DEFINISI
GEJALA KELELAHAN EMOSIONAL YANG DISEBABKAN OLEH TINGGINYA TUNTUTAN
PEKERJAAN, PADA SITUASI DI MANA IA HARUS MELAYANI KEBUTUHAN BANYAK
ORANG
3
• Cherniss (1980), burnout adalah penarikan diri secara psikologis dari pekerjaan
yang dilakukan sebagai reaksi atas stres dan ketidakpuasan terhadap situasi kerja
yang berlebihan atau berkepanjangan
• Maslach (1982), burnout merupakan respon terhadap situasi yang menuntut secara
emosional dengan adanya tuntutan dari penerima pelayanan yang memerlukan
bantuan, pertolongan, perhatian, maupun perawatan dari pemberi pelayanan
• Freundenberger (1990 dalam Hazell), burnout merupakan suatu keadaan lelah atau frustasi
yang terjadi karena seseorang bekerja terlalu keras untuk mencapai harapan - harapannya
tanpa memperhatikan kebutuhan - kebutuhan dirinya sendiri.
• Bernadin (dalam Rosyid, 1996) menggambarkan burnout sebagai suatu keadaan yang
mencerminkan reaksi emosional pada orang yang berkerja pada bidang pelayanan
kemanusiaan (human sevices) dan bekerja erat dengan masyarakat.
1. Kelelahan emosional
pada dimensi ini akan muncul perasaan frustasi, putus asa, tertekan dan terbelenggu oleh
pekerjaan
2. Depersonalisasi
pada dimensi ini akan muncul sikap negatif, kasar, menjaga jarak dan tidak peduli dengan
lingkungan sekitar
3. Reduced personal accomplishment(rendahnya penghargaan diri)
pada dimensi ini akan ditandai dengan adanya sikap tidak puas terhadap diri sendiri, pekerjaan
dan bahkan kehidupan.
Menurut Cherniss mengatakan bahwa faktor penyebab terjadinya stress kerja adalah
1. orientasi yang kurang (poor orientation
2. beban kerja tinggi (high work load)
3. rutinitas (routine)
4. kontak terhadap klien yang sempit (narrow scope of client contact)
5. kurangnya otonomi (lack of autonomy)
6. tujuan institusi yang tidak sejalan (incongruent institutional goals)
7. kurangnya kepemimpinan dan supervise (poor leaderhip and supervision practices)
8. isolasi sosial (social isolation).
• Burnout sama tinggi pada perawat rawat inap dan rawat jalan sedangkan yang rendah rawat inap lebih besar dari
pada rawat jalan
• Umur 20-30 resiko lebih kecil dari pada 31-40 dikarnakan usia muda masih semangat dalam menjalani
profesinya berdeda dengan sudah lama bekerja sudah banyak beban interpersonal sehingga angka burnout lebih
tinggi
• Jenis kelamin wanita lebih tinggi dari laki-laki karna beban harus meninggalkan keluarga untuk bekerja dan
beban emosional
• Jenjang pendidikan terahir S1 lebih tinggi angka burnout karna memiliki harapan yang tinggi sebagai kepala
ruangan dan ketua tim.
• Lamanya bekerja 1-10 tahun cendrung lebih rendah ketimbang pada 11-20 tahun bekerja yang mengalami
burnout
1. Rumah Sakit mengadakan pelatihan on job training tentang asuhan keperawatan secara
berkala.
2. Mengadakan kegiatan yang bersifat refreshing secara bersama-sama untuk
mengurangi kejenuhan kerja dan membina interaksi sosial yang baik antara sesama perawat
maupun atasan
3. Membuat job description untuk perawat-perawat pelaksana, sehingga pekerjaan yang
dilakukan sesuai tugas dan tanggung jawabnya
4. Memperhatikan sarana dan prasarana khususnya penerangan pada malam hari.
5. Mengadakan rapat internal di tiap ruangan rawat inap (satu bulan sekali) oleh kepala ruangan yang
dihadiri satu tim diruangan tersebut yang berguna untuk menyalurkan aspirasi dan keluhan perawat pelaksana
dalam bekerja.
6. Meningkatkan keterampilan perawat pelaksana khususnya keterampilan psikologis dalam
pengendalian diri dan mempertahankan sikap positif
7. Menanamkan nilai budaya yang dianut rumah sakit sehingga dapat tercipta lingkungan kerja yang
baik, sejalan dan selaras dengan visi, misi dan tujuan dari rumah sakit yang dapat meningkatkan kinerja dan
mutu rumah sakit serta memberikan dukungan kerja kepada sesama perawat.
8. Mempertahankan kebugaran dengan olahraga yang teratur, makan yang sehat dan bergizi,
tidur yang cukup dan menikmati hobi yang digemari.
9. Meningkatkan kecerdasan emosional serta mengintensifkan hubungan sosial dengan
lingkungannya agar terbentuk dukungan sosial yang baik dan kondusif
10. Meningkatkan kemampuan dan juga kompetensi diri, baik melalui diklat yang diadakan
pihak rumah sakit maupun pelatihan di luar rumah sakit.
1. Eliyanan. Jurnal Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Burnout Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap
RSJ Provinsi Kalimantan BaratTahun 2015. Jakarta :Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
2015
2. Mariyanti S, Anisah Citrawati. Jurnal BURNOUT PADA PERAWAT YANG BERTUGAS DI RUANG RAWAT INAP
DAN RAWAT JALAN RSAB HARAPAN KITA. Jakarta : Fakultas Psikologi Universitas Esa Unggul 2011
3. Sidney Medeiros de Oliveira*, Luiz Vinicius de Alcantara Sousa, Maria do Socorro Vieira Gadelha and Vânia
Barbosa do Nascimento. Prevention Actions of Burnout Syndrome in Nurses: An Integrating Literature
Review.2019