Anda di halaman 1dari 30

OSTEOPOROSIS

DAN
ASPEK RADIOLOGINYA

GALUH EKA TANTRI (406171037)

PEMBIMBING : DR. HERMAN WIDJAJA HADIPRODJO, SP.RAD


Osteoporosis

▪ Suatu penyakit yang ditandai dengan berkurangnya massa tulang


dan adanya perubahan mikro-arsitektur jaringan tulang yang
berakibat menurunnya kekuatan tulang dan meningkatnya
kerapuhan tulang, sehingga tulang mudah patah.
▪ Secara statistik, osteoporosis didefinisikan sebagai keadaan
dimana Densitas Mineral Tulang (DMT) berada di bawah nilai
rujukan menurut umur atau standar deviasi berada di bawah nilai
rata-rata rujukan pada usia dewasa muda.
▪ osteopenia, yaitu suatu kondisi hilangnya sejumlah massa tulang
akibat berbagai keadaan
Epidemiologi

▪ Osteoporosis dijumpai di seluruh dunia dan sampai saat ini masih merupakan
masalah dalam kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang
▪ Pada tahun 2003 WHO
▪ > 75 juta orang di Eropa, Amerika dan Jepang menderita osteoporosis mengakibatkan 2,3
juta kasus patah tulang per tahun di Eropa dan Amerika
▪ Di Cina 7% dari jumlah populasi
▪ Pada tahun 2008
▪ sampel 65.727 orang = menunjukkan angka prevalensi osteopenia (osteoporosis dini)
sebesar 41,7% dan prevalensi osteoporosis sebesar 10,3%. Ini berarti 2 dari 5 penduduk
Indonesia memiliki risiko untuk terkena osteoporosis, dimana 41,2% dari keseluruhan
sampel yang berusia kurang dari 55 tahun terdeteksi menderita osteopenia
▪ Prevalensi osteopenia dan osteoporosis usia < 55 tahun pada pria cenderung lebih tinggi
dibanding wanita, sedangkan >55 tahun peningkatan osteopenia pada wanita enam kali
lebih besar dari pria dan peningkatan osteoporosis pada wanita dua kali lebih besar dari
pria.
▪ Tinggi nya kejadian under-diagnosis dan under-treatment merupakan hal yang
menjadikan osteoporosis patut diwaspadai pada geriatri. Satu dari 4 perempuan di
Indonesia dengan rentang usia 50-80 tahun memiliki risiko terkena osteoporosis
Prevalensi Osteoporosis di Indonesia Berdasarkan
Jenis Kelamin
Etiologi

▪ osteoporosis primer
▪ Osteoporosis Primer Tipe I Sering disebut dengan istilah
osteoporosis pasca menopause, yang terjadi pada wanita pasca
menopause. Biasanya wanita berusia 50-65 tahun, fraktur
biasanya pada vertebra (ruas tulang belakang), iga atau tulang
radius.
▪ Osteoporosis Primer Tipe II Sering disebut dengan istilah
osteoporosis senil, yang terjadi pada usia lanjut. Pasien biasanya
berusia ≥70 tahun, pria dan wanita mempunyai kemungkinan
yang sama terserang, fraktur biasanya pada tulang paha. Selain
fraktur maka gejala yang perlu diwaspadai adalah kifosis dorsalis
bertambah, makin pendek dan nyeri tulang berkepanjangan.
Etiologi

▪ Osteoporosis sekunder adalah osteoporosis yang disebabkan oleh


berbagai kondisi klinis/penyakit, seperti infeksi tulang, berbagai
penyakit tulang (chronic rheumatoid, artritis, tbc spondilitis,
osteomalacia, dll), tumor tulang, hipertiroid, pemakaian obat-
obatan tertentu, pengobatan steroid untuk jangka waktu yang
lama, dan immobilitas yang lama
Faktor Risiko

tidak dapat dimodifikasi dapat dimodifikasi


▪ Usia (lansia daya serap kalsium akan menurun ▪ Kurang aktivitas fisik dan imobilitas
seiring dengan bertambahnya usia)
▪ Jenis kelamin (wanita akan kehilangan massa
▪ Postur tubuh yang kurus cenderung
tulang 30%- 50%, sedangkan pria hanya 20%- mengalami osteoporosis dibandingkan
30%) dengan postur ideal (dengan berat
badan ideal)
▪ Genetik (80% kepadatan tulang diwariskan
secara genetik  osteoporosis dapat ▪ Kebiasaan (mengkonsumsi alkohol,
diturunkan) kopi, minuman yang mengandung
kafein, dan rokok yang berlebih)
▪ Gangguan hormonal (menopause mengalami
pengurangan hormon esterogen  wanita ▪ Asupan gizi rendah
diatas usia 40 tahun lebih banyak terkena
osteoporosis dibanding dengan pria)
▪ Kurang terkena sinar matahari
▪ Ganguan hormonal lain seperti : tiroid,
paratiroid dan glukokortikoid ▪ Penggunaan obat untuk waktu lama
Prognosis faktor risiko yang dapat dimodifikasi
Proses Remodeling Tulang
Perubahan massa tulang berdasarkan usia
Patofisiologi Osteoporosis
Anamnesis
Pemeriksaan fisik

▪ Tinggi badan dan berat badan


▪ Gaya berjalan penderita
▪ Deformitas tulang
▪ Leg-length inequality
▪ Nyeri spinal dan jaringan parut post operasi
▪ Postur tubuh: kifosis dorsal atau gibbus (dowager’s hump)
Pemeriksaan Penunjang

▪ pemeriksaan laboratorium
▪ pertanda biokimiawi tulang
▪ pemeriksaan radiologi
▪ pemeriksaan BMD / Dual-Energy X-Ray Absorptometry (DEXA)
mengukur kekuatan dan ketangguhan tulang  gold standard
Fitur Radiografi

▪ Penurunan kepadatan tulang (penurunan ketebalan kortikal dan


hilangnya trabekula tulang) terlihat pada tahap awal radiografi.
Tulang belakang, tulang panjang (femur proksimal), calcaneum dan
tulang tubular biasanya diperiksa untuk bukti osteoporosis.
▪ Foto polos bukan modalitas yang sensitif, karena lebih dari 30-50%
pengeroposan tulang diperlukan untuk menghargai kepadatan
tulang yang berkurang pada radiografi.
▪ Osteoporosis vertebral bermanifestasi sebagai pencilling vertebrae
▪ kehilangan tulang kortikal (gambar rangka vertebra) dan tulang
trabecular (vertebra hantu)
▪ fraktur kompresi dan vertebra plana
▪ Hilangnya trabekula di daerah femur proksimal, yang dijelaskan
oleh indeks Singh (dan juga dapat dilihat di calcaneum)
▪ Pada tulang tubular (terutama metacarpal), akan terjadi penipisan
korteks
▪ ketebalan kortikal <25% dari seluruh ketebalan metakarpal
menandakan osteoporosis (biasanya 25-33%)
BMD

▪ Indikasi bone densitometry adalah seluruh wanita berusia >65 tahun


dan <65 tahun dengan faktor risiko sebagai berikut;
▪ Seluruh orang dewasa dengan fraktur;
▪ Dalam pengobatan glukokortikoid lebih dari 3 bulan atau dengan
penyakit yang berhubungan dengan osteoporosis sekunder;
▪ Laki-laki berusia lebih dari 70 tahun (kontroversial)
▪ Normal : Kepadatan tulang (BMD) antara
+1 sampai -1
▪ Osteopenia : Kepadatan tulang (BMD) antara
- 1 sampai -2,5
▪ Osteoporosis: Kepadatan tulang (BMD) < -2,5
Alur diagnosis dan tatalaksana Osteoporosis
Diagnosis Banding

▪ Densitas tulang yang menurun (Osteomalacia, osteogenesis


imperfekta);
▪ Infeksi atau keganasan (leukimia, metaste)
▪ Kelainan metabolik (sindrom cushing, hiperkalsiuria,
hiperparatiorid).
▪ Sindroma Cushing atau disebut dengan hiperkortisolism;
▪ Hiperparatiroid, terdapat dua bentuk : primer dan sekunder;
▪ Multiple myeloma.
Tatalaksana

▪ Tatalaksana farmakologi
▪ Berdasarkan jenis (hormonal dan non-hormonal)
▪ Berdasarkan cara kerja nya (antiresorptive dan anabolic)
▪ Tatalaksana non farmakologi
▪ gizi dan aktivitas fisik
Terapi bifosfonat

Generik Merek dagang Dosis dan Sediaan


Alendronate Fosamax 1x10 mg tablet satu hari
sekali atau 1 x 70 mg tablet
satu kali seminggu

Risedronate Actonel 1x5 mg tablet satu hari


sekali atau 1 x 35 mg tablet
satu kali seminggu

Ibandronate Bonviva 1x150 mg tablet satu kali


seminggu atau 1x3mg
injeksi intravena per 3
bulan
Zoldrenic Acid Reclast 1x5 mg infus intravena satu
tahun sekali
Nama obat Merek dagang Dosis
Denosumab Prolia 60 mg sub kutan 2
tahun sekali
Strontium Ranelate Protelos 2 g sachet dicampur
dengan air secukupnya
diminum setiap hari

Selective Oestrogen Evista 1 x 60 mg tablet


Receptor Modulator
Raloxifene

Terapi Hormon paratiroid


Teriparatde Forsteo 1x20 microgram injeksi
Calcitrol Rocaltrol 2x0.25 microgram tablet
Non farmakologi

▪ Kalsium
▪ Vitamin D
▪ Latihan fisik
▪ Paparan sinar matahari
▪ Menghindari konsumsi alcohol dan rokok
Komplikasi

▪ Fraktur Osteoporosis panggul


▪ Fraktur osteoporosis vertebra
▪ Fraktur Osteoporosis pergelangan tangan
Pencegahan

▪ Konsumsi kalsium yang cukup (1000-1200 mg/hari)


▪ Konsumsi vitamin D yang cukup (400-800 IU/hari)
▪ Berhenti merokok
▪ Hindari konsumsi alkohol
▪ Melakukan aktivitas fisik, seperti berjalan. Target 2,5 jam per
minggu (30 menit 5 kali sehari atau 50 menit 3 kali sehari)
Olahraga seperti taichi dan yoga dapat mencegah risiko jatuh.
▪ Waspada jika memiliki riwayat keluarga dengan osteoporosis,
lakukan pemeriksaan sedini mungkin terutama pada perempuan
yang mengalami menopause.
Kesimpulan

▪ Osteoporosis merupakan penyakit tersembunyi, terkadang tanpa gejala


dan tidak terdeteksi sampai timbul gejala nyeri mikrofraktur atau
karena patah tulang anggota gerak. Osteoporosis terjadi akibat adanya
gangguan keseimbangan antara proses resorpsi tulang dan formasi
tulang, dimana secara seluler disebabkan oleh karena jumlah dan
aktivitas sel osteoklas (sel resorpsi tulang) melebihi dari jumlah dan
aktivitas sel osteoblas (sel formasi tulang). Keadaan ini mengakibatkan
penurunan massa tulang. Seorang dokter harus waspada terhadap
kemungkinan osteoporosis apabila didapatkan:
▪ Patah tulang akibat trauma yang ringan;
▪ Tubuh makin pendek, kifosis dorsal bertambah, nyeri tulang;
▪ Secara kebetulan ditemukan gambaran radiologik yang khas.
▪ Osteoporosis dapat di diagnosis dengan pengukuran densitas tulang
yaitu Bone Mineral Density atau BMD. Penyakit oseoporosis diketahui
biasanya setelah terjadi keretakan pada tulang.
Kesimpulan

