Anda di halaman 1dari 54

BIOMEKANIK HIP JOINT

DAN PELVIC
OLEH
SUDARYANTO, S.ST
INTRODUKSI
• Hip joint merupakan triaxial joint, karena me-
miliki 3 bidang gerak.
• Hip joint juga merupakan hubungan proksimal
dari extremitas inferior.
• Dibandingkan dengan shoulder joint yang
konstruksinya untuk mobilitas, hip joint sangat
stabil yang konstruksinya untuk menumpuh be-
rat badan.
• Selama berjalan, gaya dari extremitas inferior
ditransmisikan keatas melalui hip ke pelvis &
trunk, dan aktivitas extremitas inferior lainnya.
• Dalam suatu gerak fungsional, terjadi hubu-
ngan antara pelvic girdle dan hip joint 
pelvic girdle akan mengalami tilting dan rotasi
selama gerakan femur.
• Hubungan tersebut hampir sama dengan hubu-
ngan scapula dengan shoulder joint, perbedaan-
nya adalah scapula kiri & kanan dapat bergerak
bebas sedangkan pelvic hanya dapat bergerak
sebagai satu unit.
BIOMEKANIK HIP JOINT DAN PELVIC

• HIP JOINT

• PELVIC

• HUBUNGAN FUNGSIONAL HIP, PELVIS


DAN LUMBAL SPINE DALAM RANG-
KAIAN KINEMATIK.
A. Struktur Anatomi Hip
• Hip joint dibentuk oleh caput femur yang kon-
veks bersendi dengan acetabulum yang konkaf.
• Hip joint adalah ball and socket (spheroidal)
triaxial joint.
• Acetabulum terbentuk dari penyatuan os ilium,
ischium, dan pubis.
• Seluruh acetabulum dilapisi oleh cartilago
hyaline, & pusat acetabulum terisi oleh suatu
massa jaringan lemak yang tertutup oleh
membran synovial.
• Jaringan fibrokartilago yang melingkar datar di
acetabulum disebut dengan labrum acetabular,
yang melekat disekeliling margo acetabulum.
• Labrum acetabular menutup cartilago hyaline
& sangat tebal pada sekeliling acetabulum dari-
pada pusatnya  hal ini menambah kedalaman
acetabulum.
• Acetabulum terletak di bagian lateral pelvis,
menghadap ke lateral, anterior & inferior.
• Caput femur secara sempurna ditutup oleh
cartilago hyaline.
• Pada pusat caput femur terdapat lubang kecil
yang dinamakan dengan fovea capitis  tidak
ditutup oleh cartilago hyaline.
• Caput femur membentuk sekitar 2/3 dari suatu
bola.
• Caput femur berbentuk spherical dan mengha-
dap kearah anterior, medial dan superior.
• Hip joint diperkuat oleh kapsul sendi yang
kuat, ligamen iliofemoral, pubofemoral, dan
ischiofemoral.
• Hip joint juga diperkuat oleh ligamen transver-
se acetabular yang kuat & bersambung dengan
labrum acetabular.
• Ligamen capitis femoris merupakan ligamen
triangular yang kecil, melekat pada apex fovea
capitis dekat pusat caput femur ke tepi ligamen
acetabular.
• Ligamen capitis femoris berfungsi sebagai pe-
ngikat caput femur ke bagian bawah acetabu-
lum dan memberikan stabilisator yang kuat
didalam sendi (intraartikular).
• Stabilisator bagian luar dihasilkan oleh 3 liga-
men yang melekat pada collum/neck femur
yaitu : ligamen iliofemoral, pubofemoral & is-
chiofemoral.
• Ligamen iliofemoral disebut juga ligamen “Y”,
karena arah serabut mirip huruf Y terbalik.
• Ligamen iliofemoral memperkuat kapsul
sendi bagian anterior.
• Ligamen pubofemoral terdiri dari ikatan se-
rabut yang kecil pada kapsul sendi bagian
medial anterior dan bawah.
• Ligamen ischiofemoral merupakan ligamen
triangular yang kuat pada bagian belakang
kapsul.
B. Otot-otot Regio Hip
• Hip joint diperkuat oleh otot-otot panggul dan paha.
• Otot-otot panggul dan paha terdiri atas otot one-joint dan
two joint
Group Otot One-Joint Two-Joint
Anterior Iliopsoas Rectus femoris
Sartorius
Medial Pectineus Gracilis
Adductor magnus
Adductor longus
Adductor brevis
Posterior Gluteus maximus Semimembranosus
Deep rotator Semitendinosus
Biceps femoris
Lateral Gluteus medius Tensor fascia latae
Gluteus minimus
C. Sudut Pada Hip Joint
• Sudut inklinasi adalah sudut yang dibentuk
antara axis neck femur dan shaft femur (nor-
malnya 125o).
• Jika sudut inklinasi lebih besar dari normal
disebut dengan coxa valga, jika lebih kecil dari
normal disebut dengan coxa vara.
• Torsion adalah sudut yg dibentuk oleh axis
transversal condylus femur dan axis neck
femur (normalnya 8 – 25o atau 12o).
• Peningkatan sudut torsion disebut dengan ante-
version (shaft femur berotasi ke medial).
• Penurunan sudut torsion disebut dengan retro-
version (shaft femur berotasi ke lateral).
D. Gerakan pada Hip
• Karena hip joint merupakan triaxial joint maka
terdapat 3 pasang gerakan yang terjadi pada
hip joint.
• Gerakan tersebut adalah fleksi – ekstensi, ab-
duksi – adduksi, external rotasi – internal rotasi
• Gerakan yang paling luas adalah fleksi hip dan
yang paling terbatas adalah ekstensi/hipereks-
tensi hip.
1. Fleksi Hip
• Fleksi hip adalah gerakan femur ke depan da-
lam bidang sagital.
• Jika knee lurus, maka gerakan fleksi hip diba-
tasi oleh ketegangan otot hamstring.
• Pada gerak fleksi yang luas, pelvis akan back-
ward tilt untuk melengkapi/menyempurnakan
gerakan pada hip joint.
2. Ekstensi/hiperekstensi Hip
• Extensi adalah gerakan kembali dari fleksi.
• Hiperekstensi adalah gerakan femur ke bela-
kang dalam bidang sagital.
• Gerakan ini sangat terbatas, kecuali para dan-
cer dan akrobat yang memungkinkan terjadi
rotasi femur keluar sehingga gerakannya cukup
luas.
• Faktor penghambat hiperekstensi hip adalah
ketegangan ligamen iliofemoral pada bagian
depan sendi.
• Keuntungan dari keterbatasan gerak ini adalah
sendi menjadi sangat stabil untuk weight
bearing (menumpuh berat badan) tanpa mem-
butuhkan kontraksi otot yang kuat.
3. Abduksi
• Abduksi adalah gerakan femur ke samping da-
lam bidang frontal sehingga paha bergerak jauh
dari midline tubuh.
• ROM Abduksi yang lebih besar dapat terjadi
jika femur berotasi keluar.
• Abduksi dibatasi oleh otot-otot adduktor dan li-
gamen pubofemoral.
4. Adduksi
• Adduksi adalah gerakan kembali dari abduksi.
• Hiperadduksi hanya dapat terjadi jika tungkai
sisi kontralateral digerakkan keluar.
• Pada hiperadduksi yang luas, ligamen capitis
femoris menjadi tegang.
5. External/Lateral Rotasi
• External rotasi adalah suatu rotasi femur
disekitar axis longitudinal sehingga knee
terputar keluar.
• External rotasi juga merupakan suatu rotasi
femur disekitar axis sagital sehingga knee ter-
putar kedalam.
• ROM external rotasi biasanya lebih besar dari-
pada internal rotasi.
6. Internal/Medial Rotasi
• Internal rotasi adalah gerak rotasi femur dise-
kitar axis longitudinal sehingga knee terputar
kedalam.
• Internal rotasi juga merupakan gerak rotasi
femur disekitar axis sagital sehingga knee ter-
putar keluar.
• ROM internal dan external rotasi dipengaruhi
oleh derajat torsi femoral (terputarnya femur
pada axis longitudinal sehingga salah satu
ujungnya berotasi kedalam terhadap ujung
lainnya).
7. Diagonal Adduksi/Abduksi
• Diagonal adduksi adalah • Diagonal abduksi adalah
suatu gerakan ke depan suatu gerakan ke samping
dari posisi abduksi paha dari posisi fleksi hip dalam
dalam bidang horizontal, bidang horizontal, yang
yang diikuti oleh penu- diikuti oleh external rotasi.
runan external rotasi.
D. Arthrokinematika
• Caput femur berbentuk konveks akan bergerak slide
dalam arah yang berlawanan dengan gerak fisiologis
femur.
No. Gerak fisiologis Gerak Arthrokinematika
1. Fleksi Slide ke posteior
2. Ekstensi Slide ke anterior
3. Abduksi Slide ke inferior
4. Adduksi Slide ke superior
5. Internal Rotasi Posterior
6. External Rotasi Anterior
A. Struktur Anatomi Pelvic
• Pelvic merupakan suatu tulang yang kaku,
berperan sebagai rangkaian hubungan yang
besar antara trunk dan extremitas inferior.
• Setiap tulang pelvic dibentuk oleh 3 tulang : os
ilium, ischium dan pubis.
• Kedua tulang pelvic (kiri dan kanan) bersam-
bung membentuk pelvic girdle.
• Kedua tulang pelvic secara kuat melekat pada
sacrum melalui sacroiliaca joint.
• Sacrum diikat dengan kuat oleh 2 tulang iliaca
dan ligamen sacroiliaca anterior, posterior dan
ligamen sacroiliaca interosseus yang memper-
kuat sacroiliaca joint.
• Sacroiliaca joint juga diperkuat oleh ligamen
iliolumbar, sacrotuberous, dan ligamen sacro-
spinous serta bagian bawah oleh otot erector
spine.
• Karena perlekatannya, maka sacrum dianggap
sebagai bagian dari pelvic girdle.
B. Gerakan Pelvic
• Perubahan posisi pelvic sebenarnya dihasilkan
oleh gerakan lumbal spine dan hip joint.
• Gerakan pada lumbal spine dan hip joint dapat
menghasilkan pelvic bergerak tilting ke depan,
ke belakang, ke samping, dan rotasi secara ho-
rizontal.
• Gerakan yang terjadi pada pelvic terdiri dari :
forward tilt (inklinasi meningkat), backward
tilt (inklinasi menurun), lateral tilt, rotasi (late-
ral twist/memutar)
1. Forward Tilt
• Forward tilt adalah gerakan pelvic pada bidang
sagital disekitar axis frontal-horizontal sehing-
ga symphisis pubis berputar kebawah dan per-
mukaan posterior sacrum berputar keatas.
• Dalam forward tilt, peningkatan sudut dibentuk
oleh puncak os pubis dan peningkatan deviasi
sacrum serta pelvis bagian posterior menjauh
dari vertikal.
2. Backward tilt
• Backward tilt adalah suatu gerak rotasi pelvis
dalam bidang sagital sekitar axis frontal-
horizontal sehingga symphisis pubis bergerak
ke depan – atas dan permukaan posterior
sacrum berputar sedikit ke bawah.
• Dalam backward tilt, sudut dibentuk oleh pun-
cak os pubis dan penurunan horizontal serta
terjadi penurunan inklinasi horizontal sacrum
dan posterior pelvis.
3. Lateral tilt
• Lateral tilt adalah suatu gerak rotasi pelvis da-
lam bidang frontal sekitar axis sagital-horizon-
tal sehingga salah satu crista iliaca turun dan
yang lainnya naik.
• Pada lateral tilt ke kiri, crista iliaca sisi kiri
akan turun dan sisi kanan akan naik
4. Rotasi (lateral twist)
• Rotasi (lateral twist) adalah suatu gerak rotasi
pelvis dalam bidang horizontal sekitar axis
vertikal/longitudinal.
• Dalam rotasi, pelvis bagian depan berputar ke
arah belakang.
HUBUNGAN FUNGSIONAL HIP, PELVIS
DAN SPINE
• Secara arsitektur, pelvis terletak strategis kare-
na merupakan penghubung trunk dengan extre-
mitas inferior sehingga harus saling bekerja-
sama pada setiap gerakan lumbal dan hip.
• Ketika tubuh dalam posisi berdiri tegak, pelvis
menerima berat kepala, trunk, dan upper extre-
mitas, kemudian mentransmisikan beban terse-
but ke 2 lower extremitas.
• Karena gerak pelvis bergantung pada sendi-
sendi di lumbal spine dan hip maka gerak pel-
vis dapat bersifat sekunder atau primer.
• Untuk mengamati gerak pelvis sangat sulit
karena pantat yang menonjol dengan lapisan
lemak yang tebal dan konveks sacrum yang
tidak mudah diobservasi.
• Dengan bantuan X-ray maka dapat dilihat ana-
lisis gerakan primer dan sekunder dari pelvis
terhadap lumbal spine dan hip.
Tabel 2. Gerakan Primer dari Pelvis
Analisis gerakan primer pelvis saat posisi berdiri

Pelvis Lumbal spine Hip joint


Forward tilt Hiperekstensi Sedikit Fleksi
Backward tilt Sedikit Fleksi Ekstensi penuh
Lateral tilt ke Sedikit lateral fleksi ke Kanan : sedikit adduksi
kiri kanan Kiri : sedikit abduksi
Rotasi ke kiri Rotasi ke kanan Kanan : sedikit external
(tanpa kepala rotasi.
berputar atau Kiri : sedikit internal
kaki bergerak rotasi.
Tabel 3. Gerakan Sekunder dari Pelvis
Analisis gerakan sekunder pelvis terhadap lumbal spine

Lumbal spine Pelvis


Fleksi Backward tilt
Ekstensi/hiperekstensi Forward tilt
Lateral fleksi ke kiri Lateral tilt ke kiri
Rotasi ke kiri Rotasi ke kiri
Gerak sekunder pelvis terhadap hip/lower extremitas
• Sama hubungannya antara shoulder girdle dan
upper extremitas, dimana pelvis bergerak untuk
menyempurnakan/melengkapi gerakan pada
hip.
• Ada 3 tipe gerakan yang melibatkan gerakan
sekunder pelvis :
– Gerakan kedua tungkai secara bersamaan ke depan
atau ke belakang dalam suspension.
– Gerakan kedua tungkai yang berlawanan arah, se-
perti berjalan, berlari.
– Gerakan salah satu tungkai, seperti menendang ke
depan atau ke samping.
• Pada gerakan kedua tungkai mengayun ke
depan atau ke belakang, pelvis akan backward
tilt ketika hip fleksi dan pelvis akan forward tilt
ketika hip extensi/hiperextensi.
• Pada gerakan kedua tungkai yang berlawanan
(berjalan), pelvis akan berotasi dalam bidang
horizontal disekitar axis vertikal. orientasi
pelvis tersebut menyebabkan satu tungkai flek-
si hip dengan sedikit external rotasi & tungkai
lainnya ekstensi hip dengan sedikit internal ro-
tasi.
• Pada gerakan satu tungkai ke samping (abduksi
hip ke kanan), pelvis akan lateral tilt ke kiri.
• Pada gerakan satu tungkai ke depan (fleksi
hip), pelvis akan backward tilt, begitupula se-
baliknya.
• Adanya perubahan posisi pelvis pada setiap
gerakan hip bertujuan untuk menyempurnakan
atau menguntungkan gerakan hip joint.
Lumbopelvic Rhythm
• Suatu gerakan koordinasi antara lumbal spine
dan pelvis terjadi selama fleksi trunk sampai
jari-jari tangan mencapai lantai/tanah.  ini
disebut lumbopelvic rhythm.
• Pada saat kepala dan upper trunk (punggung
atas) mulai fleksi, maka pelvis akan bergeser
ke posterior (backward tilt) untuk memperta-
hankan pusat gravitasi seimbang diatas dasar
tumpuan
• Ketika trunk berlanjut ke fleksi, maka dikon-
trol oleh otot ekstensor spine sampai sekitar
45o.
• Kemudian ligamen-ligamen bagian posterior
akan tegang dan orientasi facet dalam bidang
frontal, sehingga memberikan stabilitas pada
vertebra & otot relax.
• Pada akhir ROM, seluruh segmen vertebra di-
stabilisasi oleh ligamen-ligamen posterior dan
facet joint.
• Pada akhir ROM, pelvis mulai berotasi ke de-
pan (forward tilt) yang dikontrol oleh otot glu-
teus maximus dan hamstring.
• Kemudian pelvis melanjutkan rotasi ke depan
sampai pemanjangan penuh otot ekstensor
spine dan hamstring tercapai.  akhir ROM
dipengaruhi oleh fleksibilitas otot ekstensor
spine dan fascia serta otot ekstensor hip (hams-
tring).
• Pada saat trunk kembali ke posisi tegak, diawal
gerakan otot ekstensor hip merotasikan pelvis
kearah posterior (backward tilt).
• Kemudian otot ekstensor spine memanjangkan
spine (ekstensi trunk) dari posisi fleksi.
• Lumbopelvic rhythm dapat terganggu akibat
kebiasaan postur yang jelek, keterbatasan pan-
jang otot atau fascia, atau injury dan gangguan
propriosepsi.

Anda mungkin juga menyukai