Anda di halaman 1dari 13

FILSAFAT ILMU

TINJAUAN ETIKA TERHADAP EUTHANASIA


DALAM FILSAFAT SAINS

Jayanti Syahfitri
1503075
Pendahuluan
Isu tentang Euthanasia Kemajuan teknologi
Kematian (Al-Quran) (bidang kedokteran)

Problema-problema
"Tiap-tiap yang bernyawa
kematian
pasti akan merasakan
mati" (QS. 3 : 185).
Normal euthanasia

Kode etik

Tinjauan etika dan


persepsi masyarakat
terhadap euthansia
Etika Dalam Filsafat Sains
Etika mengacu pada nilai-nilai atau aturan yang berlaku dalam suatu kelompok manusia atau manusia
perorangan
Ethos mempunyai banyak arti yaitu: kebiasaan/adat, akhlak, watak,
Istilah „etika‟ berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu bentuk tunggal
perasaan, sikap, dan cara berpikir; sedangkan arti ta etha yaitu adat
kata „etika‟ yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha
kebiasaan

Didalam etika, nilai kebaikan dari tingkah laku manusia menjadi sentral persoalan.
(Magnis dan Suseno) etika adalah cabang filsafat yang membahas secara
etika sebagai “the study of the nature of morality and judgement” (kajian
kritis dan sistematis masalah-masalah moral. Kajian etika lebih fokus pada
tentang hakikat moral dan keputusan/kegiatan menilai). (Semiawan)
prilaku, norma dan adat istiadat manusia

Makna etika :
etika merupakan suatu predikat yang dipakai untuk membedakan hal atau
etika merupakan kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap
perbuatan manusia.. Objek formal etika meliputi norma-norma kesusilaan
perbuatan-perbuatan manusia,
manusia dan mempelajari baik buruknya tingkah laku manusia
Etika Dalam Filsafat Sains
Menurut Shannon (1995), bioetika (penggabungan antara paham deontology dan teleology)

menyelidiki dimensi etis dari masalah-masalah teknologi, ilmu Ada dua metode pengambilan keputusan etis, yakni etika
kedokteran, dan biologi sejauh diterapkan pada kehidupan deontologis; dan pendekatan konsekuensialisme

Contohnya : praktik euthanasia (dalam perdebatan)


Secara agama Secara pandangan hukum

Oleh karena itu


perlunya kriteria untuk praktek ilmiah terkait kasus tersebut di atas
Pendekatan yang seimbang
yaitu dengan mengingat dan menghormati kebaikan manusia lain
Sejarah Euthanasia

• perbuatan dengan sengaja secara langsung


• eu yang berarti indah, bagus, terhormat
Secara etimologis atau tidak langsung mengambil tindakan Euthnasia pasif
untuk mengakhiri hidup seseorang atau
atau dalam bahasa Inggris menyebabkan kematian seseorang. Misalnya
diartikan dengan grecefully dengan memberi tablet sianida atau
• mati dengan baik’ atau menyuntikkan zat-zat yang mematikan
• mempercepat kematian dengan
and with dignit, dan ‘mati secara senang dan cara menolak memberikan
thanatos yang berarti mati kedalam tubuh seseorang atau dokter tindakan pertolongan biasa,
mudah tanpa mengalami memberi penderita sakit kanker ganas atau atau dengan menghentikan
atau mayat penderitaan’. Euthanasia sakit yang mematikan tindakan pertolongan biasa
dibedakan menjadi yang sedang berlangsung,
euthanasia aktif dan misalnya tidak memberikan
euthanasia pasif bantuan oksigen bagi pasien
Euthanasia=Yunani Euthansia aktif
Orang-orang "Saya tidak akan
Yunani kuno, menyarankan dan common law sejak
misalnya, percaya atau memberikan tahun 1300 hingga
Dalam saat "bunuh diri"
Filsuf bahwa bunuh diri Sumpah obat yang
bisa diterima atau mematikan kepada hukum ataupun "membantu
Socrates Hipocrates pelaksanaan bunuh
bahkan terhormat siapapun meskipun Inggris diri" tidak
dalam kondisi telah dimintakan diperbolehkan
tertentu untuk itu"
Sejak abad ke-19, eutanasia telah memicu timbulnya perdebatan dan
pergerakan di wilayah Amerika Utara dan Eropapa

Pada tahun 1828 undang-undang anti eutanasia mulai diberlakukan di negara bagian New York yang
kemudia disusul di beberapa negara bagian lain

kelompok pendukung eutanasia mulanya terbentuk di Inggris pada tahun 1935 dan di Amerika pada
tahun 1938 (tidak berhasil)

Pada tahun 1937 , eutanasia atas anjuran dokter dilegalkan di Swiss sepanjang pasien yang
bersangkutan tidak memperoleh keuntungan daripadanya

Pada era yang sama, Pengadilan Amerika menolak beberapa permohonan dari pasien yang sakit
parah dan beberapa orang tua yang memiliki anak cacat

Tindakan euthanasia tentunya menjadi hal yang berbeda setelah terjadinya perang dunia, dimana
setelah dunia menyaksikan kekejaman Nazi dalam melakukan kejahatan eutanasia (cacat egnetika)
Pandangan Masyarakat Terhadap
Euthanasia
Golongan pertama yang menyatakan tidak setuju dengan euthanasia dengan
alasan bahwa euthanasia pada hakekatnya tindakan bunuh diri yang secara tegas
dilarang oleh berbagai agama, dan atau dianggap sebagai suatu pembunuhan
terselubung yang secara tegas merupakan perbuatan melanggar hukum.

Golongan kedua yang setuju dengan euthanasia dengan alasan bahwa euthanasia adalah
hak asasi yang dimiliki oleh setiap manusia untuk menentukan hidupnya termasuk
hak untuk mati yang sejajar kedudukannya dengan hak untuk hidup. Dan diperkuat
dengan alasan bahwa keputusan euthanasia adalah keinginan dari diri sendiri pemohon
euthanasia.

Adapun euthanasia menurut hukum dibeberapa negara yaitu sejauh ini eutanasia
diperkenankan yaitu di negara Belanda, Belgia

ditoleransi di negara bagian Oregon di Amerika, Kolombia dan Swiss dan dibeberapa negara
dinyatakan sebagai kejahatan seperti di Spanyol, Jerman dan Denmark . Sedangkan
Indonesia merupakan contoh negara yang menolak praktik euthanasia
Tinjauan Etika Terhadap Euthanasia (Di Indonesia)

Secara logika berdasarkan konteks perkembangan ilmu pengetahuan, euthanasia tidak ada
permasalahan karena hal ini merupakan suatu konsekuensi dari proses penelitian dan juga
pengembangan. Demikian juga, dipandang dari sudut kemanusiaan, euthanasia tampaknya merupakan
perbuatan yang harus dipuji yaitu menolong sesama manusia dalam mengakhiri kesengsaraannya.
Namun akan timbulah berbagai permasalahan ketika euthanasia didasarkan pada konteks yang lain
seperti hukum dan agama, khususnya agama Islam. Dalam konteks hukum, euthanasia kian menjadi
bermasalah karena berkaitan dengan jiwa atau nyawa seseorang oleh hukum sangat dilindungi
keberadaanya. Sedangkan dalam konteks agama Islam, euthanasia menjadi bermasalah karena
kehidupan dan kematian adalah berasal dari pencipta-Nya.akan tetapi Selama jenis penyakit pada
manusia terus berkembang dan penyembuhan terhadapnya diyakini mustahil (apalagi dengan kadar
penularan yang tinggi), para ahli medis dan hukum mulai melirik kemungkinan-kemungkinan
euthanasia.
Sudut Pandang Hukum
Berdasarkan hukum di Indonesia maka eutanasia adalah sesuatu perbuatan yang
melawan hukum

peraturan perundang-undangan yang ada yaitu pada Pasal 344 Kitab Undang-
undang Hukum Pidana yang menyatakan bahwa "Barang siapa menghilangkan
nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri, yang disebutkannya dengan
nyata dan sungguh-sungguh, dihukum penjara selama-lamanya 12 tahun

pengaturan pasal-pasal 338, 340, 345, dan 359 KUHP yang juga dapat dikatakan
memenuhi unsur-unsur delik dalam perbuatan eutanasia.

Dengan demikian, secara formal hukum yang berlaku di negara kita memang
tidak mengizinkan tindakan eutanasia oleh siapa pun.
Sudut Pandang Hukum Agama (Islam)
Beberpa ulama membolehkan, Pendapat Ibrahim Hosen ini disandarkan kepada suatu
kaidah ushul fiqh: Al- Irtifaqu Akhaffu Dlarurain (langkah ini boleh dipilih karena ia
merupakan pilihan dari dua hal yang buruk)

Sedangkan menurut Hasan Basri pelaksanaan euthanasia bertentangan, baik dari sudut
pandang agama, undang-undang, maupun etik kedokteran. Dan lebih lanjut beliau
menjelaskan bahwa persoalan hidup mati sepenuhnya hak Allah SWT.

Sebagaimana saya berhak memilih kapal untuk berlayar, atau rumah untuk dihuni, sayapun
berhak untuk memilih kematian untuk dapat meninggalkan kehidupan ini. Maka Islam justru
tidak sejalan dengan filosofis tersebut. Islam mengakui hak seseorang untuk hidup dan mati,
namun hak tersebut merupakan anugerah Allah SWT kepada manusia

Jadi hukum Islam dalam menanggapi euthanasia secara umum ini memberikan suatu konsep
bahwa untuk menghindari terjadinya euthanasia, utamanya euthanasia aktif umat Islam
diharapkan tetap berpegang teguh pada kepercayaannya yang memandang segala musibah
(termasuk penderita sakit) sebagai ketentuan yang datang dari Allah SWT.. Dan diharapkan
kepada dokter untuk tetap berpegang kepada kode etik kedokteran dan sumpah jabatannya.
Contoh kasus di Indonesia

Hasan Kusuma
Mengajukan permohonan eutanasia pada tanggal 22 oktober 2004 karena tidak tega
menyaksikan istrinya yang bernama Agian Isna Nauli, 33 tahun, tergolek koma
selama 2 bulan dan di samping itu ketidakmampuan untuk menanggung beban biaya
perawatan merupakan suatu alasan pula. Permohonan untuk melakukan eutanasia ini
diajukan ke pengadilan negeri Jakarta Pusat. Kasus ini merupakan salah satu contoh
bentuk eutanasia yang di luar keinginan pasien. Permohonan ini akhirnya ditolak
oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, dan setelah menjalani perawatan intensif
maka kondisi terakhir pasien (7 Januari 2005) telah mengalami kemajuan dalam
pemulihan kesehatannya
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai