Anda di halaman 1dari 15

FRAKTUR & ASUHAN KEPERAWATAN

TERHADAP FRAKTUR HUMERUS DEXTRA

Keperawatan Medikal Bedah II


Kelompok 5
Anggota :
■ Annisa Shirotu Jannah 1116011
■ Elka Rahmi 1116014
■ Tuti Fatimah 1116029
■ Nabila Nurul Fathiyah 1116042
■ Feni Indriyadi 1116060
■ Juanda Putra 1116063
■ Teti Juariah 1116070
■ Sherly Gita Septiani 1116086
■ Sulthan M Afrizal 1116100
POKOK PEMBAHASAN:
1. Anatomi dan Fisiologi Tulang
2. Definisi Fraktur dan Fraktur Humerus
3. Etiologi Fraktur
4. Patofisiologi Fraktur
5. Manifestasi Klinis
6. Pemeriksaan Diagnostik
7. Penatalaksanaan Medis
8. Komplikasi Fraktur
9. Analisa Jurnal
10.Asuhan Keperawatan terhadap Fraktur Humerus Dextra
1. Anatomi & Fisiologi Tulang
Tulang manusia terdiri dari tulang pipih, tulang pipa, dan
tulang tak beraturan. Tulang pipih dan tulang tak beraturan
di bagian dalamnya diisi dengan sumsum tulang merah (red
bone marrow) yang turut berfungsi dalam pembentukan
darah merah, tulang pipa di lubang pipanya terisi sumsum
tulang kuning (yellow bone marrow) yang mengandung
banyak lemak.

Humerus sendiri adalah tulang panjang dari anggota gerak


atas yang memperlihatkan sebuah batang dan dua ujung
dengan caput (ujung atas), corpus, dan ujung bawah. Caput
hampir berbentuk setengah lingkaran dan berartikulasi
dengan cavitas glenoidalis scapula. Collum anatomicum
adalah alur dangkal yang terletak tepat di bawah caput.
Tuberculum majus (di depan) dan tuberculum minus (di
belakang) merupakan dua tonjolan tempat melekatnya otot.
Collum chirurgicum merupakan ujung atas corpus tepat di
bawah tuberculum.
2. Definisi Fraktur & Fraktur Humerus

 Fraktur adalah terputusnya  Fraktur Humerus merupakan


kontinuitas tulang dan ditentukan fraktur yang terjadi pada tulang
sesuai jenis dan luasnya yang dapat humerus yang disebabkan oleh
mempengaruhi jaringan di pukulan langsung, gaya meremuk,
sekitarnya edema jaringan lunak, gerakan mendadak, dan kontraksi
pendarahan ke otot dan sendi, otot ekstrem.
dislokasi sendi, rupture tendo,
kerusakan saraf dan kerusakan
pembuluh darah. Organ tubuh
dapat mengalami cedera akibat
gaya yang disebabkan oleh fraktur
atau akibat fragmen tulang (Bruner
dkk, 2002).
3. Etiologi Fraktur

Fraktur terjadi karena


kelebihan beban mekanis
pada suatu tulang, saat
tekanan yang diberikan
pada tulang terlalu banyak
dibandingkan yang mampu
ditanggungnya.
4. Patofisiologi Fraktur

Tekanan eksternal Trauma Fraktur Pendarahan

Tulang besifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan
(Apley, A. Graham, 1993). Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat
diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya
kontinuitas tulang (Carpnito, Lynda Jual, 1995). Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah
serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Pendarahan
terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medulla tulang. Jaringan
tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini
menstimulasi terjadinya respons inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan
leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan
tulang nantinya (Black, J.M, dkk, 1993).
5. Manifestasi Klinis
■ Deformitas
■ Pembengkakan
■ Memar (ekimosis)
■ Spasme otot
■ Nyeri
■ Ketegangan
■ Kehilangan fungsi
■ Gerakan abnormal dan krepitasi
■ Perubahan neurovaskular
■ Syok
6. Pemeriksaan Diagnostik
Radiografi merupakan metode umum untuk
mengkaji fraktur. Penggunaan posisi radiologis yang
tepat sangat penting untuk mengkaji kecurigaan
fraktur dengan tepat. Radiografi biasanya dilakukan
sebelum reduksi fraktur, setelah reduksi, dan
kemudian secara periodik saat penyembuhan
tulang.

Tomografi komputer (computed tomography [CT])


dapat digunakan untuk mengetahui adanya fraktur.
Keuntungan dari CT adalah kita bisa melihat
gangguan (hematoma) pada struktur lain (pembuluh
darah).
7. Penatalaksanaan Medis

Sebuah alat penahan (brace) fraktur


humerus pada umumnya dipakai
untuk kasus-kasus bedah, di mana
sebuah pembalut dari gips gantung
dapat mengganggu pembalut luka.
Patah tulang kecil/minor seperti
fraktur humerus dislokasi proksimal,
tidak memerlukan apa-apa kecuali
imobilisasi bahu.
8. Komplikasi Fraktur

■ Cedera Saraf ■ Kaku Sendi atau Artritis Traumatik


■ Sindroma Kompartemen ■ Penyatuan Nonfungsional
■ Kontraktur Volkmann ■ Malunion
■ Sindroma Emboli Lemak ■ Non-union
■ Trombosis Vena Dalam Emboli Paru
9. ANALISA JURNAL
Judul Jurnal : Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kasus Post Orif Supracondiler Humeri
Dextra dengan Modalitas Infra Merah dan Latihan
Isi Jurnal : Jurnal ini membahas mengenai penggunaan Fisioterapi dengan cara Sinar Infra
Merah dan Latihan sebagai bagian dari proses yang mendukung penyembuhan pasien denga masalah
Fraktur Humerus Dextra. Sinar infra merah sendiri merupakan pancaran gelombang elektromagnetik
dengan panjang gelombang 7.700-4 juta Amstrong. Efek Fisiologi Sinar Infra Merah diabsorbsi oleh
kulit yang menibulkan panas pada daerah tersebut dengan penetrasi sampai pada lapisan dermis.
Dengan efek panas tersebut otomatis temperatur suhu akan naik sehingga mempengaruhi beberapa
aspek diantaranya meningkatkan proses metabolisme, vasodilatasi pembuluh darah, pemanasan
yang bersifat sedatif, dan juga membantu rileksasi yang dapat meningkatkan kemampuan kontraksi
otot. Efek Terapeutik yang diharapkan adalah mengurangi rasa sakit, relaksasi otot, meningkatkan
suplay darahh dan menghilangkan sisa-sisa metabolisme. Sedangkan Terapi Latihan merupakan
beberapa tehnik yang dilakukan sebagai salah-satu upaya pengobatan fisioterapi dengan
menggunakan gerakan latihan gerakan tubuh, baik secara aktif maupun pasif yang bertujuan untuk
mengatasi gangguan fungsi dan gerak, mencegah timbulnya komplikasi, mengurangi nyeri serta
melatih aktivitas fungsional.
10. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Fraktur
Humerus Dextra
Tn. R berusia 45 tahun pekerjaan sebagai kontraktor, tinggal di Jln.Demang Lebar Daun, Palembang.
Datang ke RS Siti Khadijah Palembang dengan keluhan nyeri pada lengan bagian kanan atas, klien
mengatakan nyeri ditimbulkan akibat kecelakaan saat bekerja, klien mengatakan cemas atas
keadaannya.Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil TTV : TD : 100/70 mmHgPols : 70x/menitRR :
20x/menit Temp : 36◦c skala nyeri : 7 dengan kesadaran composmentis.
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
2. Identitas penanggung jawab
3. Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri bagian lengan kanan atas.
4. Riwayat penyakit sekarang
Datang ke RS Siti Khadijah Palembang dengan keluhan nyeri pada lengan bagian kananatas, klien
mengatakan nyeri ditimbulkan akibat kecelakaan saat bekerja, klien mengatakan cemas atas
keadaannya.Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil TTV : TD : 100/70 mmHgPols :
70x/menit RR : 20x/menittemp : 36◦c skala nyeri : 7 dengankesadarancomposmentis.
5. Riwayat penyakit dahulu
Klien tidak ada riwayat penyakit dahulu
6. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga klien tidak mempunyai penyakit yang sama dengan klien.
7. Riwayat psikologis
Klien sangat cemas dengan keadaanya.
8. Riwayat sosial
Klien aktif dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.
9. Riwayat Spiritual
Klien beragama islam dan dalam keseharianya klien rajin mengaji tetapi saat masuk hanya istrirahat
10. Pola aktivitas sehari-hari
11. Pemeriksaan fisik
12. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Radiologi
b. Pemeriksaan Laboratorium
1. Kalsium serum dan fosfor serum meningkat pada tahap penyembuhan tulang
2. Fosfatase alkali meningkat padatulang yang rusak dan menunjukan kegiatan
osteoblastik dalam membentuk tulang.
3. Enzim otot seperti kreatinin kinase, laktat dehidrogenase (LDH-5), asparat amino
transferase (AST), dan adolase meningkat pada tahap penyembuhan tulang.

B. Diagnosa

1. Nyeri akut berhubungan dengan pergeseran fragmen


tulang
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan
penurunan perfusi jaringan
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri akut
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
penurunan fungsi tulang
5. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan

Anda mungkin juga menyukai

  • Tren Dan Isu Keperawatan Keluarga Dengan Remaja
    Tren Dan Isu Keperawatan Keluarga Dengan Remaja
    Dokumen1 halaman
    Tren Dan Isu Keperawatan Keluarga Dengan Remaja
    Setri Wigiarti
    Belum ada peringkat
  • Liat
    Liat
    Dokumen38 halaman
    Liat
    Setri Wigiarti
    Belum ada peringkat
  • Analisa Jurnal
    Analisa Jurnal
    Dokumen3 halaman
    Analisa Jurnal
    Setri Wigiarti
    Belum ada peringkat
  • ASKEP DiabetM
    ASKEP DiabetM
    Dokumen8 halaman
    ASKEP DiabetM
    Setri Wigiarti
    Belum ada peringkat
  • Perdarahan Intr-WPS Office
    Perdarahan Intr-WPS Office
    Dokumen3 halaman
    Perdarahan Intr-WPS Office
    Setri Wigiarti
    Belum ada peringkat
  • Askep Keluarga DM
    Askep Keluarga DM
    Dokumen55 halaman
    Askep Keluarga DM
    DELLA
    Belum ada peringkat
  • SAP Terapi Jus Hipertensi
    SAP Terapi Jus Hipertensi
    Dokumen13 halaman
    SAP Terapi Jus Hipertensi
    dian hardiyanti ningrum
    0% (1)
  • Askep Komunitas
    Askep Komunitas
    Dokumen33 halaman
    Askep Komunitas
    desywps
    Belum ada peringkat
  • WAHAMM
    WAHAMM
    Dokumen9 halaman
    WAHAMM
    Setri Wigiarti
    Belum ada peringkat
  • WAHAMM
    WAHAMM
    Dokumen9 halaman
    WAHAMM
    Setri Wigiarti
    Belum ada peringkat
  • WAHAMM
    WAHAMM
    Dokumen9 halaman
    WAHAMM
    Setri Wigiarti
    Belum ada peringkat
  • M
    M
    Dokumen15 halaman
    M
    Setri Wigiarti
    Belum ada peringkat
  • Dkhusus
    Dkhusus
    Dokumen25 halaman
    Dkhusus
    Setri Wigiarti
    Belum ada peringkat
  • Nana Skahan
    Nana Skahan
    Dokumen5 halaman
    Nana Skahan
    Setri Wigiarti
    Belum ada peringkat
  • Nana Skahan
    Nana Skahan
    Dokumen5 halaman
    Nana Skahan
    Setri Wigiarti
    Belum ada peringkat