Anda di halaman 1dari 22

Konsep Area Bencana

Keperawatan Komunitas
Kelompok 7
Kurniati Dwi Setyaningsih 22020116120025
Ovi Imroatul Lathifah 22020116120032
Tyas Widi Rahayu 22020116130088
Annisa Ma’rifatul Isna 22020116130114
Karina Izafira Nibras 22020116140052
Definisi Bencana
• Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 mendefinisikan
bencana sebagai “peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengancam kehidupan masyarakat yang
disebabkan oleh alam/non alam /factor manusia yang
menyebabkan korban jiwa, harta benda, kerusakan
lingkungan dan dampak psikologis (Purnama, 2017).
Tipe Bencana
Menurut Undang-Undang Menurut Badan Nasional
No. 24 Tahun 2007 Penanggulangan Bencana
(BNPB, 2012)
Bencana Alam

Bencana Non
Alam

Bencana Sosial
Menurut Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tipe
bencana dibedakan menjadi 3 (Daryono & Larasati, 2018)
• Bencana Alam
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, antara lain berupa gempa
bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angina topan, dan tanah
longsor.

• Bencana Non Alam


Bencana non-alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi,
gagal modernisasi, epidemic dan wabah penyakit.

• Bencana Sosial
Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik
sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat dan terror.
Tipe bencana berdasarkan Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB, 2012)
• Gempa bumi • Kebakaran lahan dan hutan
• Tsunami • Kekeringan
• Gunung api • Kecelakaan transportasi
• Banjir • Kegagalan teknologi
• Tanah longsor • Kerusuhan sosial
• Angina puting beliung • Kecelakaan industri
• Gelombang pasang • Teroris
Terdapat 3 faktor penyebab terjadinya bencana (Nurjanah, 2012), yaitu

• Faktor alam (natural disaster) karena fenomena alam dan tanpa ada campur
tangan manusia.

• Faktor non-alam (non-natural disaster) karena buan karena fenomena alam


dan juga bukan akibat perbuatan manusia.

• Faktor sosial/ manusia (man-made disaster) yang murni akibat perbuatan


manusia misalnys konflik horizontal, konflik vertical dan terorisme.
Faktor-faktor yang memperburuk terjadinya bencana
(Daryono & Larasati, 2018) adalah
• Ancaman/bahaya (Hazard)
Ancaman atau bahaya merupakan kondisi atau situasi yang memiliki potensi yang
menyebabkan gangguan atau kerusakan terhadap orang, harta benda, fasilitas,
maupun lingkungan

• Kerentanan (Vulnaribility)
Kerentanan merupakan suatu kondisi yang menyebabkan menurunnya
kemampuan seseorang atau masyarakat untuk menyiapkan diri, bertahan hidup,
atau merespon potensi bahaya. Kerentanan masyarakat anatara lain dipengaruhi
oleh keadaan infrastruktur dan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang antara
lain meliputi tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, kepercayaan. Jeleknya infra
struktur, rendahnya tingkat pendidikan dan tingginya tingkat kemiskinan akan
menyebabkan tingkat kerentanan suatu wilayah akan semakin tinggi.

• Kapasitas (Capacity)
Kapasitas merupakan kekuatan dan sumber daya yang ada pada tiap individu dan
lingkungan yang mampu mencegah, melakukan mitigasi, siap menghadapi dan
pulih dari akibat bencana dengan cepat.
Berdasarkan tiga variabel di atas, penilaian resiko bencana di suatu wilayah
dapat diformulasikan sebagai berikut :

R=HxV
C
Keterangan:
R = Risk (Resiko)
H = hazard (Ancaman)
V = Vulnaribility(kerentanan)
C = Capacity (Kapasitas)
Siklus Bencana
Tahapan Bencana
1. Sebelum bencana terjadi

2. Pada waktu bencana sedang


atau masih terjadi

3. Sesudah Bencana
Tahapan Bencana
1. Sebelum bencana terjadi
• Pencegahan, yaitu kegiatan yang lebih dititik beratkan pada upaya
penyusunan berbagai peraturan perundang – undangan yang
bertujuan mengurangi resiko bencana. Misall peraturan tentang
RUTL, IMB, rencana tata guna tanah, rencana pembuatan peta
rawan bencana dsb.

• Mitigasi, upaya untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan


bencana, misal pembuatan tanggul, sabo dam, check dam, Break
water, Rehabilitasi dan normalisasi saluran.

