Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN KASUS

DOKTER INTERNSIP

OSTEOARTRITIS GENU

Disusun Oleh Pembimbing

dr. Putriana Sitompul dr. Andreas Widjaja Sp.PD


dr. Widya Potabuga

RSUD KOTA KOTAMOBAGU


KOTA KOTAMOBAGU
2019
BAB 4
PEMBAHASAN
TEORI PEMBAHASAN
• Osteoartritis adalah suatu kelainan sendi kronis • Pada kasus Wanita usia 66 tahun, dengan
dimana terjadi proses pelemahan dan disintegrasi keluhan keluhan kedua lutut terasa nyeri sejak 2
dari tulang rawan sendi yang disertai dengan minggu yang lalu, dirasakan semakin bertambah
pertumbuhan tulang dan tulang rawan baru pada berat yang menyebabkan pasien sulit untuk
sendi sehingga fungsi sendi berkurang bahkan berjalan sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.
sampai hilang. Kelainan ini merupakan suatu Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk, tidak
proses degeneratif pada sendi yang dapat menjalar, hanya pada lutut. Nyeri tersebut juga
mengenai satu atau lebih sendi. Setiap sendi tidak menghilang dengan kompres dan minyak
memiliki resiko untuk terserang OA. Daerah urut. Nyeri dirasakan terutama bila pasien
yang paling sering terserang OA adalah lutut, berganti posisi dari duduk ke berdiri dan dari
panggul, vertebra dan pergelangan kaki.1,2 berdiri ke duduk tetapi sedikit berkurang dengan
Kriteria Diagnosis ACR Berdasarkan istirahat. Tidak ada pembengkakan pada lutut,
Kriteria Klinis1 kemerahan (-), hangat pada perabaan (-).
Nyeri lutut + minimal 3 dari 6 berikut : Pasien juga merasakan kaku pada pagi hari di
kedua lututnya setelah pasien bangun tidur
• Umur> 50 tahun dan menetap sekitar 5 menit.
• Stiffness < 30 menit
• Krepitasi
• Nyeri pada tulang
• Pembesaran tulang sendi lutut
• Tidak hangat pada perabaan
TEORI PEMBAHASAN
Saat kaku ini muncul, pasien tidak bisa
menggerakkan kakinya sama sekali, pasien hanya
bisa diam di tempat tidur. Riwayat trauma (-).
Pasien juga mengeluh demam sudah 3 hari
sebelum masuk rumah sakit, demam naik turun,
demam turun dengan pemberian obat penurun
demam, mimisan (-), batuk (-), sulit menelan (-),
mual (+), riwayat makan minum, buang air besar
dan buang air kecil dalam batas normal. Dari
hasil pemeriksaan status lokalisata genu dextra
dan sinistra pergerakan motorik sendi lutut
terbatas (+), tanda-tanda inflamasi sendi lutut (-),
oedem sendi lutut (-), deformitas sendi lutut (-),
krepitasi sendi lutut (+), nyeri gerak dan tekan
(+), hiperemi (-), akral hangat (+), refleks
fisiologis dalam batas normal, refleks patologis
(-).
TEORI PEMBAHASAN
• Secara garis besar, terdapat dua pembagian • Pada kasus ini, berdasarkan anamnesis
faktor risiko OA yaitu faktor predisposisi riwayat sosialnya, penderita adalah
dan faktor biomekanis. Faktor predisposisi seorang wanita berusia 66 tahun, yang
merupakan faktor yang memudahkan meskipun tidak melakukan pekerjaan yang
seseorang untuk terserang OA. Sedangkan berat, tetapi dirinya tetap menjalankan
faktor biomekanik lebih cenderung kepada pekerjaan rumah tangga sebelum sakit
faktor mekanis/ gerak tubuh yang yang notabene banyak menggunakan sendi
memberikan beban atau tekanan pada lutut. Selain itu, pasien memiliki riwayat
sendi lutut sebagai alat gerak tubuh, hipertensi dan DM. Dari hasil penilaian
sehingga meningkatkan risiko terjadinya status gizi penderita ini juga mengalami
OA. Faktor predisposisi meliputi usia obesitas. Kondisi-kondisi pada penderita
diatas 50 tahun, jenis kelamin, ras/etnis, ini merupakan faktor risiko terjadinya OA.
genetik, merokok, penyakit lain (DM,
hipertensi, hiperurusemia dengan catatan
pasien tidak mengalami obesitas), obesitas
dan osteoporosis.3,4,5
TEORI PEMBAHASAN
• Tujuan penatalaksanaan pasien • Tatalaksana yang diberikan pada pasien ini
dengan osteoarthritis adalah: adalah
• Mengurangi/ mengendalikan • Edukasi
nyeri Pemberian edukasi (KIE) pada pasien ini
sangat penting karena dengan edukasi
• Mengoptimalkan fungsi gerak diharapkan pengetahuan mengenai
sendi penyakit OA menjadi meningkat dan
• Mengurangi keterbatasan aktivitas pengobatan menjadi lebih mudah serta
fisik sehari-hari (ketergantungan dapat diajak bersama-sama untuk
kepada orang lain) dan mencegah kerusakan organ sendi lebih
lanjut. Agar rasa nyeri dapat berkurang,
meningkatkan kualitas hidup
maka pasien sedianya mengurangi
• Menghambat progresivitas aktivitas/pekerjaannya.
penyakit • Terapi fisik
• Mencegah terjadinya komplikasi Terapi fisik bertujuan untuk melatih pasien
agar persendiannya tetap dapat dipakai dan
melatih pasien untuk melindungi sendi
yang sakit. Pada pasien ini dianjurkan
untuk fisioterapi.
TEORI PEMBAHASAN
Tahap Pertama • Diet
Non farmakologis: Diet bertujuan untuk menurunkan
berat badan pada pasien OA yang
• Edukasi pasien gemuk. Hal ini sebaiknya menjadi
• Modifikasi gaya hidup program utama pengobatan OA.
• Menurunkan berat badan Penurunan berat badan seringkali
• Program latihan aerobik dapat mengurangi keluhan dan
peradangan. Selain itu obesitas juga
• Terapi fisik meliputi latihan
dapat meningkatkan risiko
perbaikan lingkup gerak sendi,
progresifitas dari OA. Pada pasien ini
penguatan otot-otot dan alat
disarankan untuk mengurangi berat
bantu gerak sendi.
badan dengan mengatur diet rendah
• Terapi okupasi meliputi proteksi kalori sampai mungkin mendekati
sendi dan konservasi energi, berat badan ideal. Dimana prinsipnya
menggunakan splint dan alat adalah mengurangi kalori yang masuk
bantu gerak sendi untuk dibawah energi yang dibutuhkan.
aktivitas fisik sehari-hari.
TEORI PEMBAHASAN
Tahap Kedua Terapi Farmakologis
Farmakologis: Pada pasien OA biasanya bersifat
• Pendekatan terapi awal simptomatis. Untuk membantu
mengurangi keluhan nyeri pada
• Untuk OA dengan gejala
pasien OA, Pada pasien ini
nyeri ringan hingga sedang,
diberikan paracetamol 3 x 500
dapat diberikan salah satu
mg. Pasien juga diberikan obat
obat berikut ini, bila tidak
golongan PPI yaitu inj.
dapat kontraindikasi
Pantoprazole 40 mg/12 jam
pemberian obat tersebut:
sebagai gastro protective agent,
• Asetaminophen Rosagen Sachet® (Hydrolized
(kurang dari 4 gram collagen) 8 gr 2 x 1 sachet dan
perhari) eperisone HCL 2 x 50 mg untuk
• Obat anti inflamasi non mengurangi nyeri pada otot.
steroid (OAINS)
TEORI PEMBAHASAN
– Untuk OA dengan gejala nyeri
ringan hingga sedang, yang
memiliki risiko pada sistem
pencernaan, dapat diberikan
salah satu dari obat berikut:
• Asetaminophen (kurang
dari 4 gram perhari)
• Obat anti inflamasi non
steroid topikal
• Obat anti inflamasi non
steroid non selektif
dengan pemberian obat
pelindung gaster
• Cyclooxygenase-2
inhibitor
TEORI PEMBAHASAN
– Untuk nyeri sedang hingga berat,
dan disertai pembengkakan sendi,
aspirasi dan tindakan injeksi
glukokortikoid intraartikular
(misalnya triamsinolone
hexatonide 40 mg) untuk
penanganan nyeri jangka pendek
(satu sampai tiga minggu) dapat
diberikan, selain pemberian
OAINS per oral.
TEORI PEMBAHASAN
• Pendekatan terapi alternatif
Bila dengan terapi awal tidak memberikan
respon yang adekuat:
– Untuk penderita dengan keluhan
nyeri sedang hingga berat dan
memiliki kontraindikasi pemberian
COX-2 inhibitor spesifik dan OAINS,
dapat diberikan Tramadol 200-300
mg dalam dosis terbagi.
– Terapi intraartikular seperti
pemberian hyaluronan atau
kortikosteroid jangka pendek (satu
hingga tiga minggu) pada OA lutut.
– Kombinasi
Metaanalisis membuktikan: manfaat
kombinasi paracetamol-kodein
meningkatkan efektifias analgesik
hingga 50% dibandingkan
paracetamol saja.
DAFTAR PUSTAKA
• Sunarti S, Ridwan M, Firdaus M M. Komorbiditas Pasien Geriatri Dengan Osteoartritis Genu Di Rumah Sakit Dr.
Saiful Anwar Malang. Malang : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya; 2011.
• Rosjad C. Kelainan Degeneratif Tulang dan Sendi. Dalam : Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Ujung Pandang :
Bintang Lamumpatue, 2003;1197-235.
• Kapoor, M. et al. Role of Pro-inflammatory Cytokines in Pathophysiology of Osteoarthritis. Nat. Rev. Rheumatol. 7,
2011;33–42.
• B Mandelbaum, W David. Etiology and Pathophysiology of Osteoarthritis. ORTHO Supersite Februari 1 2005.
• DB Kenneth. Harrison Principle of Internal Medicine 16th edition. Chapter 312 : Osteoartritis. Mc Graw Hills 2005.
2036-2045.
• Klippel John H., Dieppe Paul A., Brooks Peter, et al. Osteoarthritis. In : Rheumatology. United Kingdom : Mosby –
Year Book Europe Limited, 1994 : 2.1 – 10.6.
• Felson D.T, Zhang Y., Hannan M.T., et al. The Incidence and Natural History of Knee Osteoarthritis in the Elderly : The
Framingham Osteoarthritis Study. Arthritis Rheumatology; 1995; 38 : 1500 – 1505.
• Braunwald E, Fauci AS, et al. Degenerative joint disease. In: Harrison‟smanual of medicine 15 thed.
Boston: McGraw-Hill: 2002;748-49.
• Vogelgesang S. Osteoartritis. In: West SG, editor. Rheumatology secrets,2nd edition. Philadelphia: Hanley & Belfus
Inc, 2002;365-74.
• Sengkey LS, dkk. Kumpulan Kuliah Rehabilitasi Medik FK UNSRAT Manado: 2010.
• Sellam J, Beaumont GH, and Berenbaum F. Osteoarthritis : pathogenesis, clinical aspects and diagnosis. In EULAR
Compendium in Rheumatic disease, 2009: 444-63.
• Asviarty, Nuhani SA, Tulaar A, dkk. Osteoartritis. Dalam: Standar Operasional Prosedur. DEPKES. Jakarta, 2000; 15-
18.
• Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia. Rekomendasi IRA untuk Diagnosis dan penatalaksanaan
osteoarthritis, 2014: 12.

Anda mungkin juga menyukai