pada Suicide
Oleh:
Azaria Zhafirah D P. 2729 A
DInda Puan Rizka Wiranti P. 2733 A
Preseptor:
Dr. dr. Amel Yanis, Sp.KJ(K)
BAB 1
Pendahuluan
2
Latar Belakang
3
Latar Belakang
Prevalensi Kematian Akibat Bunuh Diri
👨 3 kali 👩
Laki-laki menggunakan alat Wanita menggunakan zat
yang lebih efektif seperti psikoaktif overdosis atau
pistol, melompat dari racun. Wanita cenderung
gedung yang tinggi, menyelamatkan diri
menggantung diri. sendiri dan diselamatkan
orang lain.
4
Latar Belakang
6
Latar Belakang
7
Latar Belakang
8
Latar Belakang
9
Batasan Masalah
10
Metode Penulisan
11
BAB 1I
Tinjauan Pustaka
12
Definisi
13
Epidemiologi
14
Epidemiologi
15
Epidemiologi
Ide bunuh diri paling Ide bunuh diri lebih Kejadian bunuh diri
tinggi di Amerika tinggi pada pada negara
Serikat dan Selandia perempuan. pendapatan tinggi
Baru : 15%. Kematian akibat dibanding negara
Insidensi ide bunuh bunuh diri lebih dengan pendapatan
diri dan perilaku tinggi pada laki-laki rendah hingga
bunuh diri paling dengan menengah 3,5 : 1,6.
tinggi pada remaja perbandingan 15:8
dan dewasa muda: per 100.000 orang.
12,1-33% untuk ide
bunuh diri dan,
4,1-9,3% untuk
perilaku bunuh diri.
16
Etiologi dan Patofisiologi
17
a. Faktor Geografis
18
a. Faktor Geografis
19
b. Faktor Biologis
20
b. Faktor Biologis
21
c. Faktor Psikiatri
22
c. Faktor Psikiatri
23
d. Faktor Sosiologi
Emile Durkheim:
tingkat bunuh diri berbanding terbalik dengan
integrasi kelompok sosial di mana individu
membentuk bagian.
24
d. Faktor Sosiologi
Altruistic Suicide
akibat integrasi berlebihan dalam masyarakat
(misalnya, harakiri, sati).
Egoistic Suicide
ditentukan oleh kurangnya ikatan keluarga
yang harmonis atau interaksi sosial.
Egoistic Suicide
ditentukan oleh kurangnya ikatan keluarga
yang harmonis atau interaksi sosial.
25
Upaya Bunuh Diri
Tahap 1
Dimulai dengan rasa nyeri.
Nyeri yang dirasakan adalah nyeri psikologis
atau emosional. Jika hidup seseorang diliputi
nyeri yang cukup, dan ia merasa putus asa
bahwa rasa sakit akan membaik, ia akan
mempertimbangkan mengakhiri hidupnya.
Singkatnya,
rasa sakit + putus asa = penyebab keinginan
bunuh diri.
26
Upaya Bunuh Diri
27
Upaya Bunuh Diri
Tahap 3
Penentu utama tahap 3: apakah individu
memiliki kapasitas untuk melakukan upaya
bunuh diri.
Rasa takut akan kematian adalah naluri yang kuat yang
membuatnya sangat sulit untuk mencoba bunuh diri,
bahkan jika mengalami keinginan bunuh diri yang kuat
(Joiner).
Dengan demikian, individu hanya dapat mencoba
bunuh diri jika mereka telah mengembangkan kapasitas
untuk mengatasi hambatan ini.
28
Manifestasi Klinis
29
Panduan Wawancara dan Psikoterapi
30
Panduan Wawancara dan Psikoterapi
31
Panduan Wawancara dan Psikoterapi
32
Panduan Wawancara dan Psikoterapi
33
Penatalaksanaan
34
Penatalaksanaan
35
Penatalaksanaan
36
Penatalaksanaan
37
Penatalaksanaan
38
Aspek Neurobiologi pada Bunuh Diri
39
Aspek Neurobiologi pada Bunuh Diri
40
Aspek Neurobiologi pada Bunuh Diri
Sistem Serotonergik
▧ Sistem serotonergik berhubungan dengan depresi dan
perilaku impulsif serta agresif, dua kondisi klinis tersebut
berhubungan dengan bunuh diri dan menjadi faktor yang
mendukung pada bunuh diri.
▧ Individu yang mengalami depresi berat dan bunuh diri
pada regio kortikal dan subkortikal otaknya terjadi
penurunan transmisi serotonin serta elevasi ekspresi
mRNA dari TH2 dapat dikenali sebagai mekanisme
kompensasi akibat penurunan transmisi serotonin sentral
atau akibat meningkatnya respons stress.
41
Aspek Neurobiologi pada Bunuh Diri
Sistem Dopaminergik
▧ Pada pasien yang telah melakukan percobaan bunuh diri
ditemukan peningkatan kadar HVA pada hipokampus, namun
kondisi tersebut tidak ditemukan pada bagian korteks.
▧ Ohmori et al (1992) yang membandingkan kadar HVA pada
korteks pasien yang telah melakukan percobaan bunuh diri
terhadap pasien yang mengalami sakit fisik, didapatkan tingginya
kadar HVA pada korteks frontal dari pasien yang melakukan
percobaan bunuh diri. Studi yang mempelajari aktivitas dopamin
dengan mengukur kadar metabolit dopamin di dalam CSF
menunjukkan bahwa kadar HVA lebih rendah pada kelompok
yang melakukan bunuh diri dibanding kelompok kontrol.
42
Aspek Neurobiologi pada Bunuh Diri
Sistem Dopaminergik
Temuan tersebut dapat diinterpretasikan
bahwa terjadi disfungsi dopaminergik pada
orang yang telah melakukan bunuh diri.
43
Aspek Neurobiologi pada Bunuh Diri
Sistem Noradrenergik
Adrenalin memiliki efek fisiologis dan
berepean dalam fungsi kognitif. Adrenalin juga
berperan pada mood dan bunuh diri.
Noradrenalin disintesis oleh neuron locus
coeruleus (LC). Terdapat penurunan intensitas
pigmen dan jumlah total neuron LC pada
hemisfer kiri otak pada individu yang
melakukan bunuh diri.
44
Aspek Neurobiologi pada Bunuh Diri
45
Aspek Neurobiologi pada Bunuh Diri
46
Aspek Neurobiologi pada Bunuh Diri
Hipotalamic Pituitary Adrenal Axis (HPA Axis)
47
Aspek Neurobiologi pada Bunuh Diri
Hipotalamic Pituitary Adrenal Axis (HPA Axis)
48
Metabolisme Lipid
▧ Kolesterol adalah komponen inti ▧ Kadar kolesterol serum dan sistem
SSP penting untuk stabilitas serotonergik saraf pusat dapat
membran sel, dan berfungsinya mengurangi aktivitas serotonin
neurotransmisi dengan baik. otak.
▧ Ditemukan bahwa kolesterol total, ▧ Metabolisme fosfolipid hancur,
LDL, lipid total, dan trigliserida menggabungkan defisit
secara signifikan lebih rendah pada penggabungan asam lemak jenuh
pasien dengan skizofrenia yang poliun dalam membran dengan
melakukan upaya bunuh diri. peningkatan kerusakan.
▧ Kadar lipid yang lebih rendah pada ▧ kolesterol dapat memengaruhi
skizofrenia dapat berhubungan keadaan dan perilaku penyakit,
dengan terjadinya sindrom karena kolesterol dapat berperan
metabolik. Vuksan-Cusa et al. dalam produksi selubung mielin,
mengamati bahwa prevalensi dalam pertukaran trans-membran,
sindrom metabolik pada orang fungsi enzim, dalam sintesis
dengan skizofrenia lebih rendah hormon steroid, dan ekspresi
pada percobaan bunuh diri reseptor neurotransmitter.
dibandingkan pada yang tidak.
49
Brain Derived Neurotropic Factor
50
Brain Derived Neurotropic Factor
51
Brain Derived Neurotropic Factor
52
Neuroimmune System (Sitokin)
53
Neuroimmune System (Sitokin)
54
BAB 1II
Kesimpulan
55
Bunuh diri bisa disebabkan oleh beberapa faktor,
seperti faktor sosiologis, faktor psikologis, faktor
biologis, dan faktor genetik.
Gangguan jiwa yang sering berkaitan dengan bunuh diri
adalah gangguan mood, ketergantungan alkohol,
skizofrenia dalam jumlah yang relatif kecil.
56
Terima Kasih
Any questions?
57