MK - Filsafat
MK - Filsafat
Jayanti Syahfitri
1503075
Pendahuluan
Isu tentang Euthanasia Kemajuan teknologi
Kematian (Al-Quran) (bidang kedokteran)
Problema-problema
"Tiap-tiap yang bernyawa
kematian
pasti akan merasakan
mati" (QS. 3 : 185).
Normal euthanasia
Kode etik
Didalam etika, nilai kebaikan dari tingkah laku manusia menjadi sentral persoalan.
(Magnis dan Suseno) etika adalah cabang filsafat yang membahas secara
etika sebagai “the study of the nature of morality and judgement” (kajian
kritis dan sistematis masalah-masalah moral. Kajian etika lebih fokus pada
tentang hakikat moral dan keputusan/kegiatan menilai). (Semiawan)
prilaku, norma dan adat istiadat manusia
Makna etika :
etika merupakan suatu predikat yang dipakai untuk membedakan hal atau
etika merupakan kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap
perbuatan manusia.. Objek formal etika meliputi norma-norma kesusilaan
perbuatan-perbuatan manusia,
manusia dan mempelajari baik buruknya tingkah laku manusia
Etika Dalam Filsafat Sains
Menurut Shannon (1995), bioetika (penggabungan antara paham deontology dan teleology)
menyelidiki dimensi etis dari masalah-masalah teknologi, ilmu Ada dua metode pengambilan keputusan etis, yakni etika
kedokteran, dan biologi sejauh diterapkan pada kehidupan deontologis; dan pendekatan konsekuensialisme
Pada tahun 1828 undang-undang anti eutanasia mulai diberlakukan di negara bagian New York yang
kemudia disusul di beberapa negara bagian lain
kelompok pendukung eutanasia mulanya terbentuk di Inggris pada tahun 1935 dan di Amerika pada
tahun 1938 (tidak berhasil)
Pada tahun 1937 , eutanasia atas anjuran dokter dilegalkan di Swiss sepanjang pasien yang
bersangkutan tidak memperoleh keuntungan daripadanya
Pada era yang sama, Pengadilan Amerika menolak beberapa permohonan dari pasien yang sakit
parah dan beberapa orang tua yang memiliki anak cacat
Tindakan euthanasia tentunya menjadi hal yang berbeda setelah terjadinya perang dunia, dimana
setelah dunia menyaksikan kekejaman Nazi dalam melakukan kejahatan eutanasia (cacat egnetika)
Pandangan Masyarakat Terhadap
Euthanasia
Golongan pertama yang menyatakan tidak setuju dengan euthanasia dengan
alasan bahwa euthanasia pada hakekatnya tindakan bunuh diri yang secara tegas
dilarang oleh berbagai agama, dan atau dianggap sebagai suatu pembunuhan
terselubung yang secara tegas merupakan perbuatan melanggar hukum.
Golongan kedua yang setuju dengan euthanasia dengan alasan bahwa euthanasia adalah
hak asasi yang dimiliki oleh setiap manusia untuk menentukan hidupnya termasuk
hak untuk mati yang sejajar kedudukannya dengan hak untuk hidup. Dan diperkuat
dengan alasan bahwa keputusan euthanasia adalah keinginan dari diri sendiri pemohon
euthanasia.
Adapun euthanasia menurut hukum dibeberapa negara yaitu sejauh ini eutanasia
diperkenankan yaitu di negara Belanda, Belgia
ditoleransi di negara bagian Oregon di Amerika, Kolombia dan Swiss dan dibeberapa negara
dinyatakan sebagai kejahatan seperti di Spanyol, Jerman dan Denmark . Sedangkan
Indonesia merupakan contoh negara yang menolak praktik euthanasia
Tinjauan Etika Terhadap Euthanasia (Di Indonesia)
Secara logika berdasarkan konteks perkembangan ilmu pengetahuan, euthanasia tidak ada
permasalahan karena hal ini merupakan suatu konsekuensi dari proses penelitian dan juga
pengembangan. Demikian juga, dipandang dari sudut kemanusiaan, euthanasia tampaknya merupakan
perbuatan yang harus dipuji yaitu menolong sesama manusia dalam mengakhiri kesengsaraannya.
Namun akan timbulah berbagai permasalahan ketika euthanasia didasarkan pada konteks yang lain
seperti hukum dan agama, khususnya agama Islam. Dalam konteks hukum, euthanasia kian menjadi
bermasalah karena berkaitan dengan jiwa atau nyawa seseorang oleh hukum sangat dilindungi
keberadaanya. Sedangkan dalam konteks agama Islam, euthanasia menjadi bermasalah karena
kehidupan dan kematian adalah berasal dari pencipta-Nya.akan tetapi Selama jenis penyakit pada
manusia terus berkembang dan penyembuhan terhadapnya diyakini mustahil (apalagi dengan kadar
penularan yang tinggi), para ahli medis dan hukum mulai melirik kemungkinan-kemungkinan
euthanasia.
Sudut Pandang Hukum
Berdasarkan hukum di Indonesia maka eutanasia adalah sesuatu perbuatan yang
melawan hukum
peraturan perundang-undangan yang ada yaitu pada Pasal 344 Kitab Undang-
undang Hukum Pidana yang menyatakan bahwa "Barang siapa menghilangkan
nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri, yang disebutkannya dengan
nyata dan sungguh-sungguh, dihukum penjara selama-lamanya 12 tahun
pengaturan pasal-pasal 338, 340, 345, dan 359 KUHP yang juga dapat dikatakan
memenuhi unsur-unsur delik dalam perbuatan eutanasia.
Dengan demikian, secara formal hukum yang berlaku di negara kita memang
tidak mengizinkan tindakan eutanasia oleh siapa pun.
Sudut Pandang Hukum Agama (Islam)
Beberpa ulama membolehkan, Pendapat Ibrahim Hosen ini disandarkan kepada suatu
kaidah ushul fiqh: Al- Irtifaqu Akhaffu Dlarurain (langkah ini boleh dipilih karena ia
merupakan pilihan dari dua hal yang buruk)
Sedangkan menurut Hasan Basri pelaksanaan euthanasia bertentangan, baik dari sudut
pandang agama, undang-undang, maupun etik kedokteran. Dan lebih lanjut beliau
menjelaskan bahwa persoalan hidup mati sepenuhnya hak Allah SWT.
Sebagaimana saya berhak memilih kapal untuk berlayar, atau rumah untuk dihuni, sayapun
berhak untuk memilih kematian untuk dapat meninggalkan kehidupan ini. Maka Islam justru
tidak sejalan dengan filosofis tersebut. Islam mengakui hak seseorang untuk hidup dan mati,
namun hak tersebut merupakan anugerah Allah SWT kepada manusia
Jadi hukum Islam dalam menanggapi euthanasia secara umum ini memberikan suatu konsep
bahwa untuk menghindari terjadinya euthanasia, utamanya euthanasia aktif umat Islam
diharapkan tetap berpegang teguh pada kepercayaannya yang memandang segala musibah
(termasuk penderita sakit) sebagai ketentuan yang datang dari Allah SWT.. Dan diharapkan
kepada dokter untuk tetap berpegang kepada kode etik kedokteran dan sumpah jabatannya.
Contoh kasus di Indonesia
Hasan Kusuma
Mengajukan permohonan eutanasia pada tanggal 22 oktober 2004 karena tidak tega
menyaksikan istrinya yang bernama Agian Isna Nauli, 33 tahun, tergolek koma
selama 2 bulan dan di samping itu ketidakmampuan untuk menanggung beban biaya
perawatan merupakan suatu alasan pula. Permohonan untuk melakukan eutanasia ini
diajukan ke pengadilan negeri Jakarta Pusat. Kasus ini merupakan salah satu contoh
bentuk eutanasia yang di luar keinginan pasien. Permohonan ini akhirnya ditolak
oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, dan setelah menjalani perawatan intensif
maka kondisi terakhir pasien (7 Januari 2005) telah mengalami kemajuan dalam
pemulihan kesehatannya
Terima Kasih