stigma? • Stigma adalah anggapan yang salah tentang sesuatu atau seseorang yang menyebabkan orang tersebut dianggap memiliki status sosial yang tidak sederajat dengan yang lain. • Mereka sering mendapatkan julukan (mark of shame) atau dicela. Stigma lebih sering merupakan kabar angin yang dihembuskan berdasarkan reaksi emosi untuk mengucilkan. Mereka sering diperlakukan tidak manusiawi padahal mereka membutuhkan bantuan. • Stigma banyak timbul di kalangan masyarakat tertentu, namun bisa juga timbul dari diri sendiri yang disebut sebagai self stigma. • Self Stigma adalah persepsi yang salah yang diterima seseorang sebagai label dirinya sehingga ia menganggap dirinya seperti anggapan negatip masyarakat pada umumnya. Tidak jarang keluarga juga mengalami stigma. Bila salah seorang anggota keluarga menderita gangguan jiwadianggap aib bagi keluarga. Hal ini semakin membuat ODGJ semakin terpuruk. 4 Unsur Utama Stigma • Labeling karakteristik ODGJ dianggap berbeda secara nyata dengan orang kebanyakan. Mereka diaggap memiliki identitas dan karateristik yang sama sesuai label yang diberikan • Stereotipe Menghakimi bahwa semua ODGJ memiliki karakteristik yang sama sebagai sebuah “kebenaran” • Pemisahan ODGJ diangap memiliki identitas yang berbeda dengan orang “normal”. • Kehilangan status & diskriminasi ODGJ tidak dihargai, ditolak statusnya sebagai orang kebanyakan dan mendapat perlakuan yang berbeda. Contoh Stigma Pada ODGJ • Malas • Bodoh • Tidak berharga • Idiot • Tidak aman untuk bersama (Unsafe to be with) • Kekerasan • Tidak dapat dikendalikan • Selalu membutuhkan pengawasan • Dirasuki setan • Sebagai penerima azab Tuhan (Recipients of divine punishment) • Tidak dapat diperkirakan prilakunya • Tidak dapat diandalkan • Tidak bertanggung jawab • Tidak dapat diobati • Tidak memiliki nurani • Tidak dapat menikah dan membesarkan anak • Tidak mampu bekerja • Semakin tidak sehat sepanjang hidupnya • Selalu membutuhkan rawat inap RS • Gangguan jiwa selalu dianggap sebagai gangguan psikotik. Apa dampak dari stigma? • Keengganan ODGJ dan keluarganya untuk mencari bantuan • Isolasi (mengucilkan diri) dan enggan mencari informasi yang benar • Harga diri dan kepercayaan diri berkurang • Dengan sengaja “menghilangkan” identitas ODGJ dalam dokumen keluarga (kartu keluarga) dan tidak layak mendapatkan KTP • Tidak dianggap layak menerima pinjaman, asuransi kesehatan, pendidikan dan pekerjaan • ODGJ dan keluarga menjadi terisolasi secara sosial sehingga berpotensi meningkatkan beban pikiran dan perasaan. • Program kesehatan jiwa sering tidak dianggap penting dan tidak masuk dalam prioritas kebijakan. • Sedikitnya sumber daya dan dana yang tersedia untuk kesehatan jiwa dibandingkan dengan bidang kesehatan lainnya Bagaimana Cara Melawan Stigma • Pendidikan kepada masyarakat tentang gangguan jiwa (angka kejadian, penyebab, gejala, pengobatan, mitos dan fakta tentang gangguan jiwa) • Pelatihan tentang peningkatan kesadaran tentang kesehatan jiwauntuk guru dan petugas kesehatan • Kampanye publik • Psikoedukasi bagi konsumen dan keluarga tentang bagaimana hidup dengan orang yang memiliki gangguan jiwa • Pemberdayaan organisasi konsumen dan keluarga • Peningkatan pelayanan kesehatan jiwa (kualitas, akses, deinstitutionalization, kepedulian masyarakat) • Legislasi pada hak-hak penyandang gangguan jiwa • Advokasi media massa kepada penentu dan pemangku kebijakan • Pemberdayaan media massaagar menyampaikan informasi yang benar tentang kesehatan jiwa MENGELOLA STIGMA PADA GANGGUAN JIWA Mengelola Self Stigma • Stigma tidak hanya datang dari orang lain dapat juga datang dari diri kita sendiri. Tanpa disadari seseorang telah “menyetujui” label yang diberikan orang lain atas dirinya sendiri. Kemudian ia menganggap dirinya sama seperti anggapan orang. • Self stigma membuat ODGJ dan keluarganya menjadi sulit berkembang dan seolah melakukan penelantaran atas dirinya. Kekuatan mengelola stigma terutam pada diri sendiri karena seperti kata bija “Tidak seorangpun akan merendahkanmu tanpa ijinmu”. Untuk mengelola stigma sebaiknya keluarga dan relawan melakukan sikap • Memberikan pemahaman agar mereka tidak terlalu mengambil hati anggapan negatif masyarakat. Bisa saja anggapan negatif itu muncul karena ketidak tahuan tentang apa dan bagaimana gangguan jiwa ditinjau dari aspek kesehatan. • Tunjukkan potensi dan dukungan yang tulus agar mereka yang mengalami gangguan jiwa bisa bermakna. • Bergabunglah dengan kelompok pendukung. Bertukar pikiran dan saling berbagi pengalaman. • Berpeganglah pada fakta ilmiah bahwa gangguan jiwa bisa dialami oleh siapa saja dan disebabkan oleh faktor biologi, psikologi dan sosial bukan seperti anggapan umum yang mengkaitkan gangguan jiwa dengan hal hal supranatural. • Tunjukkan bahwa penderita gangguan jiwa bukan orang jahat. Kalaupun ada perilaku yang dianggap masyarakat merugikan bukan karena mereka “jahat” tapi lebih sebagai bagian dari gejala gangguan jiwa. Sebenarnya gejala tersebut dapat dikendalikan dengan pengobatan teratur dan dukungan sosial yang memadai. • Cari pertolongan medis, disiplin minum obat dan jalin kerjasama dengan dokter. Jangan menghentikan atau mengatur dosis sendiri tanpa ijin dokter. • Sampaikan pengalaman sebagai ODGJ/ODS sebagai testimoni untuk memberi spirit pada sesama dan memberi pengetahuan pada masyarakat. • Jangan biarkan stigma menimbulkan sikap meragukan diri sendiri atau menilai negatif diri sendiri karena setiap manusia mempunyai kekurangan. • Mencoba memahami bahwa manusia mempunyai kelebihan dan kekurangan. Lebih berfokus pada kelebihan atau potensi diri dari pada larut dalam kekurangan. Mengelola Stigma Masyarakat • Menghilangkan stigma gangguan jiwa di masyarakat memang tidak mudah. Namun kita perlu untuk berusaha menurunkan stigma dan mengelolanya dengan harapan di masa yang akan datang akan hilang dengan sendirinya. • Penanganan stigma tersebut memerlukan pendidikan dan kemauan yang keras dari ODGJ dan ODS, kelurganya, kelompok pendukung dan profesional di bidang kesehtan jiwa. Perlu keberanian untuk ikut terlibat tidak sekedar menjadi penonton. Berikut adalah berbagai cara untuk menurunkan dan mengelola stigma di masyarakat
• Berhentilah menjadikan topik gangguan jiwa
sebagai lelucon • Lakukan advokasi kepada pemangku kebijakan dengan mengajak ODGJ/dan keluarganya agar aspirasi mereka dapat didenganr. • Membuat gerakan publik dengan melibatkan semua elemen baik ODGJ, keluarga, kelompok pendukung dan profesional • Melakukan kampanye tantang kesehatan jiwa agar masyarakat dapat memahami gangguan jiwa secara proporsional. • Memberikan kesempatan ODGJ untuk berkarya, bekerja dan terlibat dalam aktivitas sosial • Memanfaatkan media massa dan media sosial untuk mengkampanyekan tentang kesehatan jiwa. • Berikan contoh bagaimana memperlakukan ODGJ serta keluarganya. • Mengajak ODGJ terlibat dalam kegiatan ibadah • Kembangkan diskusi tentang gangguan jiwa di forum resmi maupun tidak resmi • Sisipkan pesan tentang kesehatan jiwa melalui media seni dan budaya • Mendorong ODGJ untuk berani menceritakan tentang pengalaman hidup, bagaimana dia berusaha bangkit dari keterpurukannya dan menjadi inspirasi buat orang lain.