Anda di halaman 1dari 34

NEONATAL PNEUMONIA, PENYAKIT JANTUNG

BAWAAN (PDA, VSD, HP, PFO) DAN GIZI KURANG

OLEH
Reza Ridha Ramadhan

PEMBIMBING
DR. Dr. Bakhtiar, Sp.A (K)

Bagian/ SMF Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
Banda Aceh
2019
PENDAHULUAN
Risiko terbesar dari kematian akibat pneumonia di
masa anak-anak ialah pada masa neonatal.

Pneumonia neonatal sering sulit untuk


diidentifikasi dan diobati, karena manifestasi klinis
sering tidak spesifik, dan temuan laboratorium
dengan nilai yang terbatas
Pada beberapa jenis
PJB tertentu sangat
diperlukan pengenalan
Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah
penyakit dengan kelainan pada struktur dan diagnosis dini agar
jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang segera dapat diberikan
dibawa dari lahir pengobatan serta
tindakan bedah yang
diperlukan
PENDAHULUAN
1/3 dari 10,8 juta Bila PJB tidak terdeteksi,
kematian anak di dunia 50% kematian akan terjadi Status gizi kurang terjadi
terjadi pada 28 hari pada bulan pertama karena tubuh kekurangan satu
kehidupan atau beberapa macam zat gizi
kehidupan
yang diperlukan.

PJB merupakan salah satu


faktor resiko pada neonatus
untuk menderita infeksi saluran
napas seperti neonatal
pneumonia serta gizi kurang

Oleh karena itu, laporan kasus ini


akan membahas tentang neonatal
pneumonia serta hubungannya
dengan penyakit jantung bawaan
dan gizi kurang
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
 Nama : By. Sri Rezeki Wahyuni
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Umur : 15 hari
 Alamat : Kite Meranggun – Aceh Tenggara
 No. CM : 1203973
 Tanggal Masuk RS : 20 Maret 2019
 Tanggal Pemeriksaan : 25 April 2019
Anamnesis
 Keluhan Utama : Sesak napas

 Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang dengan rujukan dari Rumah Sakit Meuraksa Banda Aceh dengan diagnosis
bronkopneumonia + PJB asianotik. Pasien datang dengan keluhan sesak yang dirasakan sejak lahir.
Pasien lahir di Simeulue. Pasien sempat dirawat di NICU RS Simeulue selama 4 hari. kemudian,
pasien dirujuk ke RS Meuraksa Banda Aceh. saat di RS Meuraksa, pasien mulai batuk berdahak dan
masih merasakan sesak. Pasien dirawat selama 11 hari di RS Meuraksa. Pasien juga sudah dilakukan
pemeriksaan foto thoraks dengan hasil pneumonia. Pasien lalu dirujuk ke RSUDZA.
Di RSUDZA, pasien awalnya dirawat di ruang NICU selama 17 hari, dan dilakukan pemasangan
CPAP. Pada saat dirawat di NICU, refleks menghisap pasien lemah, menangis lemah, dan gerakan
aktif. Kemudian, pada tanggal 8 April 2019, pasien dipindahkan ke ruang PICU. Di ruang ini, pasien
dirawat selama 14 hari. Saat dilakukan pemeriksaan, pasien sudah dirawat di ruang rawat anak
Arafah 1. Saat ini, kondisi pasien dalam keadaan sakit sedang refleks menghisap sudah mulai kuat,
menangis kuat, dan gerakan aktif.
 Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada.
 Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada keluarga pasien yang pernah menderita keluhan yang
sama.
 Riwayat penggunaan obat : IVFD NS 300 cc/24 jam
Inj Ampicilin 150mg/12 jam
Inj Gentamisin 15mg/24 jam (diberikan selama 7 hari, saat ini
sudah stop)
Inj Ranitidin 3 mg/24 jam
 Riwayat Persalinan : Pasien merupakan anak ke-3 dari 3 bersaudara, lahir cukup bulan
dengan persalinan normal dengan berat lahir 3000 gram.
 Riwayat Imunisasi : Belum mendapat imunisasi apapun sejak lahir
 Riwayat Makanan : ASI ad libitum
Pemeriksaan Fisik
Tidak ikterik, pupil bulat isokor, RCL
UUB terbuka rata, rambut (+/+)
hitam distribusi merata

Simetris, sf kanan = sf kiri,


sonor, ves (+/+), rh (+/+),
MCH tidak ada wh (-/-)

Sianosis tidak ada pada


bibir dan mulut
Iktus kordis terlihat, Iktus kordis teraba di ICS
V, linea midcalivularis kiri, Batas jantung
Simetris, tidak ada normal, BJ I > BJ II, bising (+), gallop (-),
benjolan, pembesaran murmur (+)
KGB (-)

Sianosis (-), akral hangat, CRT < simetris, distensi (-), tali pusar
2 detik mengkilap, berbau (-), peristaltik kesan
normal, organomegali (-), nyeri tekan (-),
defans muskular (-), timpani

Kulit tampak kuning


 Keadaan Umum : Sedang
 Berat Badan : 2750 gr
 Panjang Badan : 50 cm
 Lingkar Lengan Atas : 8 cm
 Lingkar Kepala : 32,5 cm
 BB/U : < -3 SD
 PB/U : -2 SD s/d -3 SD
 BB/TB : -2 SD s/d -3 SD
 HA : 7 hari
 BBI : 3,4 kg
 Kesan : Gizi Kurang
 Kebutuhan Cairan : 100 x 2,75 kg = 275 cc/hari atau 11,4 cc/jam
 Kebutuhan Kalori : (95-107) x 3,4 kg = 323 – 363 kkal/hari
 Kebutuhan Karbo : 60% = 153-217 gr/hari
 Kebutuhan Protein : 25% = 80,75 – 90,76 gr/hari
 Kebutuhan Lemak : 15% = 48-54 gr/hari
Pemeriksaan Penunjang
05/3/2019 21/4/2019 Nilai Rujukan
Hb 14,7 11,6 12,7-18,7 g/dl
Ht 41,6 33 53-63 %
Eritrosit 4,4 3,9 4,4-5,8 x 106/mm3
Leukosit 11,7 25,8 5,0-21,0 x 103/mm3
Trombosit 642 327 150-450 x 103/mm3
MCV 93 84 80-100 fl
MCH 33 30 27-31 pg
MCHC 35 35 32-36 %
2/1/44/ 0/0/0/94/ 0-6/ 0-2/ 2-6/ 50-70/
Dif.count
42/11 3/3/3 20-40/2-8 %
Natrium 142 132-146 mmol/L
Kalium 3,6 3,6-6,1 mmol/L
Klorida 96 95-116 mmol/L
Kalsium 7,9 8,6-10,3 mg/dL
Protein Total 5,94 6,4-8,3 g/dL
Albumin 3,73 3,5-5,2 g/dL
Globulin 2,21 g/dL
 Foto Thoraks pada tanggal 16 Maret 2019
 Kesimpulan : Pneumonia Dextra
 Kultur Darah pada tanggal 25 Maret 2019
 Kesimpulan : Tidak ada pertumbuhan
 Echocardiografi tanggal 25 Maret 2019
 Kesimpulan : PFO + PDA + VSD + PH
Diagnosis
 Neonatal Pneumonia + PDA + VSD + PH + PFO + Gizi Kurang

Terapi
- O2 simple mask 3-4 l/I - Sanbenafil 3x1,5 mg (PO)
- IVFD NS 10cc/jam - Tenace 1x0,35 mg (PO)
- Inj Ceftazidime 150mg/8jam (IV) - Sanmol drop 0,4cc (k/p)
- Inj Amikasin 25mg/12jam (IV) - Nebule NaCl 3% 2,5cc/12 jam
- Inj Furosemide 3 mg/12jam (IV) - Diet susu formula
- Inj Ranitidine 3 mg/8jam (IV)
- Spironolakton 1x6,25 mg (PO)
Prognosis
• Quo ad vitam : dubia ad bonam
• Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
• Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
Follow Up Harian
Tanggal/ Hari Rawatan Catatan Instruksi

