Oleh:
Aditya Widya Pramana 122011101073
Ferry Fitriya Ayu Andika 142011101019
Dosen Pembimbing :
dr. Usman G. Rangkuti, Sp.S
Jarang terjadi
Masa inkubasi sangat singat 1 – 2 hari
Dari otitis media, luka pd kepala atau muka
termasuk bending asing di lubang hidung
Kerusakan pada Syaraf Kranial III, IV, VII, IX, X &
XI paling menonjol. Yang paling sering VII
(“Facial Nerve or Bell’s Palsy”)
Kadang-kadang tetanus
kefalik mendahului tetanus
umum.
DIAGNOSIS BANDING :TRISMUS
Bisul Paratonsil: Dx dari pemeriksaan fisik (uvula
tergeser) & nyeri telan yg berat
Bisul Retrofaring: Dx dari X-ray/radiograf leher lateral.
Rabies / Hydrophobia. Gigitan binatang juga bisa
menanam C. tetani!
Parotitis: Dx dari pemeriksaan fisik (bengkaknya &
nyerinya)
Sakit gigi: Caries juga bisa menjadi pintu masuk (port
d’entrée) bagi C. Tetani
DIAGNOSIS BANDING :KEJANG-KEJANG
Meningitis bakteri, virus, tuberkulosis: kurang/tidak sadar,
tidak ada trismus. Dx dari Likor Spinalis
Encefalopati & encefalitis: kurang sadar, tidak ada trismus
Dx dari Likor Spinalis
Hipokalsemia: (hypoparathyroidism, kekurangan vitamin D,
GEA berat) tetap sadar, sering disertai spasme karpo-pedal
& spasme laring tanpa trismus
Sindroma hiperventilasi: (alkolosis) biasanya psikogenic,
Rx: rebreathing. Tetapi mungkin dari gagal ginjal
Keracunan Strychnine: (minum banyak tonikum pd anak-
anak) jarang ada trismus
Poliomyelitis: kaku & spasme (tanpa trismus) pd fase awal
sebelum paralysis/lumpuhnya
KOMPLIKASI
Asfixia berat & hipoxia otak sampai kematian karena
spasme laring & otot-otot pernafasan. Rx: Perawatan!!
Pneumonia aspirasi, ditandai febris tinggi & tambahan
sekret pernafasan, Rx: Antibiotik broad spectrum
Sepsis pada neonatus atau pasien lain bila alat suksion
kurang steril dll: Rx: Antibiotik broad spectrum
Malnutrisi & ketidakseimbangan elektrolit serum
karena lama sekali tergantung pada IV untuk gizi, dan
nutrisi yg diberi lewat sonde (selang naso-gastrik) mudah
dimuntahkan pada saat kejang-kejang.
Patah vertebra (compressive fracture) karena konvulsi yang hebat.
(jarang terjadi kalau Rx anti-kejang diberi)
TATALAKSANA TETANUS: RUANGAN
► Lingkunan perawatan intensif & pengawasan ketat:
Suksion, oksigen, monitor
Penicillin G
100,000 U/kg/hari IV dibagi 6 (q4h), 10 - 14 hari,
Max: 24juta U/hari
Eritromicin:
30 - 40 mg/kg/hari IV, dibagi 4 (q6h), Max: 4 gm,
Bagi yg beralergi trhdp Pen & Metronidazole
TATALAKSANA TETANUS: ANTI-KEJANG
Diazepam (Valium): 0.1 - 0.3 mg/kg/dosis IV dibagi 4 – 6 kali (q4–
6h) PRN kejang, atau diberi secara tetesan kontinu. Kemudian
dipesan secara titrasi (disesuaikan respons klinis). Sering dosis hrs
ditambah.
Phenobarbital : 5 mg/kg/hari IV/IM dibagi 4 kali (q6h), bila
Diazepam sendiri tidak mampu.
Vecuronium (paralysis/dilumpuhkan) bila kasus sangat berat.
Harus disambung dgn ventilator!
PROFILAKSIS TETANUS: IMUNISASI
Pencegahan Tetanus Neonatus:
Tetanus Toxoid diberi 2 kali kpd ibu hamil, jarak 1 bln, yg ke2 > 2 mgg
sblm bersalin Bagi ibu yg telah menerima seri tetanus toxoid dulu,
diberi 1 kali saja.
Imunisasi Aktif Rutin:
DPT/DTaP pd umur 2, 4, 6 bln, lalu 6 – 12 bln kemudian
& pd umur 5 – 7 thn, LALU setiap 10 tahun
Kalau DPT/DTaP/DT yang ke4 diberi ssdh umur 4 thn, yg
ke5 boleh dibatal. Lalu setiap 10 tahun
Untuk anak/dewasa seri dasar dT sejumlah 3 dosis, dgn
jarak wkt 1 – 2 bln. Lalu 6 – 12 bln kemudian & setiap 10 thn
Kalau terlambat menerima imunisasi apapun, jadwalnya
tidak perlu diundur & diulang. Teruskan saja
TETANUS NEONATORUM
EPIDEMIOLOGI
Secara global hampir 14% penyebab kematian neonatus adalah
tetanus neonatorum.
Tahun 2003,WHO memperkirakan 49000 neonatorim meninggal
karena tetanus.
Tetanus neonatorum bertanggung jawab terhadap 50%
kematian neonatal yang disebabkan oleh penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi.
Tetanus neonatorum dapat dicegah dengan imunisasi dan atau
pelayanan persalinan dan pasca persalinan yang bersih
MANIFESTASI KLINIK
Masa inkubasi berkisar antara
3-14 hari
kesulitan minum (menghisap
dan menelan),
peka rangsang dan bayi
menangis terus menerus.
kekakuan dan spasme otot.
Trismus disebabkan oleh
adanya spasme pada otot
massester
Spasme pada otot fasial
menyebabkan risus
sardonicus
Kontraksi tonik otot abdomen dan lumbal menghasilkan gejala
opisthotonus dan diikuti dengan fleksi dan adduksi tangan serta
kepalan tangan seperti petinju
Posisi bibirnya sering kerutan / pucker, “Fish Mouth” (mulut ikan)
Reflex Moro sangat keras & lama kalau bayi dirangsang sedikit
Spasme otot sangat mudah dicetuskan oleh rangsangan taktil,
visual maupun auditorial.
Adanya demam kemungkinan akibat aktivitas otot yang berlebihan.
Spasme otot laringeus dan respiratorius menyebabkan obstruksi,
asfiksia dan sianosis
Perjalanan alamiah tetanus neonatorum
Peningkatan keparahan penyakit pada 7 hari pertama diikuti
kondisi yang tetap pada minggu kedua dan berkurang secara
bertahap pada 2 – 6 minggu berikutnya.
Tetanus sering menyebabkan kematian sekitar 60 – 90%.
Komplikasi yang sering terjadi adalah bronkopneumonia,
pneumonia aspirasi dan atelektasis.
Angka kematian dapat menurun dengan adanya perawatan
intensif dan ventilator
TATA LAKSANA
Tujuan :
menetralkan toksin yang beredar sebelum toksin masuk ke dalam
sistem saraf pusat,
menurunkan produksi toksin yang lebih banyak,
mengontrol gejala neuromuskuler dan otonom yang muncul serta
mempertahankan kondisi pasien sampai efek toksin menghilang.
Efikasi terapi dipengaruhi oleh faktor prognostik seperti masa
inkubasi, jangka waktu antara gejala pertama yang muncul dan
spasme yang pertama (interval onset), frekuensi dan durasi
spasme, demam dan komplikasi respiratorius yang terjadi
PERAWATAN SUPORTIF
menjaga jalan napas tetap terbuka
Pemasangan kateter saluran kencing bisa dilakukan bila terjadi
retensi urin.
perawatan untuk mencegah pneumonia aspirasi dan atelektasis
serta menurunkan rangsangan yang dapat mencetuskan kejang.
ASI harus tetap diberikan dan ibu harus didorong untuk
berpartisipasi dalam observasi dan perawatan pasien.
Metronidazol merupakan obat pilihan untuk elimunasi bentuk
vegetatif C.tetani, biasanya diberikan selama 10-14 hari.
Penicillin G 100.000 unit/kg/hari sebagai pilihan kedua dapat
diberikan selama 10 hari. Infeksi lain yang terjadi bersamaan dapat
diberikan terapi antibiotik spektrum luas
Antitoksin tetanus 5000 U intramuskular atau human tetanus
immunoglobulin 500 U intramuskular dapat diberikan untuk
menetralkan toksin yang beredar dan tak terikat.
Pemberian serum antitetanus 1500 unit secara intrathecal pada saat awal
mulainya penyakit mungkin dapat memberikan keuntungan.
Menghentikan spasme dengan diazepam dengan dosis 10 mg/kg/hari
secara intravena dalam 24 jam atau dengan bolus intravena setiap 3
jam dengan dosis 0,5 mg/kg per kali maksimum dosis 40 mg/kg/hari
Bila perlu, dapat diberikan dosis tambahan 10 mg/kg/hari. Pemberian
diazepam harus dihentikan apabila frekuensi napas < 30 kali/menit,
kecuali jika tersedia ventilator mekanik.
PENCEGAHAN
tindakan aseptik pada saat pertolongan persalinan dan pasca
natal termasuk pemotongan dan perawatan tali pusat.
Imunisasi aktif wanita hamil dengan 2 dosis tetanus toksoid 0,5
ml dengan jarak penyuntikan 2 bulan
Imunisasi pasif pada kelompok neonatus berisiko merupakan
tindakan preventif yang paling sering dilakukan dalam praktek
pelayanan kesehatan anak. Pemberian 750 unit serum
antitetanus terhadap bayi berisiko tinggi dapat memberikan
perlindungan
TOXOPLASMOSIS
PENGERTIAN
Toxoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
dengan parasit obligat intraselluler Toxoplasma gondii.
Toksoplasmosis serebral adalah penyakit infeksi opportunistik
biasanya menyerang pasien-pasien dengan HIV-AIDS dan
merupakan penyebab paling sering terhadap abses serebral
pada pasien-pasien ini
TRANSMISI
MANIFESTASI KLINIS
Pemeriksaan Fisik
Pada umumnya, abses otak memiliki tingkat mortalitas yang tinggi yaitu
sekitar 15%.
Keadaan umum penderita juga menentukan prognosis.
Penderita dengan gangguan kekebalan mempunyai prognosis yang buruk.
Sebanyak 8-10% penderita mengalami abses yang berulang, umumnya
dalam 6-24 minggu sejak pertama kali menderita.
SPONDILITIS TUBERKULOSA
DEFINISI
• Pott’s disease atau Tuberculous vertebral osteomyelitis infeksi
sekunder pada tulang vertebrae yang disebabkan oleh
Microbacterium tuberculosa.
• Terdapat :
- penyempitan ruang diskus intervertebralis dan badan vertebra
yang berdekatan
- runtuhnya elemen tulang belakang
- wedging anterior yang menyebabkan kifosis
- pembentukan gibbus
EPIDEMIOLOGI
Amerika Utara, Eropa dan Saudi Arabia, penyakit ini terutama
mengenai dewasa, dengan usia rata-rata 40-50 tahun.
Asia dan Afrika sebagian besar mengenai anak-anak (50% kasus
terjadi antara usia 1-20 tahun). Pola inimengalami perubahan dan
terlihat dengan adanya penurunan insidensi infeksi tuberkulosa
pada bayi dan anak-anak di Hongkong.
ETIOLOGI
Spondilitis TB disebabkan oleh bakteri:
• Mycobacterium tuberculosis
• Mycobacterium bovis
PATOGENESIS TUBERCULOSIS
M.Tb masuk-> makrofag alveolus fagosit TB. Bila makrofag tidak dapat
menghancurkan Tb-> Tb bereplikasi di makrofag-> makrofag lisis-> fokus
primer Ghon.
Imunitas seluler terbentuk-> Tuberkel
PATOGENESIS
Fagositosis oleh makrofag
Inhalasi basil Alveolus
TB
Destruksi makrofag
Resolusi
Kelenjar Limfe
Pembentukan tuberkel
Kalsifikasi
Penyebaran hematogen
Perkejuan
Pecah
Lesi di hepar, lien ,
ginjal,TULANG,
Lesi sekunder paru
otak, dll
PENYEBARAN KE VERTEBRA
• LABORATORIUM
• Prinsip Pengobatan
• 1. Pemberian obat antituberkulosis (OAT).
• 2. Dekompresi medulla spinalis.
• 3. Menghilangkan/ menyingkirkan produk infeksi.
• 4. Stabilisasi vertebra dengan graft tulang (bone graft).
1.Terapi konservatif
a. Tirah baring (bed rest).
b. Memberi korset yang mencegah gerakan vertebra/
membatasi gerak vertebra.
c. Memperbaiki keadaan umum penderita.
d. Pengobatan antituberkulosa .
Terapi OAT
Spondilitis tuberkulosa kategori 1
1. Fase terapi intensif/ inisial kombinasi OAT: 2RHEZ
2. Fase terapi lanjutan kombinasi OAT: 7RH