Anda di halaman 1dari 47

INFEKSI VIRUS HEPATITIS

Hepatitis → peradangan sel hati oleh infeksi virus yang


ditandai dengan nilai abnormal tes fungsi hati dan perubahan
histologi dari biopsi yang dapat terjadi secara akut maupun
kronik.

Hepatitis A, E paling banyak menjadi hepatitis virus akut;


hepatitis B,C dan D ditemukan terutama pada kasus kronik.

Hepatitis A dan E ditransmisikan melalui fecal-oral.

Hepatitis B,C, dan D ditransmisikan secara perkutaneous.


HEPATITIS A
Virus hepatitis A → partikel berukuran 27 nanometer,
golongan Pikornavirus

Replikasi dalam tubuh terjadi dalam sel epitel usus dan epitel
hati

Virus hepatitis A ditemukan di tinja dan stabil pd suhu ruangan


serta pH rendah

Tahan terhadap pH asam dan asam empedu → melalui


lambung dan dikeluarkan melalui sal.empedu.
Masa inkubasi antara 14 -49 hari, rata-rata 30 hari
Penularan secara fecal – oral
Menyerang terutama anak dan dewasa muda
Gejala dan perjalanan klinis hepatitis akut t.d :
1. Masa tunas : lamanya viremia pd hepatitis A : 2-4
minggu
2. Fase pra-ikterik : gejala tidak spesifik, sering keliru
m’diagnosis (influenza, arthritis, dan gastritis)
berlangsung 2-7 hari.
3. Fase ikterik : gejala jelas (urin berwarna seperti teh
pekat, sklera atau kulit berwarna kuning) berlangsung
10-14 hari
4. Fase penyembuhan : gejala menghilang (ikterus
menghilang, segar kembali). Masa penyembuhan klinis
dan biokimia memerlukan waktu 6bulan.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis (gejala
prodromal, riwayat kontak), pemeriksaan jasmani (ikterik di
sklera dan kulit, hati membengkak), pemeriksaan
laboratorium (peninggian bilirubin, SGOT, SGPT dan
kadang2 disertai peninggian GGT, alkali fosfatase) dan tes
serologi anti-HAV (IgM anti-HAV positif).

Penatalaksanaan, sama seperti penatalaksanaan


hepatitis lainnya yaitu bersifat suportif

Prognosis penyakit ini baik dan sembuh sempurna

Pencegahan secara umum dengan menjaga kesehatan


perorangan, lingkungan dan sanitasi yg baik, pemakaian
air bersih. Secara khusus dengan imunisasi
HEPATITIS B
Infeksi virus hepatitis B (VHB) → masih merupakan masalah
besar di Indonesia → prevalensi yang tinggi dan komplikasinya.

Distribusi di seluruh dunia : prevalensi di AS <1%, di Asia 5-


15%.

Transmisi :
1. Melalui darah(penerima produk darah, IVDU, pasien
hemodialisis, pekerja kesehatan, pekerja yg terpapar darah)
2. Transmisi seksual
3. Penetrasi jaringan (perkutan) atau permukosa
4. Transmisi maternal-neonatal
5. Tak ada bukti penyebaran fekal-oral
Hepatitis B
 VHB, virus dengan untaian ganda (double
stranded) DNA  Hepadnaviridae
 Infeksi hanya menyerang manusia dan hewan
vertebra tingkat tinggi (simpanse)
 Memiliki konsentrasi yang tinggi diserum (102 –
1010 copies/ml)
 Penyebab kondisi hepatitis akut dan kronik
Bagian Virus Hepatitis B

HBsAg

HBeAg

HBV DNA
DNA
Polimerase
Sistem kekebalan
Tubuh mendeteksi
Keberadaan virus

Membunuh virus dengan


menyerang sel hati yang
Virus
terinfeksi
masuk ke
sel hati

Sel Hati
Berkembang biak
Membunuh virus dengan
menyerang sel hati yang
terinfeksi

Sel hati hancur


Sel Hati
SGPT/ALT
meningkat
Progresivitas Penyakit Hepatitis B

Kanker
Hati
(Hepatoma
5%–10%1 pasien terinfeksi )
hepatitis B kronik

6% in 5 yr[2]

Infeksi 30%[1]
Infeksi Sirosis kematian
Kronik
Akut

- 90 % anak terinfeksi 23% in 5 yr2


berlanjut menjadi hepatitis Acute flare
B kronis
- <5% dewasa imunokompeten
berlanjut menjadi hepatitis Gagal Hati
B kronis