S/ Hari rawatan ke-35, sesak Th /


napas sudah berkurang, demam - O2 simple mask 3-4 l/i
tidak ada - IVFD NS 10cc/jam
O/ - Inj Ceftazidime 150mg/8jam
HR : 166 x/mnt - Inj Amikasin 25mg/12jam
T : 36,9oC - Inj Furosemide 3 mg/12jam
25/04/2019
RR : 72 x/mnt - Inj Ranitidine 3 mg/8jam
Dokter
K/L: Thoraks rhonki basah halus - Spironolakton 1x6,25 mg
Anak
di kedua lapangan paru - Sanbenafil 3x1,5 mg
Respi
Cor: continous murmur - Tenace 1x0,35 mg
Abdomen: soepel - Sanmol drop 0,4cc (k/p)
Ekstremitas: hangat - Nebule NaCl 3% 2,5cc/12 jam
Ass/ - Diet susu formula
Neonatal Pneumonia + PDA +
VSD + HP + PFO + gizi kurang
S/ Hari rawatan ke-36, sesak Th /
napas masih ada, sulit tidur - O2 simple mask 3-4 l/i
O/ - IVFD NS 10cc/jam
HR : 164 x/mnt - Inj Ceftazidime 150mg/8jam
T : 36,7oC - Inj Amikasin 25mg/12jam
RR : 74 x/mnt - Inj Furosemide 3 mg/12jam
26/04/2019
K/L: Thoraks rhonki basah - Inj Ranitidine 3 mg/8jam
Dokter
halus di kedua lapangan paru - Spironolakton 1x6,25 mg
Anak
Cor: continous murmur - Sanbenafil 3x1,5 mg
Respi
Abdomen: soepel - Tenace 1x0,35 mg
Ekstremitas: hangat - Sanmol drop 0,4cc (k/p)
Ass/ - Nebule NaCl 3% 2,5cc/12 jam
Neonatal Pneumonia - Diet susu formula
(perbaikan) + PDA + VSD + HP +
PFO + gizi kurang
S/ Hari rawatan ke-37, sesak Th /
napas berkurang - O2 simple mask 3-4 l/i
O/ - IVFD NS 10cc/jam
HR : 162 x/mnt - Inj Ceftazidime 150mg/8jam
T : 36,6oC - Inj Amikasin 25mg/12jam
RR : 52 x/mnt - Inj Furosemide 3 mg/12jam
K/L: Thoraks rhonki di kedua - Inj Ranitidine 3 mg/8jam
27/04/2019 lapangan paru minimal - Spironolakton 1x6,25 mg
Dokter anak Cor: continous murmur - Sanbenafil 3x1,5 mg
Respi Abdomen: soepel - Tenace 1x0,35 mg
Ekstremitas: hangat - Sanmol drop 0,4cc (k/p)
Ass/ - Nebule NaCl 3% 2,5cc/12 jam
Neonatal Pneumonia - Diet susu formula
(perbaikan) + PDA + VSD + HP
+ PFO + gizi kurang
S/ Hari rawatan ke-38, sesak Th /
napas berkurang - O2 simple mask 3-4 l/i
O/ - IVFD NS 10cc/jam
HR : 165 x/mnt - Inj Ceftazidime 150mg/8jam
T : 36,7oC - Inj Amikasin 25mg/12jam
RR : 54 x/mnt - Inj Furosemide 3 mg/12jam

28/04/2019 K/L: Thoraks rhonki di kedua - Inj Ranitidine 3 mg/8jam

Dokter anak lapangan paru minimal - Spironolakton 1x6,25 mg

Respi Cor: continous murmur - Sanbenafil 3x1,5 mg


Abdomen: soepel - Tenace 1x0,35 mg
Ekstremitas: hangat - Sanmol drop 0,4cc (k/p)
Ass/ - Nebule NaCl 3% 2,5cc/12 jam
Neonatal Pneumonia - Diet susu formula
(perbaikan) + PDA + VSD + HP
+ PFO + gizi kurang
ANALISA KASUS

Telah dilakukan pemeriksaan pada seorang anak perempuan berusia 15 hari yang
dirawat di ruang rawat anak RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh pada tanggal 25
April 2019 dengan diagnosa Neonatal Pneumonia + PDA + VSD + PH + PFO + Gizi
Kurang. Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik serta
pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan.
Dari hasil anamnesis terhadap ibu pasien, pasien datang dengan
keluhan sesak yang dirasakan sejak lahir. Pasien mulai batuk
berdahak dan masih merasakan sesak saat di RSUDZA. Kemudian,
gejala lain yang didapatkan adalah refleks menghisap pasien lemah,
menangis lemah, dan gerakan aktif. Saat ini, kondisi pasien dalam
keadaan sakit sedang, refleks menghisap sudah mulai kuat,
menangis kuat, dan gerakan aktif.

Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan nadi 166x/menit, laju


pernapasan 72 x/menit, suhu tubuh 36.9 C, terdapat retraksi
suprasternal. Pada auskultasi didapatkan suara rhonki basah halus di
kedua lapangan paru, dan juga ditemukan murmur pada auskultasi
jantung.
Pneumonia pada neonatus merupakan gangguan pernapasan pada bayi
baru lahir, dengan gejala seperti pernafasan yang bising atau sulit,
takipnea >60x/menit, retraksi dada, batuk dan mendengus.

WHO tidak membedakan antara pneumonia neonatal dan bentuk lain


dari sepsis berat seperti bakteremia, karena gejala-gejala yang tampak
hampir sama, keterlibatan organ dan pengobatan empirik yang memiliki
rejimen yang sama.

Takipnea merupakan tanda yang paling sering didapatkan dalam 60-89%


kasus, termasuk tanda lain seperti retraksi dada (36-91% kasus), demam
(30-56%), ketidakmampuan untuk makan (43-49%), sianosis (12-40%), dan
batuk (30-84%).(1)
Dari hasil laboratorium, didapatkan pasien mengalami leukositosis,
hipokalium, hipoklorida, dan hipokalsium.

Hal ini menunjukkan bahwa pada neonatus, agen penyebab infeksi


umumnya bakteri daripada virus. Infeksi ini sering diperoleh pada
saat proses persalinan, dapat berasal dari cairan ketuban atau jalan
lahir, tetapi juga dapat terjadi sebagai akibat dari intubasi dan
ventilasi. Tanda-tanda klinis dan radiografi pneumonia pada neonatal
dapat non-spesifik.(4)
Setelah dilakukan pemeriksaan darah, maka dilakukan pemeriksaan foto
thoraks. Hasilnya didapatkan perselubungan opak halus di 1/3 medial paru
kanan. Hal ini kemudian disimpulkan bahwa terjadi pneumonia di paru
dextra pasien.

Selain pengujian hematologi, biokimia darah, dan kultur bakteri, pencitraan


radiografi dada dianggap merupakan komponen penting dalam membuat
diagnosis pneumonia neonatal. Pencitraan diagnostik tidak hanya dilakukan
pada penilaian awal kondisi neonatus dan untuk menegakkan diagnosis,
tetapi juga untuk memantau perkembangan penyakit dan efek dari tindakan
terapi intervensi.(5)

Pada pneumonia didapatkan perbercakan dengan pola garis di perihilar yang


dapat menyerupai TTN, perbercakan pada pneumonia akibat S. Pneumonia
group B dapat menyerupai HMD dengan penurunan volume paru. Bayi aterm
dengan gambaran HMD harus dianggap sebagai pneumonia sampai terbukti
sebaliknya
Klasifikasi pneumonia berdasarkan WHO : (7, 8)
Bayi kurang dari 2 bulan
• Pneumonia berat : napas cepat (>60x/menit) atau retraksi yang berat, harus
dirawat dan diberikan antibiotik
• Pneumonia sangat berat : tidak mau menetek/minum, kejang, letargi, demam
atau hipotermi, bradipneu, atau pernapasan irregular

Anak umur 2 bulan – 5 tahun


• Pneumonia ringan : napas cepat
• Pneumonia berat : retraksi
• Pneumonia sangat berat : tidak dapat minum/makan, kejang, letargi, malnutrisi

Dari pedoman klasifikasi diatas, pasien ini dapat dikelompokkan pada kelompok
bayi yang berusia kurang dari 2 bulan dengan pneumonia berat. Hal ini juga
didasarkan dari gejala yang didapatkan dari pasien yaitu adanya sesak napas,
retraksi dinding dada, dan refleks menghisap yang lemah.

Lyons JJ, Milner JD, Stone KD. Atopic Dermatitis in Children : Clinical features, Pathophysiology and Treatment. Immunol Allergy Clin North Am. February 2015; 35(1): 161-83.
Pasien kemudian diterapi dengan O2 simple mask 3-4 l/I, IVFD NS 10cc/jam. Saat
di NICU, pasien ini pernah mendapatkan ventilasi berupa CPAP. Pemberian sanmol
drop 0,4cc (k/p), nebule NaCl 3% 2,5cc/12 jam, dan diet susu formula pada pasien
ini ditujukan sebagai perawatan supportif.

