
proses selular yang meningkatkan fungsi jalinan trabekular.
Bedah Drainase Glaukoma
 Tindakan bedah untuk membuat jalan pintas dari mekanisme drainase normal,
sehingga terbentuk akses langsung Aquoeus humor dari kamera anterior ke
jaringan subkonjungtiva atau orbita, dan dapat dibuat dengan trabekulotomi atau
insersi selang drainase.
Indications

 1. Uncontrolled glaucoma despite maximal medical therapy and laser


trabeculoplasty.
 2. Non-compliance of medical therapy and nonavailability of ALT.
 3. Failure with medical therapy and unsuitable for ALT either due to lack of
cooperation or inability to visualize the trabeculum.
 4. Eyes with advanced disease i.e., having very high IOP, advanced cupping
and advanced field loss should be treated with filtration surgery as primary
line of management.
 5. Recently, some workers are even recommending surgery as primary line of
treatment in all cases.
Prognosis

 tergantung pada penemuan dan pengobatan dini


 Glaukoma dapat mengakibatkan kebutaan total jika tidak diterapi.
 Apabila obat tetes anti glaukoma dapat mengontrol tekanan intraokular pada
mata yang belum mengalami kerusakan glaukomatosa luas, prognosis akan
baik

Anda mungkin juga menyukai