Torresi J, et al. Gastroenterology. 2000;118:S83. 2. Fattovich G, et al. Hepatology. 1995;21:77..1


3. Perrillo RP, et al. Hepatology. 2001;33:424.
Dampak infeksi jangka panjang
Sirosis
Sembuh Karier Tanpa Gejala yg Jelas

Infeksi Hepatitis Kanker RIP


Baru kronik Sirosis Hati

Pembawa Virus B Sirosis Kematian


(Karier) Jangka
panjang

15 – 30 Tahun
Hati Sehat

Fibrosis
(Parut)

Sirosis
(Pengerutan)

Kanker Hati
Gejala
Bervariasi (tanpa gejala – gejala berat seperti muntah
darah dan koma)
Hepatitis akut, gejala amat ringan spt demam ringan,
mual, badan lemas, hilang nafsu makan, mata jadi kuning,
BAK berwarna gelap, diare dan nyeri otot.
Hepatitis kronik ditandai oleh persistensi HBsAg dan anti
HBc.
HBV DNA dpt terdeteksi lebih dari 6 bulan dgn
pemeriksaan non PCR.
Eksaserbasi hepatitis disebabkan oleh reaktivasi virus,
super infeksi virus hepatitis lain seperti HDV, HCV, HAV
dan karena obat-obatan.
Diagnosis

Diagnosis ditegakkan dgn pemeriksaan biokimia dan


serologik dan bila perlu pem.histopatologik.

Hepatitis B akut ditemukan peningkatan ALT > AST (20-


50 kali normal ALT), IgM anti HBc, HBsAg, HBeAg dan
HBV DNA

Hepatitis B kronik ditemukan peningkatan ALT 10-20 kali


normal, IgM anti HBc negatif

Diagnosis pasti hepatitis B kronik dgn patologi anatomik,


disamping fibrotest. Bila proses lanjut dgn USG atau CT
scan
Evaluasi untuk Terapi

Evaluasi awal pasien dgn infeksi VHB meliputi anamnesis


dan pem.fisik (dgn penekanan khusus pd faktor2 risiko
tjdnya infeksi gabungan, penggunaan alkohol, riwayat
keluarga dgn infeksi VHB, dan kanker hati).

Pemeriksaan Laboratorium t.d tes fungsi hati, petanda


replikasi VHB, dan uji untuk infeksi gabungan dgn HCV,
dan HIV pd orang2 berisiko.
Pemeriksaan Lanjutan
Untuk Mengetahui Aktifasi Virus
HBsAg

+ -

Virus Hepatitis B + Virus Hepatitis B -

HBeAg Anti HBe Tata Laksana

Vaksinasi

+ - + -

Virus Aktif Virus “Tdk Aktif”


Pemeriksaan Lanjutan
Untuk Kepentingan Terapi & Monitoring
HBsAg (+)
HBeAg ALT/SGPT

HBeAg (+) HBeAg (–)

ALT < ULN ALT > ULN ALT < ULN

FU/3mth FU/6mth
> 2 - 5 x ULN
HBV DNA (+)
Pemeriksaan Lanjutan
Untuk Mengetahui Status Antibodi
Anti HBs dengan Titer

+ -

>10 IU/L < 10 IU/L

Antibodi Antibodi Tidak Ada

Adekuat Tdk Adekuat Antibodi

Monitor

AntiHBs dgn Titer Booster Tata Laksana

1 Tahun sekali Vaksinasi


Pemantauan
Bila seseorang mengalami infeksi HBV, tidak selalu
diterapi tapi cukup dilakukan pemantauan untuk menilai
apakah perlu dilakukan intervensi dengan anti-viral
sewaktu. Pemantauan dilakukan bila didapat keadaan :

1. Hepatitis B kronik dgn HBeAg+, HBV DNA >105


copies/mL, dan ALT normal. Pd pasien ini dilakukan tes
SGPT setiap 3-6 bln. Jika kadar SGPT naik > 1-2 kali
Batas Atas Nilai Normal(BANN), maka ALT diperiksa
setiap 1-3 bln. Jika dalam tindaklanjut SGPT naik
menjadi > 2 kali BANN selama 3-6 bln dan disertai
HBeAg+ dan HBV DNA > 105 copies/mL, dapat
dipertimbangkan utk biopsi hati sebagai pertimbangan
utk pemberian terapi anti viral.
2. Pada infeksi HBsAg inaktif (HBeAg, dan HBV DNA )
dilakukan pem.ALT setiap 6-12 bln. Jika ALT naik menjadi
>1-2 kali BANN, periksa serum HBV DNA dan bila dpt
dipastikan bukan disebabkan oleh hal yang lain maka
dapat dipertimbangkan terapi anti viral.

Tindak lanjut pasien yang tidak diterapi


Pasien HBeAg positif dgn kadar HBV DNA serum tinggi
tapi kadar SGPT normal harus dimonitor dengan selang
waktu 3-6 bln.
Pencegahan
Upaya pencegahan dibagi dua yaitu upaya bersifat umum
dan upaya lebih spesifik (imunisasi VHB).

Pencegahan Umum :
1. Uji tapis donor darah dgn uji diagnosis yg sensitif
2. Sterilisasi instrumen secara adekuat-akurat
3. Tenaga medis senantiasa menggunakan sarung
tangan
4. Penyuluhan agar penyalahguna obat tidak
menggunakan jarum suntik bergantian
5. Mencegah kontak mikrolesi, menghindar dari alat yg
dapat menularkan HVB(sikat gigi, sisir)
6. Skrining ibu hamil pd awal dan trimester ke-3
kehamilan
7. Skrining populasi risiko tinggi tertular HVB
8. Perilaku seksual yang aman
Imunisasi
Imunisasi berupa aktif dan pasif

Imunisasi pasif digunakan hepatitis B immune


globulin(HBIg) yg dibuat dari plasma manusia. Memberikan
proteksi secara cepat untuk jangka waktu terbatas(3-6 bln).
Sebaiknya pemberian HBIg diberikan dalam waktu 48 jam
setelah terpapar VHB.

Imunisasi aktif terutama diberikan kepada bayi baru lahir


dalam waktu 12 jam pertama.

Untuk mencapai tingkat serokonversi yang tinggi dan


konsentrasi anti-HBs protektif (10 mIU/mL), imunisasi
diberikan 3 kali dengan jadual 0,1,6 bln.
TERAPI

Interferon α (IFN-α)

Antiviral pertama untuk infeksi hepatitis B, disahkan oleh FDA


tahun 1992.
Injeksi IFNα s.c sebesar 10 juta unit 3kali seminggu atau 5
juta unit setiap hari selama 16-24minggu memberikan hasil
penurunan HBeAg sebesar 30%.
IFN memiliki khasiat antivirus, imunomodulator, anti proliferatif
dan anti fibrotik. IFN tidak memiliki khasiat anti virus langsung
tetapi merangsang terbentuknya berbagai macam protein
efektor yang berkhasiat antivirus.
Khasiat IFN pada hepatitis B kronik terutama disebabkan oleh
khasiat imunomodulator.
Lamivudine

Obat analog nukleosid oral yang menghambat enzim


reverse transkriptase yang berfungsi dalam transkripsi
balik dari RNA menjadi DNA yang terjadi dalam replikasi
VHB.

Obat ini awalnya digunakan untuk terapi HIV (1995)


kemudian dipergunakan untuk terapi hepatitis B (1998).

Keuntungan utama dari lamivudine adalah keamanan,


toleransi pasien serta harganya yang relatif murah.
Kerugiannya adalah seringnya timbul kekebalan.
Pegylated Interferon alfa(PEG IFNα)

Penambahan polietilen glikol (PEG) menimbulkan


senyawa IFN dgn umur paruh yg jauh lebih tinggi
dibandingkan IFN biasa sehingga IFN berada dalam
sirkulasi darah lebih lama.

PEG IFNα memiliki mekanisme kerja ganda yg unik


sebagai imunomodulator dan antivirus.
Sebagai imunomodulator, PEG IFNα akan
mengaktivasi makrofag, sel natural killer dan limfosit T
sitotoksik serta memodulasi pembentukan antibodi yg
me↑ respons imun host untuk melawan virus hepatitis
B.

Sebagai antivirus dgn menghambat replikasi virus


hepatitis B melalui aktivasi ribonuclease, elevasi
protein kinase dan induksi 2’,5’-oligodenylate
synthetase.
Adevofir dipivoxil
Adefovir dipivoxil dipakai utk pasien baru hepatitis B dgn
replikasi virus yang aktif, pada pasien yang gagal dgn
lamivudine, pasien pasca transplantasi hati, pasien
dekompensasi hati dan koinfeksi dengan HIV.