▪ Tujuan tatalaksana dari osteoporosis adalah pencegahan fraktur. Tatalaksana


farmakologi diagi berdasarkan jenis dan cara kerja nya. Berdasarkan jenis
dibagi menjadi hormonal dan non-hormonal. Berdasarkan cara kerja nya terbagi
menjadi antiresorptive dan anabolik. Tatalaksana non farmakologi dapat dibagi
menjadi gizi dan aktivitas fisik.
▪ Karena begitu tinggi morbiditas yang terkait dengan patah tulang, maka upaya
pencegahan merupakan prioritas. Upaya pencegahan dimulai dengan memberi
pemahaman kepada masyarakat luas bahwa osteoporosis dapat dicegah dari
kanak-kanak dengan asupan kalsium yang cukup. Pola hidup aktif juga
merupakan hal penting untuk menghindari osteoporosis. Sedangkan pada
pasien yang telah mengalami kehilangan massa tulang yang cukup berat,
memerlukan pengobatan untuk menghindari terjadinya fraktur tulang.
▪ Dengan demikian tujuan utama pengobatan osteoporosis simptomatis adalah
mengurangi rasa nyeri dan berusaha untuk menghambat proses resorpsi tulang
dan meningkatkan proses formasi tulang untuk meningkatkan kekuatan tulang
serta meningkatkan sampai di atas ambang fraktur.
Daftar Pustaka
▪ Data dan Kondisi Penyakit Osteoporosis di Indonesia. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. 2015. [internet]. [cited 2018 juli 16]. Available from: www.depkes.go.id/download.php?file=download/.../infodatin/infodatin-
osteoporosis

▪ Szulc P, Bouxsein M. Overview of osteoporosis: Epidemiology and clinical management. UK: International Osteoporosis foundation; 2012.

▪ James U. Disease and Condition Osteoporosis. American College of Rheumatology. [internet]. [Updated 2017 maret, cited 2018 juli 15]. Available from: https://www.rheumatology.org/I-Am-A/Patient-Caregiver/Diseases-
Conditions/Osteoporosis

▪ Keputusan menteri Republik Indonesia. Pedoman Pengendalian Osteoporosis ; 2008.

▪ National Osteoporosis Society. All about osteoporosis and Bone Health. 2016. [internet]. [cited 2018 juli 16]. Available from: https://nos.org.uk/media/1622/all-about-osteoporosis-august-2016.pdf

▪ Wachtel T. Geriatric Osteoporosis. Journal Geriatrics for The Practicing hysician. Vol 90 (10). The Warren Alfret Medical School; 2017

▪ Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-6. Jakarta Pusat: Interna Publishing;2014.

▪ Netter F. Atlas of Human Anatomy. Edisi ke-5. Philadelphia: Elsevier;2011.

▪ Sherwood L. Buku Ajar Fisiologi manusia. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2014.

▪ Brien M, Owen G, Carey J. Osteoporosis Guideline. Irish Osteoporosis Society. [internet]. [updated 2011, cited 2018 juli 16]. Available from: https://www.icgp-education.ie/osteoporosis/Osteoporosis-Soc-Guidelines-2011.pdf

▪ Calgary Guide. Osteoporosis pathogenesis and risk factor. [internet]. [updaed 2018 feb 10, cited 2018 juli 16]. Available from: http://calgaryguide.ucalgary.ca/wp-content/uploads/image.php?img=2018/02/Osteoporosis-Pathogenesis-and-
risk-factors.png

▪ Buckey L, et al. American College of Rheumatology Guideline for the Prevention and Treatment of Glucocorticoid-Induced Osteoporosis. Journal Arthritis & Rheumatology vol 69: (8); 2017. P: 1521-37.

▪ Jeremiah M, Brian K, Greenwald. Management of Osteoporosis. American Family Physician. [internet]. [updated 2015, cited 2018 juli 16]. Available from: https://www.aafp.org/afp/2015/0815/p261.html

▪ NOGG 2017: Clinical guideline for the prevention and treatment of osteoporosis. [internet]. [updated 2017, cited 2018 juli 16]. Available from: https://www.sheffield.ac.uk/NOGG/NOGG%20Guideline%202017.pdf

Anda mungkin juga menyukai