PNEUMONIA
Baiq Kirana Dyahningrum Mandasari
Ilham Hidayat Restu Tulus Maha
Muhammad Rizki
KASUS
Identitas pasien
■ Nama : Nn. RN
■ Jenis kelamin : Perempuan
■ Tanggal lahir : 17 Maret 2000
■ Usia : 19 Tahun
■ Alamat : Cakung
■ Nomor RM : 2501542
■ Pekerjaan : SPG Parfum dan Pemandu Karaoke
■ Pendidikan : SMP
■ Tanggal Masuk : 5 Mei 2019
Keluhan Utama
Tidak ada
Ibu pasien
keluarga yang
menderita
mengalami
hipertensi
keluhan serupa
Riwayat asma,
gula, alergi, TB,
keganasan
disangkal
Riwayat Sosial
Pasien
Pasien Riwayat Penggunaan
bekerja
merupakan merokok tato,
sebagai Riwayat
anak (2017- narkoba,
pegawai seks bebas
tunggal, 2019) transfusi
swasta (2017)
adik sudah sejumlah 6 darah
(Pemandu
meninggal batang/hari disangkal
karaoke)
Pemeriksaan Fisis (12 Mei 2019; Hari
perawatan ke 7)
Keadaan 32x/ menit,
Tampak sakit berat
Umum Pernapasan reguler,
Compos mentis, E4 M6 abdominotorakal
Kesadaran
V5 Suhu 38 oC
Tekanan
99/86 mmHg Berat badan 45 kg
Darah
130x/ menit, reguler, Tinggi badan 160 cm
Nadi
kuat, isi cukup, ekual
Saturasi 97% on O2 kanula 3 lpm IMT 20 kg/m2
Pemeriksaan Fisis
Organ Deskripsi
Kulit Tidak sianosis, pucat, turgor buruk >3detik, terdapat bintik kehitaman di seluruh
ekstrimitas, terdapat purpura di kedua tangan
Kepala Normosefal, tidak ada deformitas, tidak ada tanda infeksi
Rambut Warna hitam, tidak ada kebotakan, tersebar merata, tidak mudah dicabut
Mata Konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik, Kelopak mata cekung, pupil isokor, refleks
cahaya langsung dan tidak langsung +/+, gerakan bola mata normal
Telinga Normotia, tidak ada sekret, tidak ada nyeri tekan tragus maupun mastoid
Hidung Tidak ada napas cuping hidung, tidak ada nyeri tekan, mukosa dan septum nasi
dalam batas normal
Mulut Mukosa bibir kering, bibir tampak pucat dan pecah-pecah, terdapat oral trush di
atas lidah.
Tenggorokan Sulit dinilai
Leher Tidak ada perbesaran KGB, Tidak ada pembesaran tiroid, trakea di tengah,
adanya penggunaan otot bantu napas interkoscostae, JVP 5-2 cmH2O
Dada Bentuk dada simetris, tidak ada pectus ekskavatum atau pectus karinatum,
tidak ada venektasi, tidak ada spider naevi
Pemeriksaan fisik
Organ Deskripsi
Jantung Inspeksi: iktus kordis tidak terlihat
Palpasi: iktus kordis teraba di sela iga V garis midklavikula kiri 1 jari medial
Perkusi: batas jantung kanan di sela iga V garis sternalis kanan, batas
jantung kiri ICS V dan pinggung jantung ICS 3
Auskultasi: bunyi jantung I-II regular, tidak ada murmur, tidak ada gallop
Paru (Depan) Inspeksi: tidak ada retraksi, gerakan dada simetris, ada penggunaan otot
bantu napas intercostae, pernapasan dangkal
Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak ada krepitasi, ekspansi dada simetris,
fremitus kanan dan kiri sama
Perkusi: Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi: Bunyi napas utama vesikuler, terdapat ronki basah kasar di
kedua lapang paru, tidak ada wheezing
Paru (Belakang) Inspeksi: tidak ada retraksi, gerakan dada simetris, tidak ada penggunaan
otot bantu napas
Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak ada krepitasi, ekspansi dada simetris,
fremitus kanan dan kiri sama
Perkusi: Sonor pada kedua paru
Auskultasi: bunyi napas utama vesikuler, terdapat ronkhi basah kasar di
kedua lapang paru, tidak terdengar wheezing
Pemeriksaan fisik
Organ Deskripsi
Abdomen I: perut datar, supel, tidak tampak tanda radang, tidak ada venektasi
ataupun caput medusa
A: terdapat bising usus, 4x/ menit, tidak terdapat bruit
Pa: tidak terdapat nyeri tekan pada seluruh lapang perut, tidak teraba
massa, hepar dan limpa tidak teraba, ballottement negative
Pe: tidak terdapat shifting dullness
Ekstremitas Akral hangat, tidak ada edema, CRT <2 detik, tidak ada clubbing finger
Pemeriksaan Penunjang (10 Mei 2019)
■ Darah Perifer Lengkap ■ Imunoserologi
– Hb : 9,3 (L) – VDRL : NR
– Ht : 26,2 (L)
– TPHA : NR
– Eri: 3,45x105 (L)
– HBsAg : NR
– MCV/MCH/MCHC :
75,9(L)/27/35,5 – Anti HCV : NR
– Trombosit: 80 x 103 (L) – CD4% : -
– Leukosit: 7,06x103 (L) – CD4 Abs : 3 (L)
– Hitung Jenis : 0,3/0 (L)/ 87,4 – Anti HIV : Reaktif (H)
(H)/ 4,4 (L) / 7,9
■ PCT : 4,08 (H).
– RDW : 19,3 (H)
■ SGOT/SGPT : 31/16
■ Ur/Cr : 32/0,5 (L)
■ GDS : 131
Pemeriksaan Penunjang (10 Mei 2019)
■ Asam Laktat 2,5 (H) ■ Urinalisa
– Warna : kuning jernih
■ Na+/K+/Cl- : 130 (L)/2,9 (L)/101
– Leukosit : 6-8
■ Analisa Gas Darah – Eritrosit: 25-50
– pH : 7,4 – Sel Epitel : negatif
– pCO2 : 22,9 (L) – Kristal : negatif
– pO2 : 108,7 (H) – Bakteri: negatif
– HCO3 : 17,7 (L) – Berat Jenis : 1,010
– pH : 6,5
– Total CO2 : 18,4 (L)
– Alb, Glu, Keton, Bil : negatif
– Base Excess : -5,9 (L)
– Darah : +3
– Sat O2 : 98 – Nitrit/Leukosit esterase : -/-
– Standar HCO3 : 21,4 (L)
Pemeriksaan Penunjang
2. TB paru klinis kasus baru dengan status HIV (+) belum ARV
3. Trombositopenia
7. Kandidosis Oral
Rencana Diagnosis
Kumar V, Abbas AK, Aster JC, Robbins SL, editors. Robbins basic pathology. 9th ed. Philadelphia, PA: Elsevier/Saunders; 2013. 910 p.
Patogenesis
■ Inhalasi mikroorganisme dengan ukuran 0,5-2,0
µm mencapai bronkiolus terminal bila
terinhalasi infeksi.
■ Kolonisasi pada saluran napas atas (hidung,
Inokulasi orofaring) aspirasi ke saluran
Hematogen napas bawah inokulasi mikroorganisme,
langsung terjadi pada sebagian besar
infeksi paru.
■ Sering menginfeksi lobus inferior dan media paru
Inhalasi Kolonisasi di kanan
bahan permukaan ■ Sering terjadi pada orang normal waktu tidur,
aerosol mukosa. keadaan penurunan kesadaran,
peminum alkohol, dan pemakai narkoba.
■ Sekret orofaring mengandung konsentrasi bakteri
sebanyak 108-1010/ml
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman komunitas: pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. 2nd ed. Jakarta: PDPI; 2014.
Fauci AS, Kasper DL, Longo DI, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, et al. Harrison’s Pulmonary and Critical Care Medicine. Philadelphia: The McGraw-Hills;2010.
Patogenesis
Fauci AS, Kasper DL, Longo DI, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, et al. Harrison’s Pulmonary and Critical Care Medicine. Philadelphia: The McGraw-Hills;2010.
Diagnosis
Diagnosis pasti pneumonia komunitas: ■ Jika onset gejala ≥48 jam setelah
infiltrat/air bronchogram pada foto toraks hospitalisasi HAP. Jika setelah
+ beberapa gejala: penggunaan intubasi VAP.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman komunitas: pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. 2nd ed. Jakarta: PDPI; 2014.
Pemeriksaan Penunjang
Leukopeni X X
Efusi pleura X X X X X
Confusion
CURB-65 ■ Uji mental ≤ nilai 8 skor 1
■ Uji mental ≥ nilai 8 skor 0
■ C : Confusion yaitu tingkat kesadaran Urea
berdasarkan uji mental
■ Urea ≥ 19 mg/dl skor 1
■ U : Urea
■ Urea ≤ 19 mh/dl skor 0
■ R : Respiratory rate atau frekuensi napas
RR
■ B : Blood pressure
■ RR > 30 x/menit skor 1
■ 65 : umur ≥65 tahun
■ RR ≤ 30 x/menit skor 0
Skor 0-1 : Risiko kematian rendah, berobat jalan Blood Pressure
Skor 2 : Risiko kematian sedang, dapat ■ BP < 90/60 mmHg skor 1
dipertimbangkan untuk dirawat
■ BP ≥ 90/60 mmHg skor 0
Skor >3 : Risiko kematian tinggi, dirawat harus
ditatalaksana sebagai pneumonia berat Umur
Skor 4 atau 5 : Harus dipertimbangkan ■ Umur ≥ 65 tahun skor 1
perawatan intensif ■ Umur < 65 tahun skor 0
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman komunitas: pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. 2nd ed. Jakarta: PDPI; 2014.
Pneumonia Severity Index
Indikasi rawat inap:
■ Skor PSI >70
■ Apabila skor PSI <70, pasien tetap
dirawat inap bila ditemukan salah
satu kriteria:
– RR > 30 x/menit
– PaO2/FiO2 <250 mmHg
– Foto toraks menunjukkan
infiltrat multilobus
– Tekanan sistolik <90 mmHg
– Tekanan diastolik <60 mmHg
■ Pneumonia pada penggunaan
NAPZA
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman komunitas: pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. 2nd ed. Jakarta: PDPI; 2014.
Diagnosis Banding
Tanda dan gejala P. Atipik P. Tipik
(Mycoplasma pneumoniae, Chlamidya (S. Pneumoniae, H. influenzae, M.
pneumoniae, Legionella pneumophilla catarrhalis, S. aureus, K. pneumoniae)
Onset Gradual Akut
Apusan Gram Flora normal atau spesifik Kokus gram (+) atau (-)
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman komunitas: pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. 2nd ed. Jakarta: PDPI; 2014.
Diagnosis Banding
■ MERS CoV: demam suhu ≥ 38oC, batuk, sesak, riwayat berpergian dari Timur Tengah
selama 14 hari terakhir, foto toraks ditemukan infiltrat/konsolidasi- ARDS
■ TB Paru: demam subfebris, batuk > 2minggu, penurunan BB, penurunan nafsu makan,
keringat malam cek sputum
■ Gagal jantung dengan edema paru: riwayat sakit jantung, riwayat kaki bengkak, foto
toraks CTR > 50%, corakan bronkovaskular meningkat
■ Pneumonitis aspirasi: riwayat aspirasi zat kimia (inhalasi, isi gaster), batuk, sesak napas,
throat clearing. Faktor risiko aspirasi: penurunan kesadaran, ggn kognitif, ggn fungsi
menelan, muntah, penggunaan NGT atau alat bantu napas, GERD. Foto toraks: infiltrate.
■ Tumor paru : Batuk, sesak, penurunan BB drastis, riwayat merokok lama, hasil radiologi
terdapat konsolidasi dengan nodul dan efusi pleura di kedua paru, Hasil perkusi redup,
vesikuler menurun.
■ Trauma, kontusio, perdarahan, obstruksi benda asing, iritasi subdiafragmatik
dibedakan lewat foto toraks.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman komunitas: pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. 2nd ed. Jakarta: PDPI; 2014.
Tatalaksana
■ Antibiotik empiris diberikan setelah
diagnosis pneumonia ditegakkan
dan diambil spesimen untuk
pemeriksaan mikrobiologi
■ Diberikan segera mungkin
■ Pemberian antibiotik di evaluasi
secara klinis dalam 72 jam
pertama
– Jika ada perbaikan klinis
terapi dilanjutkan
– Jika perburukan antibiotik
diganti sesuai hasil kultur
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman komunitas: pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. 2nd ed. Jakarta: PDPI; 2014.
Faktor Pemilihan Antibiotik Empiris
■ Jenis kuman yang dicurigai – Bakteri gram negatif
■ Obat tersebut terbukti efektif ■ Penghuni rumah jompo
■ Riwayat pemakaian antibiotik ■ Ada penyakit dasar
kardiopulmonar
■ Pertimbangkan kemungkinan resisten ■ Penyakit multipel
antibiotik, terutama oleh S. pneumonia
■ Riwayat penggunaan antibiotik
■ Adanya faktor komorbid:
– Pseudomonas aeruginosa
– Pneumokokus resisten penisilin
■ Bronkiektasis
■ Usia >= 65 tahun ■ Pengobatan kortikosteroid >10
■ Memakai obat gol. β-lactam mg/hari
selama 3 bulan terakhir ■ Pengobatan antibiotik
■ Peminum alkohol spektrum luas >7 hari pada
bulan terakhir
■ Gangguan imunitas
■ Malnutrisi
■ Penyakit penyerta multipel
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman komunitas: pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. 2nd ed. Jakarta: PDPI; 2014.
Farmakologi Beta lactam
Katzung BG, Masters SB, Trevor AJ. Basic & Clinical Pharmacology 11 ed. United Stated: McGraw Hill; 2009.
Tatalaksana
Pasien rawat jalan Pasien rawat inap di ruang Pasien rawat inap di ruang
biasa rawat intensif
• Pengobatan • Pengobatan • Pengobatan
suportif/simptomatik suportif/simptomatik suportif/simptomatik
• Tirah Baring • Pemberian terapi • Pemberian terapi
• Minum secukupnya oksigen oksigen
untuk mengatasi • Pemasangan infus untuk • Pemasangan infus untuk
dehidrasi rehidrasi dan koreksi rehidrasi dan koreksi
• Pemberian obat kalori dan elektrolit kalori dan elektrolit
simptomatik • Pemberian obat • Pemberian obat
• Pemberian antibiotik harus simptomatik simptomatik
diberikan sesegera mungkin • Pemberian antibiotik harus • Pemberian antibiotik harus
diberikan sesegera mungkin diberikan sesegera mungkin
• Bila ada indikasi pasien
dipasang ventilasi mekanis
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman komunitas: pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. 2nd ed. Jakarta: PDPI; 2014.
Petunjuk Terapi Empiris PDPI 2014
Rawat jalan Pasien tanpa riwayat pemakaian antibiotik 3 bulan sebelumnya:
• Golongan Beta lactam atau Beta lactam ditambah anti Beta lactamase (ko-amoksiklav 3 x 250
mg PO pada infeksi ringan-sedang / 3 x 500 mg PO infeksi berat) ATAU
• Makrolid baru (azithromycin 1 x 500 mg PO awal, lalu 1 x 250 mg PO 4 hari)
Pasien dengan komorbid/riwayat pemakaian antibiotic 3 bulan sebelumnya:
• Florokuinolone respirasi (Levofloxacin 750mg)
• B lactam ditambah anti B lactamase
• B lactam ditambah makrolid
Rawat inap • Florokuinolon respirasi (levofloxacin 1 x 750 mg selama 5 hari) ATAU
non ICU • B lactam ditambah makrolid (cefotaxime 2 x 1 g IV + klaritromisin IV 1 x 1 g)
Ruang rawat Apabila tidak ada faktor risiko infeksi Pseudomonas:
intensif • B lactam (cefotaxime, ceftriaxone atau ampisillin sulbactam) ditambah makrolid baru atau
florokuinolon respirasi (IV)
Pertimbangan Faktor risiko Pseudomonas:
khusus • Antipneumokokal, antipseudomonas B lactam (piperacillin-tazobactam, sefepim, imipenem atau
meropenem) ditambah levofloksasin 750mg ATAU
• Ditambah Aminoglikosida dan azitromisin ATAU
Bila dicurigai MRSA
• Tambahkan vankomisin atau linezolid
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman komunitas: pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. 2nd ed. Jakarta: PDPI; 2014.
Pneumonia Atipik
Antibiotik terpilih pada pnemonia atipik yang disebabkan oleh
M pneumoniae, C pneumoniae, dan Legionella spp:
■ Makrolid baru: azitromisin, klaritromisin, roksitromisin
■ Fluorokuinolon: levofloxacin, moxifloxacin
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman komunitas: pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. 2nd ed. Jakarta: PDPI; 2014.
Lama Pengobatan
Lama pemberian antibiotik minimal 5 hari dan tidak demam 48-72 jam.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman komunitas: pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. 2nd ed. Jakarta: PDPI; 2014.
Pencegahan
■ Vaksinasi: vaksin pneumococcus dan vaksin influenza
■ Berhenti merokok
■ Menjaga kebersihan tangan
■ Penggunaan masker
■ Etika batuk
■ Menerapkan kewaspadaan standar dan isolasi kasus
khusus
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman komunitas: pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. 2nd ed. Jakarta: PDPI; 2014.
PEMBAHASAN
1. Community-Acquired Pneumonia Skor
PSI 79 dd/Pneumocystis carinii pneumonia
dd/Mycosis Paru
■ Atas dasar: DD:
■ Anamnesis • Asma/PPOK
• CHF
– sesak yang memberat sejak 1 hari
• Gangguan Psikiatri
– batuk berdahak yang berwarna kuning kehijauan • Emboli Paru
– Demam meningkat sejak 3 hari SMRS turun (dapat disingkirkan)
dengan pemberian Panadol/5 jam
– Mual dan muntah
– Pasien periksa HIV + dan belum konsumsi obat
■ Pemeriksaan Fisik:
– HR = 130x; RR=32x; Suhu=38oC
– Retraksi otot intercostae
– Ronkhi basah kasar di kedua lapang paru
Pneumonia Severity Index
(PSI)
Skoring Karakteristik Pasien Nilai
Faktor demografik 9
CURB-65 (usia-10) = 19-10
Faktor Risiko Skor Penyakit komorbid 0
Confusion 0
Pemeriksaan Fisis 30
Urea (>19 mg/dL) 1
(RR>=30; RR>125)
Respiratory Rate 1
(>30x/menit) Hasil Laboratorium 50
(BUN>30;Na<130;Ht<3
Blood Pressure 0
0%; )
(> 90/60 mmHg)
Umur (<65 tahun) 0 Total Skor 89
Total Skor 2
■ PSI 89 risiko kelas III
• CURB-65 skor 2 moderate risk ■ Angka kematian 0,9-2,8%
(6,8% 30 day mortality) consider
inpatient or outpatient with close ■ Inpatient or outpatient monitoring
monitoring
1. Community-Acquired Pneumonia Skor
PSI 79 dd/Pneumocystis carinii pneumonia
dd/Mycosis Paru
■ Pemeriksaan Penunjang:
■ Lab:
– Leukosit: 7,06x103
– Hitung Jenis : 0,3/0 (L)/ 87,4 (H)/ 4,4 (L) / 7,9 (Neutrofilia + Limfopenia)
– AGD: pH : 7,4; pCO2 : 22,9 (L); pO2 : 108,7 (H); HCO3 : 17,7 (L); Total CO2 : 18,4 (L)
(Respiratory Alkalosis terkompensasi terkompensasi metabolik)
– PCT : 4,08 (H)
– Asam Laktat 2,5 (H) Hati-hati terdapat bacteremia Sepsis (Monitor Anam
PF+PP Fungsi organ --> Ginjal, Hepar, Otak, Paru serta Monitoring Status vital
mencegah Syok Sepsis dan DIC
■ X-Ray: Terdapat perselubungan di lapang paru kanan pasien
Manajemen
■ Rencana Diagnosis:
– Kultur Sputum : Pemeriksaan Gram, Agar Darah,
MacConkey
– Kultur Darah 3 tempat
– Pemeriksaan Sitologi Dahak Pewarnaan Giemsa
– Pemeriksaan IgG IgM anti-pneumocystis
■ Rencana Tatalaksana:
– Pemberian terapi oksigen
– Obat simptomatik: antipiretik Paracetamol
3x1000mg, mukolitik; N-asetilsistein 3x200 mg PO
– Antibiotik Broad Spektrum: Ceftriaxone 3 x 2 gram IV
(Jangan berikan Levofloxacin! Pasien ada TB)
– Respiratory Macrolide Azythromycin 1x500 mg IV
– Cotrimoxazole 80mg/400mg = 360-450 mg
(BB45kg) per hari 3x5 tablet selama 21 hari
2. TB paru klinis kasus baru dengan status
HIV (+) belum ARV
■ Anamnesis:
– Dada terasa sesak terutama saat beraktivitas, muncul tiba-tiba, tidak ada
pencetus dan mengi, tidak ada nyeri dada hebat yang menjalar.
– Batuk berdahak berwarna putih, terkadang disertai bercak kemerahan
– Demam hilang timbul, penurunan BB 10 kg dalam 2 minggu, terdapat penurunan
nafsu makan, terdapat keringat malam. Minum satu tablet 1 paracetamol
Terdapatt plak numular kehitaman di keempat ekstrimitas
■ Pemeriksaan Fisik:
– Auskultasi: Bunyi napas utama vesikuler, terdapat ronki basah kasar di kedua
lapang paru, tidak ada wheezing
■ Pemeriksaan Penunjang:
– Hb : 9,3 (L)
– CD4 Abs : 3 (L)
– Anti HIV : Reaktif (H)
Manajemen
■ Rencana Diagnosis :
– BTA Sputum 3x, Tes Cepat Molekuler, dan Kultur
– Cek PCR PCP
– Cek Viral Load
■ Rencana Tatalaksana :
Segera setelah diagnosis
– Rifampicin 1 x 450 mg
– INH 1 x 300 mg
– Pirazinamid 1 x 1000 mg
– Etambutol 1 x 1000 mg
Setelah 2-8 minggu Obat TB
– Lamivudin 500 mg + Tenofovir 500 mg + Efavirenz 300 mg
■ Rencana Evaluasi:
– BTA pada bulan ke-2,5, dan selesai pengobatan
– Foto Thoraks pasca pengobatan
– CD-4 dan Viral load pasca 2 bulan pengobatan HIV
3. Trombositopenia ec. Susp Immune
thrombocytopenic purpura sekunder
■ Pasien mengatakan terdapat titik-titik kemerahan sejak 2 bulan lalu di kulit tangan,
■ PF: Konjungtiva anemis, terdapat purpura di kedua tangan.
■ Penunjang
– Hb : 9,3 (L)
– Ht : 26,2 (L)
– Eri: 3,45x105 (L)
– MCV/MCH/MCHC : 75,9(L)/27/35,5
– Trombosit: 80 x 103 (L)
Curiga ec immune thrombocytopenic purpura ec. Infeksi HIV
Rencana Diagnosis:
Rencana Tatalaksana : Konsul IPD untuk pemberian prednison 3 mg/KgBB
4 Anemia Normositik Normokrom
■ Atas dasar:
– Anamnesis: Pasien mengeluh lemas dan pucat, terdapat sesak,batuk, dan demam
sejak 2 bulan SMRS.
– Pemeriksaan Fisik: Konjungtiva pucat
– Lab:
Hb : 9,3 (L)
Ht : 26,2 (L)
Eri: 3,45x105 (L)
MCV/MCH/MCHC : 75,9(L)/27/35,5
– Rencana Diagnosis: Apusan darah tepi; Coombs test.
Dicurigai e.c. Anemia of Chronic Disease dd/ Anemia Hemolytic
– Tatalaksana: Diet Tinggi Daging merah; Konsul IPD
3. Diare Kronik dengan Dehidrasi Ringan
Sedang
■ Pasien mengeluh diare sejak 2 minggu SMRS, berwarna kecoklatan, tidak ada darah, tidak
ada lendir, tidak ada dempul, berbau busuk. Satu hari produksi 4-5 x± 480 ml
■ Pemeriksaan Fisik: Mata cekung, turgor kulit buruk (> 3detik)
– Pemeriksaan Penunjang: Leukosit: 7,06x103 (L)
– Hitung Jenis : 0,3/0 (L)/ 87,4 (H)/ 4,4 (L) / 7,9
– Na+/K+/Cl- : 130 (L)/2,9 (L)/101 Diare Sekretorik
■ Rencana Diagnosis:
– Konsul IPD-KPTI dan Mikrobiologi klinik
– Pewarnaan Giemsa Feses Parasit Cryptosporidium, Cystoisospora, Cyclospora
– Agar MacConkey Feses Penyebab E.coli, K. pneumonia, atau gram (-) lainnya
– Agar Saboroud Feses Penyebab jamur (Candida Albicans, Fusarium, Aspergillus)
– Sediaan basah Strongiloides stercoralis, dirofilarial immitis, dll
3. Diare Kronik dengan Dehidrasi
Ringan Sedang
■ Rencana Tatalaksana
Terapi cairan Koreksi Natrium dan Kalium : IVFD
– IVFD Ringer Lactate 3 x 500 cc dalam 8 jam dan IVFD NaCl 0,9% 2x500 cc 12 jam
berikutnya dengan rincian:
– Kebutuhan Cairan : 1 liter + 0,5 liter + 25 x 20 mL = 2 liter/24 jam (Maintenance) + 10%
TBW(60%*45) (rehidrasi) = 2 liter + 270 cc = 2300 cc/24 jam 1500 cc pada 8 jam
pertama sisanya pada 16 jam berikutnya
– Koreksi Ion Natrium 0,6 x 45 kg x (135-130) = 135 mEq (Resusitasi) + 2 x 45 mEq =
225 mEq/24 jam pertama
– Koreksi Ion Kalium 0,25 x 45 kg x (3,5-2,9) = 6,75 mEq + 1 x 45 mEq = 51,75
mEq/24 jam KSR 2x600mg+IVFD
Loperamide 3 x 2 mg
Antibiotik/Antiparasit/Antijamur(?)
■ Rencana Evaluasi:
– Kadar Ion Natrium, Kalium pasca-koreksi
4. Malnutrisi dengan intake sulit
■ Atas dasar:
Anamnesis
– Berat badan berkurang 10 kg dalam 2 minggu
– Nafsu makan berkurang sejak 2 minggu
– Mual dan muntah berisi makanan sejak 1 hari SMRS
Pemeriksaan Fisik:
– BMI = 17,57 (Gizi Kurang)
Rencana Diagnosis: pengukuran BB berkala setiap 2 minggu
Rencana Tatalaksana: Kebutuhan Kalori Basal = 25kkalx45 kg = 1125 kkal + Kebutuhan
Kalori Tambahan = 1896 kkal
Rencana Diet lunak 1150 kkal target habis 70% jika <58% pasang NGT
Susu 3x150 ml
Aminofluid 1000 ml