Anda di halaman 1dari 11

ANEMIA MAKROSITIK

SGL FK- UMI


2016

SRI JULYANI
Anemia Makrositik : kompetensi 3A
Kode penyakit :
 No. ICPC II: B82 Anaemia other/unspecified

 No. ICD X: D64.9 Anaemia, unspecified


DEFENISI
 Kelainan eritrosit yang disertai dengan gejala anemia
dan ditandai volume eritrosit lebih besar dari normal,
banyak sel imatur besar disfungsional eritrosit di
sumsum tulang.
 Anemia makrositik dibagi atas 2 yaitu;
a. anemia makrositik megaloblastik
- hipovitaminosis (B12 / asam folat)
- non hipovitaminosis (gangguan sintesis DNA, RNA
atau protein)
b. anemia makrositik non-megaloblastik
- alkoholisme, drug induced, peningkatan kadar
eritropoietin (hemolisis, perdarahan, hipoksia,
tumor yang mensekresi eritropoietin)
Etiologi
1. Defesiensi asam folat dan vitamin B12 adalah penyebab
utama anemia makrositik pada orang dewasa.
2. Defesiensi asam folat ; intake asam folat yang rendah,
malabsopsi atau peningkatan kebutuhan (bayi, ibu hamil
dan menyusui), alkoholisme, obat (fenitoin, kontrasepsi
oral), anemia hemolitik kronik, hemodialisis, gangguan
sintesis (penyakit hati)
3. Defesiensi vit. B12 terjadi karena kurang asupan, proses
autoimun, gangguan gastrointestinal, dan malabsorpsi,
gangguan penyerapan (gastrektomi), reseksi ileum
(gangguan penyimpanan akibat peradangan)
Patomekanisme
Asam folat dan vit. B12 adalah zat esential untuk sintesis DNA
inti sel dan Vit. B12 penting dalam
pembentukan mielin.
Gangguan sintesis DNA pada inti eritroblast 
maturasi inti sel lambat  kromatin menjadi longgar.
Pembelahan sel lebih lambat  sel eritrosit menjadi
lebih besar (sel megaloblast).
Sel megaloblast ; tidak normal  lisis dalam sumsum
tulang  eritropoiesis inefektif dan masa hidup eritrosit
lebih pendek  anemia
Proses juga terjadi pada mieloid dan megakariosit 
leukopenia dan trombositopenia ringan.
Diagnosis
 Gejala Klinik
1. Gejala umum anemia (pucat, lemah, takikardi, telinga
berdengung, penurunan konsentrasi, dll)  anemia timbul
perlahan dan progressif
2. Defesiensi vit. B12 (neuropati parifer, ggn kognitif, ggn
memari, ggn tidur, depresi, psikotik, mania, kerusakan
columna posterior dan lateralis)
3. Defesiensi asam folat dan vit. B12 (hipertrofi ginggiva,
papilla)
4. Gejala sesuai kausa ; perdarahan (menoragi, polimenoragi,
melena, hematoskezia, epistaksis)
5. Gejala akibat hemolisis (hemoglobinuria, hemosiderinuria,
urobilinogen urin, urobilinuria, splenomegali /
hepatomegali)
 Pemeriksaan Penunjang Laboratorium
1. Peningkatan MCV harus selalu dikonfirmasi dengan
apusan darah tepi;
a. Makrositosis dengan anisositosis, ovalosit dan
makro-ovalosit
b. Hipersegmentasi leukosit PMN
c. Retikulositosis
d. Leukopenia, Trombositopenia
2. Pemeriksaan sumsum tulang ;
a. Hiperplasia eritroid
b. Inti sel megaloblastik pada ketiga turunan sel
c. Besi simpanan normal atau meninggi
3. Kimia darah ;
a. Bilirubin tinggi
b. Besi serum tinggi
c. LDH sangat tinggi
d. Gastrin serum tinggi (anemia pernisiosa)
4. Pemeriksaan lain ;
a. Defesiensi vit. B12 : kadar vit. B12 SDM, serum rendah,
metilmalonat urine tinggi
b. Defesiensi asam folat : kadar folat serum, SDM rendah
Penatalaksanaan
 Terapi penderita tergantung pada faktor
penyebab dan gejala yang timbul
 Pemberian asam folat dan vit. B12 
- asam folat : 1 mg/hari atau 5 mg/hari (4 bulan)
- vit. B12 : 200 mg/hari atau 1000 mg/minggu, im
selama 7 minggu. Dosis pemeliharaan 200
mg/bulan atau 1000 mg/ 3 bulan
 Transfusi darah ; pada keadaan emergensi
Prognosis
 Prognosis umumnya baik jika penyebab anemia
makrositik diketahui dan diberikan terapi yang
tepat
 Selama pengobatan dapat terjadi hipokalemia
dan gangguan jantung
 Defesiensi asam folat pada ibu hamil dapat
menyebab spina bifida dan gangguan
perkembangan janin
 Neuropati biasanya membaik tapi kerusakan
medulla spinalis biasanya irreversibel
Referensi
1. Effendi S, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi VI,
InternaPublishing, tahun 2014, 2600 - 2606
2. Hillman RS, Ault KA, Rinder HM . Hematologi in Clinical
Praktice, 4th ed, New York, McGraw-Hill, 2005, 95 – 109
3. Sacher RA, McPherson RA. Tinjauan Klinis Hasil
Pemeriksaan Laboratorium, edisi 11, EGC, 2004, 73 – 76
4. Bakta IM, Hematologi Klinik Ringkas, EGC, 2007, 45 – 49
5. Ikatan Dokter Indonesia, Panduan Praktis Bagi dokter Di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer, edisi I, 2013, 87 -
90

Anda mungkin juga menyukai