Adefovir difosfat bekerja menghambat HBV polymerase


dgn berkompetisi langsung dgn substrat endogen
deoksiadenosin difosfat dan setelah berintegrasi dgn HBV
DNA sehingga pembentukan rantai DNA virus hepatitis B
terhenti.

Dosis yang dianjurkan adalah 10 mg per hari.

Efek samping gagal ginjal jika digunakan dosis tinggi (30


mg/hari).
Entecavir
Entecavir adalah nukleosida analog yg mempunyai efek
kuat anti virus hepatitis B. Juga aktif pada infeksi HIV.

Entecavir digunakan untuk terapi hepatitis kronik B


dewasa dengan replikasi virus aktif.

Dosis dianjurkan adalah 0,5 mg/hari untuk pasien


hepatitis B kronik. Untuk pasien dgn lamivudine resisten
dosis dinaikkan menjadi 1 mg/hari.

Gejala samping jarang tapi jika ditemukan adalah sakit


kepala, mual dan diare.
Terapi lain

Beberapa terapi terbaru yang dalam penelitian seperti


emtricitabine (sangat mirip lamivudine baik struktur,
potensi dan profil resistensi), dan tenofovir (mirip adefovir
tapi dengan potensi dan profil resistensi yang lebih baik
dibanding adefovir).
HEPATITIS B
KRONIS AKTIF “CONTROL” “CURE”

Menekan Jml •
HBV DNA 
virus
Hilangnya • Serokonversi •
Monitoring &
SGPT  kerusakan sel HBeAg
Pengobatan
Anti Virus hati Hilangnya •
Rusaknya Hati virus secara
/Nukleosida Perbaikan •
Analog jaringan hati menetap
Fibrosis
Jangka Berkurangnya • Hati yang •
Sirosis Panjang Laju sehat
Penyakit
Gagal Fungsi Hati

Kematian
Memperbaiki Jaringan Hati
Jaringan
Hati
Normal
Nekrosis
Inflamasi

Inflamasi
Nekrosis

Jaringan
Nekrosis Hati
Normal

Jaringan
Hati
Normal Sebelum Terapi Sesudah Terapi
HEPATITIS C
Diperkirakan 170 juta orang di dunia telah terinfeksi
secara kronik oleh HCV.
Prevalensi global infeksi HCV adalah 2,9%.
Angka seroprevalensi bergantung pada distribusi
geografi, terendah 1% di Eropa dan tertinggi 5,3% di
Afrika. Di Asia tenggara sekitar 2,2% atau 32,3 juta
penderita (WHO,2002)
HCV → virus hepatitis yg mengandung RNA rantai
tunggal yg dpt diproses secara langsung untuk
memproduksi protein-protein virus.
Termasuk gol.flaviviridae
Transmisi : melalui transfusi atau kegiatan2 yg
memungkinkan virus terpapar langsung ke darah
Faktor-faktor risiko terinfeksi virus hepatitis C :

1. Pengguna narkoba suntik /injection drug use


2. Menerima transfusi darah sebelum thn 1990
3. Tingkat ekonomi yg rendah (poverty)
4. Perilaku seksual risiko tinggi
5. Tingkat edukasi rendah
6. Transmisi nosokomial (penularan dari pasien ke
pasien)
7. Hemodialisis
8. Selama pembedahan
Patogenesis

Studi mengenai mekanisme kerusakan sel-sel hati VHC


masih sulit dilakukan karena terbatasnya kultur sel utk
VHC.
Namun beberapa bukti menunjukkan adanya mekanisme
imunologis yg menyebabkan kerusakan sel-sel hati.
Reaksi cytotoxic T-cell (CTL) spesifik yg kuat diperlukan
utk terjadinya eliminasi menyeluruh VHC pd infeksi akut.
Reaksi inflamasi yg dilibatkan melalui sitokin-sitokin pro-
inflamasi seperti TNF-α, TGF-β1,akan menyebabkan
rekrutmen sel-sel inflamasi lainnya dan menyebabkan
aktivasi sel-sel stelata di ruang disse hati.
Karakteristik klinis dan
Perjalanan penyakit

Umumnya infeksi akut VHC tidak memberi gejala atau


hanya gejala minimal.
Hanya 20-30 % kasus saja yg menunjukkan tanda-tanda
hepatitis akut 7-8 minggu (berkisar 2-26 minggu) setelah
terjadi paparan.
Gejala malaise, mual-mual dan ikterus seperti halnya
hepatitis akut akibat infeksi virus-virus hepatitis lainnya.
Infeksi akan menjadi kronik pada 70-90% kasus.
Diperlukan 20-30 tahun utk terjadinya sirosis hati yang akan
terjadi pada 15-20% pasien hepatitis C kronik.
Diagnostik

Infeksi oleh VHC diidentifikasi dgn memeriksa antibodi yg


dibentuk tubuh terhadap VHC.

Antibodi ini akan bertahan lama (18-20 thn) setelah


infeksi terjadi dan tidak mempunyai arti protektif.

Deteksi antibodi terhadap VHC dilakukan umumnya dgn


teknik enzyme immuno assay(EIA)

Teknik polymerase chain reaction (PCR) dimana gen


VHC digandakan oleh enzim polimerase untuk
menentukan adanya VHC (kualitatif) dan menentukan
jumlah virus dalam serum (kuantitatif).
Penatalaksanaan
Indikasi terapi pada hepatitis C kronik bila didapatkan
peningkatan nilai ALT lebih dari batas atas nilai normal.
Pengobatan hepatitis C kronik adalah dengan
menggunakan interferon alfa dan ribavirin.
Umumnya disepakati bila geno tipe VHC adalah genotipe
1 dan 4, maka terapi perlu diberikan selama 48 minggu
dan bila genotipe 2 dan 3, terapi cukup diberikan 24
minggu.
Kontraindikasi terapi berkaitan penggunaan interferon
dan ribavirin yaitu pasien berumur lebih 60 tahun, Hb <10
g/dL, leukosit < 2500/uL, trombosit < 100.000/uL,
hipertiroid, gangguan jiwa berat dan gangguan ginjal.
Daftar petanda hepatitis virus dan maknanya.
(Tes serologi)
Petanda Makna

Hepatitis A
Anti-HAV IgM Hepatits A akut
Anti-HAV IgM Imun thd hepatits A

Hepatitis B
HBsAg Pengidap hepatitis B akut atau kronik
Anti-HBc IgM Hepatitis B akut (titer tinggi)
Hepatitis B kronik (titer rendah)
Anti-HBc IgG Pemaparan thd HBV yg lalu (HBsAG Negatif)
Hepatitis B kronik (HBsAG Positif)
Anti-HBs Imun thd HBV
HBeAg Hepatitis B akut. Bila menetap, berkelanjutan
Anti-HBe Konvalesen atau berkelanjutan
DNA-HBV Infeksi berkelanjutan

Hepatitis Delta Infeksi akut atau kronik dg HDV


Anti-delta IgM Infeksi HDV kronik (titer tinggi dg anti delta
IgM positif)
Anti-delta IgG Infeksi HDV yg tlh lalu (titer rendah, anti-delta
IgM negatif)
HEPATITIS VIRUSES
Hepatitis A B C D E G

Family Picorna Hepadna Flavi Viroid Calici Flavi?

Nucleic acid RNA DNA RNA RNA RNA RNA

Incubation 14 - 45 30 - 180 14 - 180 ? 14 - 60 ?

Transmision
-Fecal-oral Yes No No No Yes No
-Blood No Yes Yes Yes No Yes
-Vertical No Yes Yes Yes No ?
-Sexual No Yes Yes Yes No ?

Antigen HAAg HBsAg, - HDAg HEAg -


HBeAg

Antibodies Anti-HAV, Anti-HBs Anti-HCV Anti-HDV - -


Anti-HAV IgM Anti-Hbe Anti-HDV
Anti-HBc IgM

Acute > 99% > 90% 10 – 40% 50 - 80% > 95% ?

Chronic 0% < 10% 30 – 90% 20 – 50% < 5% ?

L. Sirosis < 0.1% 1% 5 – 30% 10% ? ?


Terima Kasih
Faktor-faktor pencetus terjadinya ensepalopati hepatik.
Serious
consequences of
portal hypertension
Jaundice Spider angiomas of skin
Complications of Liver Failure
1) Hepatic encephalopathy
 Elevated blood ammonia impairs neurons & promotes brain edema
 Disturbances in consiousness (behavioral abnormalities, stupor and
coma)
 Limb rigidity, hyperreflexia, seizures and asterixis .

2) Hepatorenal syndrome
 Def: appearance acute renal failure in patients with severe liver
disease with no intrinsic cause in the kidney for failure (due to
decreased renal perfusion and renal vasoconstriction)
 Renal function improves if hepatic failure reversed
 Onset: drop urine output, rising serum BUN/Cr
 Mortality: 90% (without transplantation)

Anda mungkin juga menyukai