Anda di halaman 1dari 15

BIOFILTER SEDERHANA

(Kulit Pisang Kepok)


Kelompok 3
Alifia Rahmah
Chika Ramadhani
Medinah Nur K
Rr. Anandya Putri
Wildan Kusuma
Pendahuluan
Sub DAS Karang Mumus sebagai salah satu Daerah Aliran Sungai (DAS) yang
terdapat di Kota Samarinda kini kondisinya perlu mendapat perhatian yang
lebih, baik dari Pemerintah Kota maupun masyarakat di sekitar wilayah
aliran sungai agar dampak yang ditimbulkan dapat ditanggulangi sedini
mungkin. Kebiasaan masyarakat di sekitar sungai yang setiap hari
memanfaatkan air sungai untuk memenuhi kebutuhan baik itu untuk
mencuci, mandi dan bahkan sebagai tempat untuk pembuangan sampah
membuat kualitas air sungai semakin mengalami penurunan hal ini ditandai
dengan kondisi air yang berwarna hitam, adanya bau yang dihasilkan dari
pembusukan sampah dan banyaknya sampah yang tergenang dipermukaan
air akibat aktifitas keseharian masyarakat mulai dari kegiatan rumah
tangga, kegiatan pabrik kecil hingga besar dan kegiatan pasar yang sering
kali tidak mempertimbangkan limbah yang mereka buang begitu saja ke
badan sungai hingga menimbulkan masalah pencemaran yang serius hingga
pencemaran logam berat
Pendahuluan
Kulit pisang merupakan bahan buangan atau limbah buah
pisang yang cukup banyak jumlahnya.Umumnya kulit pisang
belum dimanfaatkan secara nyata, hanya dibuang sebagai
limbah organik saja atau digunakan sebagai makanan ternak
seperti kambing, sapi dan kerbau.Jumlah dari kulit pisang
cukup banyak yaitu sekitar 1/3 dari buah pisang yang belum
dikupas. Kulit pisang juga menjadi salah satu limbah dari
industri pengolahan pisang, namun bisa dijadikan media dalam
penjernihan air
Penyaringan (Filtrasi)

Penyaringan atau filtrasi merupakan proses pemisahan


padatan yang terlarut di dalam air. Pada proses ini, filter
berperan memisahkan air dari partikel-partikel padatan hal
ini juga bertujuan mendapatkan air yang jernih. Media yang
digunakan untuk bahan filter memiliki syarat, yaitu pori-pori
yang berukuran sesuai dengan ukuran padatan yang akan
disaring dan tahan lapuk. Bahan-bahan yang biasa digunakan
sebagai media filter antara lain pasir, ijuk, arang, kerikil,
dan batu.
Tujuan Filtrasi

 Memanfaatkan air kotor atau limbah untuk bisa digunakan


kembali.
 Mengurangi resiko meluapnya air kotor dan limbah.
 Mengurangi keterbatasan air bersih dengan membuat
filtrasi air.
 Mengurangi penyakit yang diakibatkan oleh air kotor.
 Membantu pemerintah untuk menggalakan program
alternatif perolehan air bersih secara alami dan ramah
lingkungan.
Manfaat Filtrasi

 Air keruh yang digunakan bisa berasal dari mana


saja,misalnya sungai, rawa, telaga, sawah, sawah, dan air
kotor lainnya.
 Dapat menghilangkan bau yang tidak sedap pada air yang
keruh.
 Dapat mengubah warna air yang keruh menjadi lebih
bening.
 Menghilangkan pencemar yang ada dalam air atau
mengurangi kadarnya agar air dapat dilayak untuk minum.
 Cara ini berguna untuk desa yang masih jauh dari kota dan
tempat terpencil.
Bahan

1. Air sungai Karang Mumus untuk sampel penjernihan


2. Limbah kulit pisang Kepok untuk media penjernihan
3. Ijuk dan sabut kelapa untuk media penjenihan
4. Kerikil untuk media penjernihan
5. Kain kasa untuk membungkus kulit pisang
6. Tisu untuk pembersih alat yang digunakan
7. Minyak Silikon, untuk membersihkan permukaan tabung
sampel pada alat Turbidimeter.
Alat

1. Jerigen dan botol sampel untuk menampung


sampel air
2. Bejana plastik untuk wadah penyusun penyaringan
dan penampung air bersih
3. Pisau untuk mencincang kulit pisang
Prosedur Kerja

Tahap Persiapan
1. Persiapan wadah sampel untuk pengambilan sampel Wadah
yang digunakan adalah jerigen plastik kapasitas 5 Liter
untuk sampel air yang akan di jernihkan dan botol sampel
kapasitas 500 ml untuk sampel yang akan di analisis di
Laboratorium.
2. Persiapan bahan penjernih air
1) Menyediakan bahan-bahan penjernih seperti kerikil, sabut
kelapa dan ijuk, kulit pisang kepok yang telah dicincang
serta dibungkus kain kasa.
2) Menyusun semua bahan dalam bejana plastik
Prosedur Kerja

Tahap Penyaringan
1. Menuangkan sebanyak 1,5Liter air sampel kedalam alat
penjernih
2. Mendiamkan selama 20 menit lalu membuka keran bejana
3. Menampung air saringan dalam wadah dan dibagi menjadi
2, ± 500 ml dalam botol untuk di analisa dan sisanya
disaring kembali
4. Menyaring kembali sisa air yang telah melewati
penjernihan pertama dan seterusnya hingga penyaringan
ketiga
Hasil

KEKERUHAN
Hasil

Fe
Kesimpulan
 Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kulit pisang kepok menunjukkan
respon dalam penurunan tingkat kekeruhan dan kadar logam Fe dalam air
sungai. Air sungai yang memiliki tingkat kekeruhan sebesar 7,51 NTU setelah
dilakukan penjernihan dengan kulit pisang kepok tingkat kekeruhannya
menjadi 3,01 NTU dan telah memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan
pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 Tentang
Pengolahan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air dimana standar
kekeruhan air adalah 5 NTU.
 Kadar logam Fe yang dikandung air sungai sebesar 0,326 mg/L setelah
dilakukan penjernihan dengan kulit pisang kepok kadarnya menjadi 0,114
mg/L dan telah memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan pada Peraturan
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2002 bahwa kandungan Fe yang diperbolehkan
adalah sebesar 0,3 mg/L.
pertanyaan

 Novita (kel.5) = adakah fungsi dari getah dari kulit pisang? Selain itu ada
tidak?
 Anggie (kel. 1) = apa kandungan kulit pisang sehingga dapat mengurangi
kandungan fe?
 Anggita (kel.2) = kulit pisang setelah digunakan termasuk limbah b3 atau
tidak, atau ada pengolahan lain?
 Yogi (kel.4) = penggunaan atau sosialisasinya sudah sering
dilaksanakan/digunakan belum di indonesia? Karena sangat berguna dalam
penyaringan air

Anda mungkin juga menyukai