Prioritas awal pada anak dengan pneumonia meliputi identifikasi dan pengobatan
gangguan pernapasan, hipoksemia, dan hiperkarbia. Mendengus, takipnea parah,
dan retraksi harus meminta dukungan pernapasan langsung. Anak-anak yang
berada dalam kesulitan pernapasan yang parah harus menjalani intubasi trakea
jika mereka tidak mampu untuk mempertahankan oksigenasi atau mengalami
penurunan tingkat kesadaran.(9) Prinsip-prinsip umum pengobatan, yaitu hidrasi,
anti piretik dan ventilasi dukungan jika diperlukan. (10)

Lyons JJ, Milner JD, Stone KD. Atopic Dermatitis in Children : Clinical features, Pathophysiology and Treatment. Immunol Allergy Clin North Am. February 2015; 35(1): 161-83.
Antibiotik yang diberikan pada pasien ini adalah ceftazidime 150mg/8jam (IV),
dan amikasin 25mg/12jam (IV).

WHO merekomendasikan penggunaan ampicillin (50mg/kg) setiap 12 jam dalam


minggu pertama kehidupan, kemudian pada umur 2-4 minggu diberikan tiap 8
jam, ditambah dengan dosis tunggal gentamicin. Jika bayi tidak berespon
terhadap pemberian antibiok lini pertama, WHO merekomendasikan untuk
mengganti antibiotik dengan cephalosporin generasi ketiga atau kloramfenikol
terutama pada bayi yang tidak prematur dan level obat dapat di monitor. (1)

Lyons JJ, Milner JD, Stone KD. Atopic Dermatitis in Children : Clinical features, Pathophysiology and Treatment. Immunol Allergy Clin North Am. February 2015; 35(1): 161-83.
Pada pasien ini ditemukan beberapa gejala dari PJB,
yaitu pasien mengeluhkan sesak napas berulang, sulit
makan dan minum dan infeksi saluran napas.

Gambaran klinis pada pasien dengan PDA tergantung


pada besarnya pirau kiri ke kanan.

Pada PDA yang kecil (<3mm) pasien biasanya


asimptomatik, pada PDA sedang biasanya gejala timbul
pada usia 2 bulan atau lebih yang berupa kesulitan
makan, infeksi saluran napas berulang, tetapi berat
badan masih normal atau berukurang sedikit,

Sedangkan pada PDA besar (4-10mm), sering pasien


memberikan gejala sejak minggu pertama berupa sesak,
sulit minum, berat badan sulit naik, infeksi saluran napas
berulang, atelectasis dan gagal jantung kongestif.

Bakhtiar. Faktor Risiko, Diagnosis, dan Tatalaksana Dermatitis Atopi pada Bayi dan Anak. J Kes Masya. Februari 2010; 9(2): 188-98.
Ventricular Septal Defect (VSD) adalah lesi
kongenital pada jantung berupa lubang pada
septum yang memisahkan ventrikel sehingga
terdapat hubungan antara rongga ventrikel.
Hipertensi pulmonal seringkali tidak
Pasien dengan defek ventrikular cacat mungkin menunjukkan gejala yang spesifik. Gejala-
tidak ada simptom. Namun, jika lubang besar, gejala tersebut biasanya sulit dibedakan dengan
bayi sering memiliki gejala yang berhubungan gejala-gejala pada penyakit paru atau jantung
dengan gagal jantung. yang lain. Apalagi pada anak-anak. (13)

Gejala yang paling umum meliputi disapnea, Bayi menunjukkan gejala akibat penurunan CO
takipnea, pucat, takikardi, berkeringat, dan (cardiac output), seperti nafsu makan menurun,
infeksi saluran napas. (12) gagal tumbuh, letargi, takipnea, takikardi,
mual muntah dan iritabel.

Bayi atau anak mungkin sianosis saat


beraktivitas atau saat beristirahat akibat aliran
darah dari kanan ke kiri. Pada anak, sesak nafas
adalah gejala yang paling sering, terutama saat
latihan fisik akibat kegagalan meningkatkan CO
saat kebutuhan oksigen jaringan meningkat. (13)
Pasien PFO sering memiliki satu atau lebih dari gejala berikut,
yaitu stroke kriptogenik (penyebab tidak diketahui), sakit
kepala sebelah, hipoksemia, penyakit dekompresi pada
penyelam, penyakit ketinggian tinggi, khususnya edema paru
dengan lebih buruk daripada kadar oksigen darah rendah, dan
sleep apnea. (14)

PFO tidak terdeteksi pada pemeriksaan fisik,


elektrokardiogram, tes stres, atau rontgen dada.
Pasien telah diberikan furosemide 3 mg/12jam (IV), inj ranitidine
3 mg/8jam (IV), dan spironolakton 1x6,25 mg (PO). Pasien juga
diberikan sanbenafil 3x1,5 mg (PO), tenace 1x0,35 mg (PO). Obat
ini dimaksudkan untuk mengurangi keadaan hipertensi pulmonal
yang merupakan kelainan bawaan pada pasien ini.

Umumnya tata laksana penyakit jantung bawaan meliputi tata


laksana non-bedah dan tata laksana bedah. Tata laksana non-
bedah meliputi tata laksana medikamentosa dan kardiologi
intervensi. (15)

Tata laksana medikamentosa umumnya bersifat sekunder


sebagai akibat komplikasi dari penyakit jantungnya sendiri atau
akibat adanya kelainan lain yang menyertai.

Dalam hal ini tujuan terapi medikamentosa untuk


menghilangkan gejala dan tanda di samping untuk
mempersiapkan operasi. Lama dan cara pemberian obat-obatan
tergantung pada jenis penyakit yang dihadapi. (15)
Status gizi kurang terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa
macam zat gizi yang diperlukan.

Kurang gizi banyak menimpa anak khususnya anak balita yang berusia di
bawah lima tahun karena merupakan golongan yang rentan serta pada fase
ini kebutuhan tubuh akan zat gizi meningkat karena selain untuk tubuh juga
untuk perkembangan sehingga apabila anak kurang gizi dapat menimbulkan
berbagai penyakit. (3)

Ada beberapa faktor lain yang biasanya memegang peranan penting dalam
menyebabkan timbulnya gizi kurang adalah diare dan penyakit infeksi.
Keadaan ini menjadikan anak tidak mau makan sehingga kebutuhan zat
gizinya tidak terpenuhi. (3)
Pasien ini selain menderita gizi kurang, juga menderita PJB (Penyakit Jantung
Bawaan) dan infeksi paru yaitu pneumonia. Ada beberapa ketentuan
pemberian makanan pada anak dengan PJB. Cara pemberian makanan pada
anak dengan PJB dan malnutrisi tergantung dari derajat dan derajat usia
penderita.

Anak dengan penyakit jantung bawaan yang berat memerlukan 120-160


kkal/kg untuk mencapai tumbuh kejar adekuat. Yang penting dipantau
adalah kenaikan berat badan dan toleransi anak terhadap nutrisi yang kita
berikan. Masukkan protein sebaiknya 10-15% dari kalori yang dibutuhkan
untuk tumbuh kejar, tetapi tidak melebihi 4gr/kg, untuk menghindari
hiperamonemia, gangguan ginjal atau muntah.

Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering, berikan makanan padat
gizi. Kriteria sembuh pada malnutirsi adalah jika BB/TB > -2 SD. (3, 8)
KESIMPULAN
 Diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang teliti
pada setiap neonatus dengan gejala sesak napas, untuk mencegah terjadinya
komplikasi pneumonia yang dapat mengakibatkan kematian akibat gagal napas.

 Sebagian besar kasus neonatal pneumonia disebabkan oleh bakteri, oleh karena itu
pemberian antibiotik merupakan sesuatu yang sangat penting untuk dilakukan.
Perawatan suportif berupa pemberian oksigen, dan pemberian obat penurun panas
merupakan hal sepal yang sangat penting untuk dilakukan.

 Penyakit jantung bawaan yang diderita oleh pasien merupakan faktor resiko utama
yang menyebabkan infeksi saluran napas berupa pneumonia pada pasien.

 Kondisi penyakit jantung bawaan serta pneumonia yang diderita oleh pasien menjadi
salah satu penyebab terjadinya gizi kurang pada pasien.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai