Anda di halaman 1dari 96

Pemicu 1C

Dias Azizah Putri 405110181


Kelompok 19
ANATOMI, HISTOLOGI DAN FISIOLOGI
PANKREAS
ENDOKRIN → cauda dan corpus pancreas :
pulau-pulau LANGERHANS.
Hormon dilepaskan ke dalam vena pankreatika
yang mengalirkan isinya ke dalam vena porta.
Pada preparat histologis, pankreas terbagi menjadi 2 jaringan dasar :
• Acini
– Jaringan yang menghasilkan enzim-enzim pencernaan, berupa lobulus dibagian akhir kelenjar
pankreas.
– Sifat serosa & mengandung butir-butir zymogen, suatu proenzim pepsinogen yang bersifat asidofil
– Di tengah pars terminal yg acinus itu sering kali terdapat sel centroacini yang memiliki sifat sbb:
• Inti kecil, oval, & aspeknya seperti ductus intercalaris
• Letak di llumen & asalnya dari ducus intercalaris yang tersayat
• Membran basalisnya tipis & tanpa myoepitel
• Pulau-pulau Langerhans
– Adalah jaringan yang di dalamnya tersebar sekelompok sel berbentuk pulau, dan menghasilkan
hormon ke dalam darah.
• Sel alpha --> sitoplasma bergranula merah
• Sel beta --> sitoplasma bergranula biru
Selain itu terdapat ductus :
• D.intercalaris
– Panjang & bentuk sel nya dari gepeng sampai kubis
– Letak intralobuler
• D. excretorius :
– Letak interlobuler
– Bentuk sel dari epitel torak rendah sampai kubus
– Pada ductus interlobaris banyak sel goblet
Pulau Langerhans
• Merupakan mikroorgan endokrin multihormonal di pankreas.

• Tampak sebagai kelompok bulat dengan sel-sel yang terpendam


dalam jaringan eksokrin pankreas.

• Setiap pulau terdiri atas sel-sel bulat atau poligonal pucat yang
tersusun berderet dan dipisahkan oleh suatu jalinan kapiler darah.

• Simpai serat retikulin halus mengelilingi setiap pulau dan


memisahkannya dari jaringan eksokrin pankreas yang berdekatan.
Pulau Langerhans
Terdiri atas sel-sel pucat dengan banyak pembuluh
darah
Sel A (alfa): glukagon, ACTH, Endorfin
Sel B (beta): insulin
Sel C (clear): sel cadangan
Sel D (delta): somatostatin (meghambat sekresi
insulin dan glukagon), vasoactive intestinal
peptide(glikogenolisis,motilitas dan aktivitas
sekretoris usus)
Sel PP (polipeptida pankreas): merangsang sekresi
enzim oleh lambung
Jenis Sel Kuantitas Posisi Hormon yang Fungsi Hormon
dihasilkan
A ~ 20% Biasanya di tepi Glukagon •Menghasilkan energi
yang disimpan sebagai
glikogen dan lemak
yang didapat melalui
glikogenolisis dan
lipolisis
•Me kan kadar glukosa
darah
B ~ 70% Daerah pusat Insulin •Memasukkan glukosa
ke dalam sel
•Me kan kadar glukosa
darah

D < 5% Bervariasi Somatostatin Menghambat


pelepasan hormon
insulin & glukagon

PP Jarang Bervariasi Polipeptida •Stimulasi sekresi enzim


pankreas lambung & usus
•Inhibisi motilitas usus
Fisiologi Pankreas
1. α (Glukagon)
Target : Hati, jaringan adiposa
Efek : merombak cadangan lipid, merangsang sintesis glukosa dan
pemecahan glikogen di hati, menaikan kadar glukosa.
Distimulasi oleh kadar glukosa darah yang rendah, dihambat oleh
somatostatin.

2. β (Insulin)
Target : Sebagian besar sel
Efek : membantu pengambilan glukosa oleh sel, menstimulasi
pembentukan dan penyimpanan glikogen dan lipid, menurunkan kadar
glukosa darah.
Distimulasi oleh kadar glukosa darah yang tinggi, dihambat oleh
somatostatin.
Fisiologi Pankreas
3. δ (Somatostatin)
Target : Sel langerhans lain, epitel saluran pencernaan
Efek : menghambat sekresi insulin dan glukagon, menghambat absorbsi
usus dan sekresi enzim pencernaan.
Distimulasi oleh makanan tinggi-protein, mekanismenya belum jelas.

4. F (Polipeptida pankreas)
Target : Organ pencernaan
Efek : menghambat kontraksi kantong empedu, mengatur produksi enzim
pankreas, mempengaruhi absorbsi nutrisi oleh saluran pencernaan.
Distimulasi oleh makanan tinggi-protein dan rangsang parasimpatis.
Fungsi Insulin & Glukagon
Insulin Glukagon
• Menurunkan kadar glukosa • Meningkatkan kadar glukosa
darah darah
• ↑ pengangkutan glukosa ke • ↑ glukoneogenesis
otot • ↑lipolisis
• ↑ transfer asam amino ke sel • Menghambat glikogenesis
• ↑ glikolisis, glikogenesis dan
lipogenesis
• Inhibisi glukoneogenesis
• Inhibitor lipolisis
INSULIN
Insulin Plasma Tinggi Insulin Plasma Rendah
(Keadaan Sesudah Makan) (Keadaan Puasa)
Hati Ambilan glukosa Produksi glukosa
Sintesis glikogen Glikogenolisis
Tidak adanya glukoneogenesis Glukoneogenesis
Lipogenesis Tidak adanya lipogenesis
Tidak adanya ketogenesis Ketogenesis
Otot Ambilan glukosa Tidak adanya ambilan glukosa
Oksidasi glukosa Oksidasi asam lemak & keton
Sintesis glikogen Glikogenolisis
Sintesis protein Proteolisis & pelepasan asam amino
Jaringan Ambilan glukosa Tidak ada ambilan glukosa
lemak Sintesis lipid Lipolisis & pelepasan asam lemak
Ambilan trigliserida Tidak ada ambilan trigliserida
BIOKIMIA INSULIN DAN GLUKAGON
Mekanisme Kerja Insulin
• Insulin berikatan dengan reseptor glikoprotein
pada permukaan sel target
• Hasil kerja :
*dalam beberapa menit, misal:
– Transport,
– Fofosforilasi protein(yang dapat memulainya kerja
insulin),
– Pengaktivan/inhibisi enzim,
– Sintesis RNA
RESEPTOR INSULIN
Merupakan suatu heterodimer yang terdiri 2
subunit : rantai α dan rantai β

Subunit α Subunit β
• B.M 135.000 : • B.M 95.000
• Seluruhnya terletak ekstrasel • Suatu protein transmembran
• Berfungsi mengikat insulin (mungkin • Berfungsi transduksi sinyal, o.k bagian
melalui domain yang kaya sistein) sitoplasma rantai βnya mempunyai
aktivitastirosinkinase dan tempat
autofosforilasi
Reseptor insulin :
• Disintesis & didegradasi secara konstan
• T1/2 = 7-12 jam
• Disintesis sebagai rantai tunggal didalam R.E.R
yang cepat mengalami glikosilasi di dalam
aparatus golgi
• Gen reseptor insulin terletak pada kromosom
19
Bila insulin terikat dengan reseptor, terjadi :
1. Perubahan konformasi reseptor
2. Reseptor melakukan ikatan silang (cross-link)
dan membentuk mikroagregate
3. Internalisasi untuk pengaturan dan
pertukaran
4. Terbentuk satu sinyal atau lebih
Pada kadar insulin tinggi, misal obesitas dan
akromegali
Maka reseptor insulin m↓ dan jaringan target
menjadi kurang sensitif terhadap insulin.
Regulasi m↓ terjadi akibat hilangnya reseptor
sebagai hasil proses internalisasi (down
regulation→dapat menerangkan terjadinya
resistensi insulin pada obesitas & DMTII
Kerja insulin
Jenis Glucose Transporter
Kerja glukagon
Diabetes Melitus
Diabetes Melitus
American Diabetes Asosiation (ADA):
• Merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau kedua – duanya .

WHO 1980:
• Suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi yang
merupakan akibat dari sejumlah faktor dimana didapat
defisiensi insulin absolut/relatif dan gangguan fungsi
insulin.
KLASIFIKASI ETIOLOGI DM  American Diaebetes Association 
I. Diabetes tipe 1 • Autoimun
• Idiopatik
II. Diabetes tipe 2 • Dominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin
relatif
• Defek sekresi insulin disertai resistensi insulin
III. Diabetes tipe lain •Defek genetik fungsi sel beta
• Maturity Onset Diabetes of the Young (MODY) 1,2,3
• DNA mitokondria
•Defek genetik kerja insulin
•Penyakit eksokri pankreas
• Pankreatitis
• Tumor/pankreatektomi
• Pankreatopati fibrokalkulus
•Endokrinopati : akromegali,sindrom Cushing, feokromositoma,
dan hipertiroidisme
•Karena obat/zat kimia
• Vacor,pentamidin,asam nikotinat
• Glukokortikoid, hormon tiroid
• Tiazid, dilantin,interferon α, dan lain-lain
•Infeksi : rubella kongenital, sitomegalovirus
•Penyebab imunologi yang jarang : antibodi anti-insulin
•Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM: sindrom
Down, sindrom Klinefelter,sindrom turner dan lain-lain
IV. Diabetes Melitus
Gestasional
DM tipe 1 DM tipe 2
Mudah terjadi ketoasidosis Tidak mudah terjdi ketoasidosis

Pengobatan harus dengan insulin Tidak harus dengan insulin

Onset akut Onset lambat

Biasanya kurus Gemuk atau tidak gemuk

Biasanya pada umur muda Biasanya > 45 tahun

Berhubungan dengan HLA-DR3 & Tidak berhubungan dengan HLA


DR4
Didapatkan islet cell antibody (ICA) Tidak ada islet cell antibody (ICA)

Riwayat keluarga diabetes (+) pada Riwayat keluarga (+) 30%


10 %
30-50% kembar identik terkena ± 100% kembar identik terkena
NORMAL (INSULIN SENSITIF) insulin
glukosa

reseptor insulin

pintu masuk sel

buka
buka

OTOT
Dibakar

Tenaga

Kadar glukosa darah normal


DIABETES insulin
glukosa

reseptor insulin

pintu masuk sel

tutup
tutup

Tidak ada glukosa

OTOT pembakaran tidak ada

Tenaga

Kadar glukosa darah meningkat


DIABETES MELITUS
DEFINISI DM
• American Diabetes Association (ADA) 2003
• penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-
duanya.
Epidemiologi
Belum
Bukan DM DM
pasti DM

Kadar glukosa darah


sewaktu:

Plasma vena <110 110 - 199 >200


Darah kapiler <90 90 - 199 >200

Kadar glukosa darah


puasa:

Plasma vena <110 110 - 125 >126

Darah kapiler <90 90 - 109 >110


KRITERIA DIAGNOSIS DM

• Gejala klasik DM + glukosa darah sewaktu > 200mg/dL


(11,1 mmol/L)
atau
• Gjl klasik DM + kadar glukosa darah puasa >=126 mg/dL
(7.0 mmol/L)
atau
• Kadar glukosa darah 2 jam pada TTGO>= 200 mg/dL
KLASIFIKASI ETIOLOGI
DM American Diaebetes Association
I. Diabetes tipe 1 • destruksi sel β, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut
• Autoimun
• Idiopatik
II. Diabetes tipe 2 • Dominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif
• Defek sekresi insulin disertai resistensi insulin

III. Diabetes tipe •Defek genetik fungsi sel beta


lain • Maturity Onset Diabetes of the Young (MODY) 1,2,3
• DNA mitokondria
•Defek genetik kerja insulin
•Penyakit eksokri pankreas
• Pankreatitis
• Tumor/pankreatektomi
• Pankreatopati fibrokalkulus
•Endokrinopati : akromegali,sindrom Cushing, feokromositoma, dan hipertiroidisme
•Karena obat/zat kimia
• Vacor,pentamidin,asam nikotinat
• Glukokortikoid, hormon tiroid
• Tiazid, dilantin,interferon α, dan lain-lain
•Infeksi : rubella kongenital, sitomegalovirus
•Penyebab imunologi yang jarang : antibodi anti-insulin
•Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM: sindrom Down, sindrom
Klinefelter,sindrom turner dan lain-lain

IV. Diabetes Melitus Gestasional (DMG)


Karakteristik untuk membedakan DM tipe 1 dan 2

DM tipe 1 DM tipe 2
• Mudah terjadi ketoasidosis • Tidak mudah terjadi
• Pengobatan harus dg insulin ketoasidosis
• Onset akut • Tidak harus dg insulin
• Biasanya kurus • Onset lambat
• Biasanya pada umur muda • Gemuk atau tidak gemuk
• Berhubungan dg HLA DR3 & • Biasanya > 45 thn
DR4 • Tidak berhubungan dg HLA
• Didapatkan Islet Cell Antibody • Tidak ada Islet Cell Antibody
(ICA) (ICA)
• Riwayat keluarga diabetes (+) • Riwayat keluarga diabetes (+)
pada 10% pada 30%
• 30-50% kembar identik terkena • ±100% kembar identik terkena
KARAKTERISIK DM TIPE I DM TIPE II
Mungkin normal atau melebih
Tingkat sekresi insulin Tidak ada atau hampir tidak ada
normal
Usia awitan yang lazim Biasa < 40 (tp tidak selalu) Biasa > 40 (tp tidak selalu)
Presentasi insiden 10-20% 80-90%
Penurunan kepekaan sasaran
Defek dasar Destuksi sel β
terhadap insulin
Keterkaitan dengan kegemukan Tidak Biasanya
Kecepatan perkembangan gejala Cepat Lambat
Timbulnya ketoasidosis Sering jika tidak diobati Jarang
Kontrol makanan dan
Penyuntikan insulin,
Pengobatan penurunan berat badan; kadang
penanganan makanan
kadang hipoglikemik oral
Perawakan Biasanya kurus Gemuk/tdk gemuk

HLA HLA-DR3&DR4 Tak berhubungan dengan HLA


Islet Cell Antibody (ICA) ada Tdk ada

Riwayat keluarga diabetes (+) 10% (+) 30%

Kembar identik terkena 30-50% ± 100%


Faktor Risiko DM tipe 2
• Usia > 45 tahun
• Kegemukan (BB>120% idaman atau IMT>25 kg/m2)
• Hipertensi (TD ≥140/90 mmHg)
• Riwayat keluarga DM
• Riwayat melahirkan bayi dengan BB>4000 gram
• Riwayat DM pada kehamilan (DM gestasional)
• Riwayat TGT atau GDPT
• Penderita PJK,TBC, Hipertiroidisme
• Kadar lipid (Kolesterol HDL ≤ 35 mg/dl dan atau trigliserid ≥
200 mg/dl)
• Gaya hidup tidak aktif
• Ras / etnis tertentu
• Polycystic ovary syndrome atau acanthosis nigricans
• Riwayat penyakit vaskuler
Risk Factors for Type 2 DM
Glucose tolerance based on the FPG:
(1) FPG < 5.6 mmol/L (100 mg/dL) : normal
(2) FPG = 5.6–6.9 mmol/L (100–125 mg/dL) : IFG
(3) FPG 7.0 mmol/L (126 mg/dL) : DM

Glucose tolerance based on the OGTT:


(1) PG < 7.8 mmol/L (140 mg/dL) : normal
(2) PG = 7.8 – 11.1 mmol/L (140 and 199 mg/dL) : IGT
(3) PG > 11.1 mmol/L (200 mg/dL) : DM
2 h after a 75-g oral glucose load

Individuals with IFG and/or IGT → pre-diabetes:


↑risk of type 2 DM (25–40% risk over the next 5 years)
↑risk of cardiovascular disease

IFG : Impaired Fasting Glucose


IGT : Impaired Glucose Tolerance
Intervensi Farmakologis

Intervensi farmakologik ditambahkan jika


sasaran GD blm tercapai dgn TGM & latihan
jasmani
Indikasi Obat Hipoglikemik Oral:
- Diabetes setelah umur 40 tahun
- Diabetes kurang dari 5 tahun
- Memerlukan insulin kurang dari 40 unit
perhari
- DM tipe II
A.Obat Hipoglikemik Oral
1. Pemicu sekresi insulin :
1. Sulfonilurea
2. Glinid
2. Penambah sensitivitas terhadap insulin
1. Biguanid
2. Tiazolidindion
3. Penghambat glukosidase alfa
4. Incretin mimetic, penghambat DPP-4
B.Insulin
Nama Generik Merk dagang Dosis harian Dosis awal Lama kerja Frekuensi
(mg) (mg) (jam) pemberian
1. Sulfonilurea :

Khlorpropamid •Diabinese 100 - 500 - 24 - 36 1


(100-250 mg)
Glibenclamid •Daonil 2,5 - 5 - 12 - 24 1-2
(2,5-5 mg) •Euglucon
Glipizid (5 mg- •Minidiab 5 - 20 5 10 - 16 1–2
10 mg) •Glucotrol XL 1
Gliclazid •Diamicron 30 - 120 30 24 1
MR (30 mg)
•Diamicron
80 mg
Gliquidon (30 Glurenorm 30 - 120 30 - 1-3
mg)
Glimepirid •Amaryl (1 6 1 - 1
mg, 2 mg, 3
mg, 4 mg)
•Matrix
Pengelolaan Farmakologis DM
Nama Generik Merk dagang Dosis harian Dosis awal Lama kerja Frekuensi
(mg) (mg) (jam) pemberian
2. Glinid

Repaglinide •Novonorm 6 0,5 - 1-3


(0,5 mg, 1 mg,
2 mg)
3. Gol. Biguanid

Metformin •Glucophage 250 – 3.000 - 6-8 1-3


(500-850 mg) •Diabex
•Neodipar

4. Gol. Tiazolindion/Glitazon

Pioglitazone (15 Actos 15 - 30 15 24 1


mg - 30 mg)
Pengelolaan Farmakologis DM
Nama Generik Merk dagang Dosis harian Dosis awal Lama kerja Frekuensi
(mg) (mg) (jam) pemberian
5. Gol. Penghambat Alfa glukosidase

Acarbose (50 – Glucobay 50 - 300 1-3


100 mg)
6. Kombinasi

Metformin Glucovance 250/1,25 – 250/1,25 6 - 24 1–4


dengan 1000/5
Glibenklamid
(250/1,25 mg,
500/2,5 mg)
7. Inkretin (Penghambat DPP IV)

Sitagliptin
(Januvia) (100
mg dan 50 mg)
Vildagliptin
(Galvus)
Efek obat hipoglikemik oral

Obat Absorbsi Sekresi Insulin Produksi Kerja Insulin


Karbohidrat Glukosa Hati

Sulfonilurea 0   

Metformin ? 0  

Acarbose  0  0

Insulin 0   

Glitazon 0 0 0 
4 tipe insulin
1. Insulin kerja cepat
 bekerja cepat, tetapi cepat habis. Puncak 2-3 jam,
habis 6 jam.
– Contoh : Insulin Regular, Cristalin Insulin, Actrapid,
Humulin R.
– Insulin Reguler merupakan satu-satunya produk insulin
yang cocok untuk pemberian intravena.
2. Insulin kerja sedang
 puncak 3-6 jam, habis 12-24 jam
– Contoh : NPH, Lente, Monotard, Insulatard.
– NPH mengandung protamin dan sejumlah zink, yang
keduanya kadang mempunyai pengaruh sebagai reaksi
imunologi, seperti urtikaria pada lokasi suntikan.
3. Insulin kerja panjang
 puncak 12-24 jam, habis 36 jam
– Contoh : PZI, Ultralente.
4. Insulin campuran
 antara insulin kerja cepat-sedang
– Contoh : Mixtard, Insulin Mix
Prinsip pemberian insulin :
• emergency berikan regular insulin.
• Pada permulaan pemberian insulin, coba injeksi tunggal
dengan intermediate acting insulin.
• Mulai dengan dosis kecil, dinaikkan secara perlahan
• Untuk merubah dosis, tunggu beberapa hari sampai 1
minggu.
• Jika kontrol sukar, berikan intermediate acting insulin 2 kali
sehari.
• Harus dihindarkan terjadinya hipoglikemia

Tujuan pemakain insulin :


 kadar gula darah PP < 200 mg/dl (idealnya 160 mg/dl)
 kadar gula darah sebelum makan 60-130 mg/dl
(idealnya 70-100 mg/dl)
• Indikasi pemakaian insulin :
– DM tipe 1
– DM tipe 2 yang tidak berhasil dikelola dengan obat
hipoglikemi oral dosis maksimal.
– DM gestasional, bila diet saja tidak dapat
mengendalikan kadar gula darah.
– Keadaan stress berat seperti pada infeksi berat,
tindakan pembedahan, infark miokard akut atau
stoke.
– Ketoasidosis diabetic dan koma hiperosmolar.
– Gangguan fungsi hati dan ginjal berat.
– DM dengan infeksi akut (selulitis atau ganggren).
Efek Samping Insulin
1. Hipoglikemia
 suntikan insulin dosis biasa, makan kurang.
 kerja fisik berlebihan, makan tidak ditambah
gejala :- gangguan otak (lesu, lemah, sulit bicara, kejang-coma)
- gangguan parasimpatik (lapar, mual, tensi turun)
- gangguan simpatis (keringat dingin, bibir-tangan gemetar)
2. Fenomena Somogyi
– Dosis insulin yang terlalu tinggi pada sore hari menyebabkan timbulnya hipoglikemia pada malam
hari. Hal ini merangsang sekresi glukagon, menyebabkan hiperglikemia pada pagi harinya.
3. Fenomena Dawn
– Tingginya kadar gula darah pagi hari karena dosis insulin sore hari yang kurang.
4. Insulin Lipodistrofi
– Timbulnya hipertrofi atau hipotrofi jaringan lemak di tempat suntikan, karena menyuntik di
tempat sama.
5. Reaksi alergi local pada tempat suntikan
6. Insulin Resisten

Apabila untuk mencegah hiperglikemia dan ketosis diperlukan insulin > 200
U/hari. Hal ini disebabkan timbulnya antibody terhadap insulin. Terapi :
Prednison 80-100 mg/hari.
Kriteria pengendalian DM
Baik Sedang buruk
Glukosa darah (mg/dl)
- puasa 80-100 110 -125 ≥126
- 2 jam postprandial 80- 14 145 -179 ≥ 180

A 1 c (%) < 6,5 6,5 - 8 ≥ 8


Kol. Total (mg/dl) < 200 200 - 239 ≥ 240
Kol.LDL (mg/dl) < 100 100 - 129 ≥ 130
Kol.HDL (mg/dl) > 45
Trigliserida (mg/dl) < 150 150 - 199 ≥ 200
IMT (kg/m2) 18,5 - 23 23 - 25 > 25
Tekanan darah (mmHg) ≤ 130/80 130 – 140/80-90 > 140/90
Patofisiologi
Stefan Sibernagl, Color Atlas of Pathophysiology (Thieme 2000)
Komplikasi jangka panjang diabetes
Organ/jaringan yg
Yg terjadi Komplikasi
terkena

Plak aterosklerotik terbentuk & menyumbat


arteri berukuran besar atau sedang di jantung, Sirkulasi yg jelek menyebabkan
otak, tungkai & penis. penyembuhan luka yg jelek & bisa
Pembuluh darah Dinding pembuluh darah kecil mengalami menyebabkan penyakit jantung,
kerusakan sehingga pembuluh tidak dapat stroke, gangren kaki & tangan,
mentransfer oksigen secara normal & impoten & infeksi
mengalami kebocoran

Terjadi kerusakan pada pembuluh darah kecil Gangguan penglihatan & pada
Mata
retina akhirnya bisa terjadi kebutaan

Penebalan pembuluh darah ginjal Protein bocor


Fungsi ginjal yg buruk
Ginjal ke dalam air kemih Darah tidak disaring secara
Gagal ginjal
normal
Kelemahan tungkai yg terjadi
Kerusakan saraf karena glukosa tidak secara tiba-tiba atau secara
Saraf dimetabolisir secara normal & karena aliran perlahan Berkurangnya rasa,
darah berkurang kesemutan & nyeri di tangan &
kaki Kerusakan saraf menahun

Tekanan darah yg naik-turun


Sistem saraf Kerusakan pada saraf yg mengendalikan Kesulitan menelan & perubahan
otonom tekanan darah & saluran pencernaan fungsi pencernaan disertai
serangan diare

Berkurangnya aliran darah ke kulit & Luka, infeksi dalam (ulkus


Kulit hilangnya rasa yg menyebabkan cedera diabetikum) Penyembuhan luka
berulang yg jelek

Mudah terkena infeksi,


Darah Gangguan fungsi sel darah putih terutama infeksi saluran kemih
& kulit

Glukosa tidak dimetabolisir secara normal


Sindroma terowongan karpal
Jaringan ikat sehingga jaringan menebal atau
Kontraktur Dupuytren
berkontraksi
Patofisiologi
Stefan Sibernagl, Color Atlas of Pathophysiology (Thieme 2000)
Hipoglikemia
• penurunan kadar glukosa darah dibawah 60 %
• karena ketidakmampuan hati memproduksi glukosa.

• Disebabkan
– penurunan bahan pembentuk glukosa
– penyakit hati
– ketidakseimbangan hormonal
• Tanda hipoglikemia saat glukosa darah <50 mg/dL
o Std. parasimpatik
o lapar,
o Mual
o TD turun
o Std. ggg otak ringan ( glukosa darah <40 mg/dl )
o lemah, lesu
o sulit bicara
o bingung, mengantuk
o Std. Simpatik
o keringat dingin
o berdebar-debar
o Std. ggg otak berat ( glukosa darah <20 mg.dl )
o koma dgn atau tanpa kejang
o meninggal
Etiologi hipoglikemia :
• DM stadium dini

• pengobatan DM
o Penggunaan insulin
o Penggunaan sufonilurea
o Bayi yang lahir dari ibu yang DM

• tidak berkaitan DM
o Hiperinsulinisme alimenter post gastrektomi
o Insulinoma
o Penyakit hati berat
o Tumor ekstra pankreatik
o hipopituitarisme
PENGOBATAN HIPOGLIKEMI

Stadium permulaan • pemberian gula murni (2 sendok makan) atau


(sadar) sirup, permen dan makanan yang mengandung
hidrat arang
• stop obat hipoglikemik, periksa GDS

Stadium lanjut • penanganan harus cepat dan tepat


• beri larutan glukosa 40% sebanyak 2 flakon IV
setiap 10-20 menit
• beri cairan dextrose 10% per infus 6 jam per kolf
• bila belum teratasi, beri antagonis insulin
(adrenalin, kortison atau glukagon)
Hiperglikemia
• Hiperglikemik non ketotik ditandai dengan hiperglikemi
berat non ketotik atau asidosis ringan.

• Pada keadaan lanjut dapat menjadi koma (sindrom


hiperglikemik berat, hiperosmolar, dehidrasi berat tanpa
ketoasidosis disertai menurunnya keasadaran).

• Pengobatan utama : rehidrasi ( memberikan cairan untuk


mengatasi dehidrasi yaitu NaCl dengan insulin dosis kecil )
Rehidrasi
• NaCl isotonik atau hipotonik setengah N 1000 ml/jam
sampai cairan intravaskular membaik.
• Pemberian cairan isotonik dipertimbangkan untuk
pasien dengan gagal jantung, penyakit ginjal atau
hipernatremia
• Glukosa 5% diberikan jiika GD 200-250mg%

Insulin
• pasien hiperosmolar hiperglikemik non
ketotik sensitif terhadap insulin
• pemberian insuli drip sangat dianjurkan

Kalium
• pemberian kalium dikurangi jika tampak
fungsi ginjal membaik

Hindari infeksi sekunder


• Hati-hati dengan suntikkan, pemasangan
infus set, kateter, dll.
Ketoasidosis Diabetik
Glukagon ↑
Insulin ↓

Jaringan lemak Hati Hati Jaringan tepi

Lipolisis ↑ Ketogenesis ↑ Glukoneogenesis ↑ Pengunaan glukosa ↓

Asidosis (ketosis)
Asidosis (ketosis)

Diuresis osmotik
KHAS HIPERGLIKEMI :
Kesadaran menurun dan dehidrasi berat
Hipovolemia
KHAS KAD :
Dehidrasi
Hiperglikemi berat dengan ketosisasidosis
Ketoasidosis Diabetik
Rehidrasi
• NaCl 0.9% sebanyak 1 liter pada 30 menit pertama, kemudian
0.5 liter pada menit kedua
• Plasma expnader berguna dalam keadaan syok
• Bila GD < 200 mg/dL, NaCl diganti dengan dextrose 5%

Insulin
• Diberikan pada jam kedua dalam bentuk bolus (IV) dosis
180mU/kgBB, lanjutkan 90mU/jam/kgBB.
• Bila GD < 200mg/dL kecepatan dikurangi menjadi
45mU/jam/kgBB
• Bial GD sabil lanjutkan drip insulin 1-2 unit/jam

Bikarbonat
• Koreksi natrium bikarbonat dilakukan bila pH <7,1

Kalium
• Diberikan pada pasien yang tidak syok
• Dapat dilakukan per infus, per oral (sadar)

Antibiotik
• Untuk mencegah infeksi dan mecegah luasnya infeksi
• Sefalosporin 2 – 3 gr IV / harii atau floxacine
Nefropati Diabetika
• Sindrom klinis pada pasien DM yang ditandai dengan albuminuria
menetap (>300mg/24jam atau >200ig/menit) pada minimal 2x
pemeriksaan dalam 3-6 bulan.
• Gula darah kurang terkendali
– GDP >140-160mg/dL
– HbA1c >7-8%

Etiologi :
• Faktor genetis
• Kelainan hemodinamik (pe↑an aliran darah ke ginjal dan LFG, pe↑an
tekanan intraglomerulus)
• Hipertensi sistemik
• Sindrom resistensi insulin
• Radang
• Hiperlipidemia
• Aktivasi PKC
Etiologi :
• Perubahan permeabilitas pembuluh darah
• Asupan protein berlebih
• Gangguan metabolik (kelainan metabolisma poliol,
pembentukan AGEs, pe↑an sitokin)
• Pelepasan GF
• Kelainan metabolisme karbohidrat/ lemak/ protein
• Kelainan struktural (hipertrofi glomerulus, dll)
• Gangguan pompa ion (pe↑an Na+-H+ pump dan pe↓an
Ca2+-ATPase pump)
Diabetic Foot Ulcer
• Hiperglikemia  kelainan neuropati 
kelainan pembuluh darah  perubahan pada
kulit dan otot  ulkus.
• Klasifikasi:
– Stage 1: normal foot
– Stage 2: high risk foot
– Stage 3: ulcerated foot
– Stage 4: infected foot
– Stage 5: necrotic foot
– Stage6: unsalvable foot

Anda mungkin juga menyukai