• Kesiapsiagaan, Yaitu kegiatan penyuluhan, pelatihan dan


pendidikan kepada masyarakat, petugas di lapangan maupun
operator pemerintah, disamping itu perlu dilatih ketrampilan dan
kemahiran serta kewaspadaan masyarakat.
Tahapan Bencana
2. Pada waktu bencana sedang atau masih terjadi

• Peringatan dini, yaitu kegiatan yang memberikan tanda atau isyarat


terjadinya bencana pada kesempatan pertama dan paling awal.
Peringatan dini ini diperlukan bagi penduduk yang bertempat
tinggal didaerah rawan bencana agar mereka mempunyai
kesempatan untuk menyelamatkan diri.

• Penyelamatan dan pencarian, yaitu kegiatan yang meliputi


pemberian pertolongan dan bantuan kepada penduduk yang
mengalami bencana. Kegiatan ini meliputi mencari, menyeleksi dan
memilah penduduk yang meninggal, luka berat, luka ringan serta
menyelamatkan penduduk yang masih hidup.

• Pengungsian, yaitu kegiatan memindahkan penduduk yang sehat,


luka ringan dan luka berat ketempat pengungian (evakuasi) yang
lebih aman dan terlindung dari resiko dan ancaman bencana.
3. Sesudah Bencana
• Penyantunan dan pelayanan, yaitu kegiatan pemberian pertolongan
kepada para pengungsi untuk tempat tinggal sementara, makan,
pakaian dan kesehatan.

• Konsolidasi, yaitu kegiatan untuk mengevaluasi seluruh kegiatan yang


telah dilaksanakan oleh petugas dan mesyarakat dalam tanggap
darurat, antara lain dengan melakukan pencarian dan penyelamatan
ulang, penghitungan ulang korban yang meninggal, hilang, luka berat,
luka ringan dan yang mengungsi.

• Rekonstruksi, yaitu kegiatan untuk membangun kembali berbagai yang


diakibatkan oleh bencana secara lebih baik dari pada keadaan
sebelumnya dengan telah mengantisipasi berbagai kemungkinan
terjadinya bencana di masa yang akan datang.
Dampak Bencana

Dampak Psikologis Dampak Kognitif

Dampak Fisik Dampak Sosial


Peran Perawat dalam Area Bencana

Primer Sekunder

Tersier
Primer
• Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan
dalam penanggulangan ancaman bencana untuk setiap fasenya.

• Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintahan, organisasi


lingkungan, palang merah nasional, maupun lembaga-lembaga
kemasyarakatan

• Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk


meningkatkan kesiapan masyarakat dalam mengahadapi bencana
Sekunder
1. Bertindak cepat
2. Do not promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan pasti,
dengan maksud memberikan harapan yang besar pada para korban selamat.
3. Berkonsentrasi dan menciptakan kepemimpinan (coordination and create
leadership)
4. Untuk jangka panjang, bersama-sama pihak yang terkait dapat mendiskusikan
dan merancang master plan of revitalizing, biasanya untuk jangka waktu 30 bulan
pertama.
5. Memiliki keterampilan dan pengetahuan dalam penanganan korban bencana
pada kondisi emergency seperti triage, PPGD, BTLS, BTCLS, dan BCLS.
Tersier
Berperan aktif dalam rehabilitasi korban bencana baik
rehabilitasi fisik maupun rehabilitasi psikologis akibat
bencana.
Daftar Pustaka
• BNPB. (2012). Buku Saku Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana. Jakarta: BNPB.
• Daryono, & Larasati, D. A. (2018). Pendalaman Materi Geografi Modul 12 Bencana Alam. Jakarta:
Kemenristekdikti.
• Efendi, F., & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika.
• Masykur, A. M. (2006). Potret Psikososial Korban Gempa 27 Mei 2006 (Sebuah Studi Kualitatif di
Kecamatan Wedi dan Gantiwarno, Klaten). Journal Psikologi Universitas Diponegoro, 38-39.
• Nurjanah. (2012). Manajemen Bencana. JUrnal Penelitian, 1-24.
• Purnama, S. G. (2017). Modul Manajemen Bencana. Bali : Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
• Sutanto. (2012). Peranan K3 dalam Manajemen Bencana. Jurnal Penelitian, 37-40.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai