Anda di halaman 1dari 71

Heny Fitriany

PENDAHULUAN

 Distosiadisebabkan 3 faktor (3P):


 Power
 Passenger
 Passage
 Kenali faktor risiko,deteksi dini, dan penatalaksanaan
(kapan merujuk?)
 Kontraksi uterus yang merangsang terjadinya
effacement dan dilatasi serviks
Komplikasi kala I dan II
 Distosia kelainan tenaga

 Distosia letak & bentuk janin

 Distosia kelainan panggul

 Distosia kelainan traktus genitalia

Komplikasi kala III & IV


Perlukaan & peristiwa lain
Syok dalam persalinan
Tanda awal persalinan :
PENGERTIAN
 Distosia adalah persalinan yang sulit yang ditandai
dengan adanya hambatan kemajuan dalam
persalinan.
 Distosia di definisikan sebagai persalinan yang
panjang, sulit, atau abnormal, yang timbul akibat
sebagai kondisi yang berhubungan dengan
berbagai macam keadaan.
 Distosia adalah kelambatan atau kesulitan
persalinan disebabkan kelainan his, letak dan
bentuk janin, serta kelainan jalan lahir
HIS NORMAL
 Selama kehamilan  kontraksi ringan Braxton Hicks
 Kehamilan > 30 minggu : kontraksi lebih sering
 Kehamilan > 36 minggu : kontraksi lebih meningkat lagi
& lebih kuat.
 Awal kala I : tiap 10 menit sekali lama 20 – 40 detik.
 Selama kala I : meningkat 2 – 4 kali tiap 10 menit
lama 60 – 90 detik
 Kala II : 4 – 5 kali dalam 10 menit lama 90 detik,
disertai periode relaksasi
 Pemantauan Manual :
 Pantau his selama 10 menit, telapak tangan
diletakkan di fundus untuk mengetahui kekuatan &
lama kontraksi.
 Pantau detak jantung janin (DJJ)  tanda2x
hipoksia.
 Lakukan pencatatan dengan baik dan benar 
gunakan PARTOGRAF
1. Inersia uteri (hypotonic uterine
contraction)
Inersia uteri adalah kelainan his yang
kekuatan-nya tidak adekuat untuk melakukan
pembukaan serviks atau mendorong janin
keluar.
Inersia uteri dibagi menjadi 2 :
a. Inersia uteri primer : terjadi pada awal fase
laten
b. Inersia uteri sekunder : terjadi pada fase aktif
(1) Etiologi :
Multipara, kelainan letak janin, disproporsi
sefalopelvik (CPD) , kehamilan ganda,
hidramnion, uterus bikornis unikolis.
(2) Komplikasi
a. Inersia uteri dapat menyebabkan kematian
atau kesakitan
b. Kemugkinan infeksi bertambah dan juga
meningkatnya kematian perinatal.
c. Kehabisan tenaga ibu dan dehidrasi : tanda-
tandanya denyut nadi naik, suhu meninggi,
asetonuria, napas cepat, meteorismus, dan
turgor berkurang
(3) Faktor predisposisi
Anemia, hidromanion, grande multipara,
primipara, pasien dengan emosi kurang baik
(4) Penatalaksanaan
Inesia primer
 perbaiki KU pasien.
 Rujuk ke RS jika Kala I aktif lebih dari 12 jam
pada multipara atau prmipara.
 Berikan sedatif lalu nilai kembali pembukaan
serviks setelah 12 jam.
 Pecahkan ketuban dan beri infus oksitosin bila
tidak ada his.
Inersi sekunder
 Pastikan tidak ada disproporsi sefalopelvik
 Rujuk ke RS bila persalinan kala I aktif lebih
dari 12 jam baik multi maupun primipara.
 Pecahkan ketuban dan berikan infus oksitosin
5 satuan dalam larutan glukosa 5% secara
infus IV dengan kecepatan 12 tetes per menit.
 Tetesan dapat dinaikan perlahan-lahan
sampai 50 tetes per menit
2. His Terlalu Kuat (hypertonic uterine
contraction)
 His yang terlalu kuat dan terlalu efisien
menyebabkan persalinan selesai dalam waktu yang
sangat singkat.
 Partus yang sudah selesai kurang dari 3 jam = partus
presipitatus : sifat his normal, tonus otot di luar his
juga biasa, kelainannya terletak pada kekuatan his.
 Bahaya partus presipitatus bagi ibu ialah perineum,
sedangkan bayi dpt mengalami perdarahan dalam
tengkorak karena tekanan yang kuat.
 Retraksi Lingkaran Bandl Ruptur Uteri
(1) ETIOLOGY / PENYEBAB
 Abnormalitas tahanan yang rendah pada
bagian jalan lahir
 Abnormalitas kontraksi uterus dan rahim
yang terlalu kuat
 Pada keadaan yang sangat jarang dijumpai
oleh tidak adanya rasa nyeri pada saat his
sehingga ibu tidak menyadari adanya
proses-proses persalinan yang sangat kuat
itu
(2) TANDA GEJALA
a. Persalinan menjadi lebih singkat (partus
presipitatus)
b. Gelisah akibat nyeri terus menerus sebelum
dan selama kontraksi
c. Ketuban pecah dini
d. Distres fetal dan maternal
e. Regangan segmen bawah uterus melampaui
kekuatan jaringan sehingga dapat terjadi
ruptura
(2) Penatalaksanaan
a. Dilakukan pengobatan simtomatis untuk
mengurangi tonus otot nyeri dan mengurangi
ketakutan. Preparat tokolitik, seperti ritodrin
dan magnesium sulfat parenteral, terbukti
efektif.
b. Bila dengan cara tersebut tidak berhasil,
persalinan harus diakhiri dengan SC
c. Observasi DJJ
d. Tindakan mengunci tungkai ibu atau
menahan kepala bayi secara langsung
dapat merusak otak bayi.
3. Incoordinate Uterine Contraction
Sifat his berubah dimana tonus otot terus meningkat, juga di
luar his, dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa
karena tidak ada sinkronisasi antara kontraksi bagian-
bagiannya.
Tidak adanya koordinasi antara kontraksi bagian atas,
tengah dan bawah menyebabkan his tidak efisien dalam
mengadakan pembukaan.
(1) Etiologi
a.Primigravida tua
b.Peregangan rahim yang berlebihan pada kehamilan ganda
c.Hidramnion
d.Gangguan pembentukan uterus pada masa embrional
(2) Penanganan
Pemberian sedativa dan obat yang bersifat tokolitik
(menekan kontraksi uterus) agar kontraksi uterus tersebut
hilang dan diharapkan kemudian timbul his normal.
 Kelainan letak, presentasi & posisi
 Posisi oksipitalis posterior (persisten)
 Presentasi puncak kepala
 Presentasi muka
 Presentasi dahi
 Letak sungsang
 Letak lintang
 Presentasi Ganda
 Kelainan bentuk janin
 Pertumbuhan janin yang berlebihan
 Hidrosefalus
 Kelainan bentuk lain
 Prolapsus tali pusat
MEKANISME PERSALINAN NORMAL
 Cardinal Movements of labor :
 Engagement : diameter transversal terbesar dari
kepala janin telah melewati pintu atas panggul
 Descent : penurunan kepala ke dasar panggul
 Flexion : fleksi kepala janin akibat adanya resistensi
dari dasar panggul, dinding pelvis atau serviks
 Internal rotation : perputaran kepala, oksiput ke
arah anterior (normal) atau posterior. Dapat tidak
terjadi bila janin kecil.
 Extension : ekstensi kepala yang mengakibatkan
oksiput sebagai hipomoklion. Dipengaruhi oleh bentuk
pintu bawah panggul (upward & forward)
 External rotation : perputaran kepala mengikuti
sumbu badan.
 Expulsion (delivery of anterior & posterior shoulder)
POSISI OKSIPITALIS POSTERIOR

 Kepala janin turun ke dasar panggul dengan posisi


oksiput di bagian posterior (belakang).
 Variasi persalinan biasa, umumnya akan memutar
ke depan karena bentuk anatomi dasar panggul
dan muskulus levator ani.
 5 – 10% tidak memutar ke depan  oksiput
posterior persisten.
 Faktor predisposisi :
 Jenis panggul : antropoid / android
 Multiparitas & usia : kelemahan otot dasar
panggul
 Bentuk kepala janin
MEKANISME PERSALINAN & PENANGANAN
 Spontan, lebih lama, kepala lahir dengan
muka menghadap ke simfisis.
 Ubun-ubun besar sebagai hipomoklion, tidak
dapat melakukan fleksi lebih jauh.
 Menimbulkan kerusakan vagina dan perineum
yang luas.
 Pemantauan lebih ketat, bila kala II terlalu
lama atau tanda-tanda gawat janin 
tindakan dengan ekstraksi vakum / forceps
dengan episiotomi mediolateral luas.
MALPRESENTASI KEPALA
 Kepala janin dalam keadaan fleksi sewaktu melewati
rongga panggul.
 Bila tidak terjadi fleksi  defleksi
 Presentasi puncak kepala
Presentasi sinsiput, bila defleksi ringan, hanya
sementara kemudian berubah menjadi presentasi
belakang kepala tetapi tidak fleksi maksimal.
 Presentasi dahi
Dahi bagian paling rendah bila defleksi lebih berat
 Presentasi muka
Derajat defleksi maksimal, muka bagian terendah
PRESENTASI DAHI
 Dahi berada pada posisi terendah, umumnya bersifat
sementara. Dapat berubah menjadi presentasi muka
atau oksiput.
 Pemeriksaan dalam : teraba sutura frontalis, pangkal
hidung & orbita. Mulut & dagu tidak teraba.
 Kepala turun dengan sirkumferensia maksilloparietalis
(> lingkaran PAP)  moulage  penurunan kepala &
paksi dalam (dagu lintang atau depan)  fossa kanina
sebagai hipomoklion  fleksi (melahirkan ubun-ubun
besar dan belakang kepala melalui perineum) 
defleksi (mulut & dagu lahir dibawah simfisis).
 Persalinan berlangsung lama, hanya 15 % berlangsung
spontan. Angka kematian perinatal 20 % &
menyebabkan kerusakan luas pada perineum.
PENANGANAN
 Bila panggul normal, janin normal  sulit lahir spontan
pervaginam
 Bila panggul luas, janin kecil ekspektatif,
kemungkinan :
 Presentasi oksiput
 Presentasi muka
 Dapat dicoba perasat Thorn : bila kepala belum masuk
PAP. Bila gagal  seksio sesarea
 Umumnya terdapat kaput suksedaneum & moulage
hebat
 Lakukan pemantauan kemajuan persalinan dan DJJ
dengan lebih ketat.
PRESENTASI MUKA
 Kepala janin defleksi maksimal, tubuh janin ekstensi.
 Pemeriksaan dalam : teraba dagu, mulut, hidung &
pinggir orbita  harus hati-hati
 Etiologi :
 Janin besar
 Panggul sempit
 Multiparitas & perut gantung
 Kelainan bentuk janin (anensefal, dsb)
 IUFD  tidak ada tonus otot pada janin
 Prognosis : kesulitan persalinan lebih disebabkan oleh
penyebab kelainan (panggul sempit, janin besar).
MEKANISME PERSALINAN & PENANGANAN
 Kepala turun ke PAP dengan posisi dagu melintang/miring 
descent  putaran paksi dalam  dagu berada di depan
(umumnya) atau belakang  gerakan fleksi kepala dengan
submentum sebagai hipomoklion  putaran paksi luar 
ekspulsi.
 Posisi dagu tetap di belakang  mento posterior persisten 
defleksi maksimal. Tidak dapat lahir spontan tanpa tindakan.
 Penanganan :

 Tentukan ada/tidaknya disproporsi sefalopelvik.


 Bila dagu berada di depan dapat ditunggu persalinan
spontan, bila dagu di belakang diusahakan diputar
(berisiko), bila tidak berhasil SC
 Ekstraksi forceps dilakukan bila kala II > 2 jam.
Mekanisme persalinan pada presentasi muka mentoposterior. Terjadi putar
paksi dalam sehingga dagu berputar keanterior dan lahir pervaginam
PENYEBAB LETAK SUNGSANG
 Prematuritas  Panggul sempit /CPD
 Plasenta previa  Hidramnion
 Gemeli  Hidrosefalus
 Multiparitas  Tumor jalan lahir
Beberapa macam letak sungsang, yaitu :
 Letak bokong (Frank breech)
 Letak sungsang sempurna (Complete breech)
 Letak sungsang tidak sempurna (Incomplete
breech)
Persalinan sungsang dapat berlangsung secara :
Pervaginam :
 Spontan : bayi dilahirkan dengan kekuatan ibu
sendiri (spontan penuh dan cara Bracht)
 Persalinan yang dibantu (Assisted breech
delivery, Partial breech extraction) Ekstraksi
sungsang (Total breech extraction)
 Bayi dilahirkan dengan proses memakai tenaga
penolong seluruhnya

Perabdominal (bedah Caesar)


PERSALINAN SUNGSANG PERVAGINAM
Syarat :
 Pembukaan benar-benar lengkap
 Kulit ketuban sudah pecah
 His adekuat
Kontraindikasi :
 Terdapat disproporsi janin-panggul
 Kepala janin defleksi (star gazing fetus)
 Bayi pertama pada persalinan ganda
PERSALINAN SUNGSANG SPONTAN
Seperti halnya persalinan letak kepala,
persalinan sungsang spontan dapat berlangsung
secara :
 Persalinan sungsang spontan penuh (tidak
memerlukan bantuan penolong sama sekali)
 Persalinan sungsang cara Bracht.
Prinsip persalinan sungsang cara Brahct ini
adalah membantu agar sumbu janin sesuai
dengan sumbu panggul ibu sehingga
kekuatan his dan pengejanan ibu menjadi
efektif.
PERSALINAN SUNGSANG YG DIBANTU

Seperti pada persalinan sungsang cara Bracht


- Mengeluarkan bahu dan lengan janin
• Cara Muller
• Cara Klasik
• Cara Lovset
- Melahirkan kepala yang tertinggal (after
coming head)
• Cara Mauriceau (Vet-Smelie)
Cara Muller
 Prinsip Muller → mengeluarkan lengan depan
terlebih dahulu dengan badan janin ditarik ke
arah yang berlawanan
 Setelah lengan keluar, angkat kedua kaki bayi
ke depan berlawanan dengan letak bahu
belakang sehingga lengan belakang keluar
 Tangan operator yang lain mencekam bahu
janin dari arah punggung dan digunakan
terutama untuk mengadakan traksi
 Setelah putaran paksi selesai, dilakukan
traksi sampai oksiput lahir di bawah simfisis
 Badan janin sedikit demi sedikit dielevasi ke
atas dengan suboksiput sebagai hiponoklion.
 Seringkali diperlukan tekanan di atas simfisis
langsung pada kepala janin (deSnoo) untuk
membantu pengeluaran kepala janin
tersebut.
Cara Klasik
 Prinsip Klasik → lengan janin diletakkan pada
panggul bagian belakang karena daerah ini lebih
luas dibandingkan dengan panggul bagian depan
 Angkat kedua kaki janin sesuai dengan posisi bahu
depan
 Pegang kedua kaki dengan tangan yang lain dan
ayun (ke bawah kemudian ke atas lagi) sehingga
bahu depan menjadi bahu belakang
Cara Lovset
 Cara untuk memutar bahu yang lebih
mudah, yaitu dengan cara kedua
tangan penolong mencekam dada
dengan kedua ibu jari sejajar dan
berdekatan dengan punggung janin
kemudian diputar sesuai dengan
tujuan tindakan yang kehendaki
- Melahirkan kepala yang tertinggal (after coming head)
 Cara Mauriceau (Vet-Smelie) ini kepala janin
diupayakan agar tetap dalam keadaan fleksi serta
pemutaran kepala janin tersebut sesuai dengan
putaran paksi dalam
 Tangan operator menopang badan janin. (janin spt
menunggang kuda)
 Jari tengah operator dimasukkan ke dalam mulut
atau ditempatkan di atas maksila janin
 Jari telunjuk dan jari manis mencekam fossa
kanina
 Tangan operator yang lain mencekam bahu
janin dari arah punggung dan digunakan
terutama untuk mengadakan traksi
 Setelah putaran paksi selesai, dilakukan
traksi sampai oksiput lahir di bawah simfisis
 Badan janin sedikit demi sedikit dielevasi ke
atas dengan suboksiput sebagai hiponoklion.
 Seringkali diperlukan tekanan di atas simfisis
langsung pada kepala janin (deSnoo) untuk
membantu pengeluaran kepala janin
tersebut.
 Cara pengeluaran kepala dengan forseps :
 Forseps yang dipergunakan forseps Piper yang
mempunyai tangkai melengkung
 Namun bila tidak ada, dapat digunakan
forseps Naegele atau Kjielland
Ekstraksi sungsang (total breech extracion)
 Ekstraksi bokong
 Ekstraksi kaki :
Indikasi untuk mengakhiri persalinan dengan
bagian terbawah janin adalah kaki dan
memenuhi syarat untuk persalinan sungsang
serta tidak ada kontraindikasi
-Indikasi ekstraksi sungsang :
Ibu : sama dengan forseps.
Janin : Gawat janin.
-Tali pusat menumbung.
-Obstetri : Kala II lebih dari 5 jam.
- Persalinan macet.
Ekstraksi bokong :
 Ekstraksi bokong adalah mengakhiri
persalinan dengan menarik bokong janin yang
sudah berada di dasar panggul dengan
indikasi kontra dan syarat sesuai dengan
persalinan ekstraksi sungsang pada umumnya
 Pada pertolongan sungsang selalu dilakukan
episiotomi baik primi maupun multi.
Pemeriksaan penunjang :
USG : letak plasenta, TBJ, lilitan tali pusat
BNO : kepala defleksi ( sudut fetal spine rahang >
1050 )
KK dipertahankan selama mungkin :
distensi serviks
Cegah prolaps funikuli -- bisa fatal
Pertimbangkan SC pada keadaan :
 Primi tua

 Nilai sosial janin tinggi

 Riwayat persalinan jelek, riw. Kematian perinatal

 Janin > 3500 gram

 Curiga panggul sempit, btk panggul tidak baik

 Hiperekstensi kepala
Pertimbangkan SC pada keadaan :
 Ada indikasi janin u/ akhiri persalinan : hipertensi, KPD
> 12 jam, fetal distress
 Letak kaki

 Kontraksi uterus tidak adekuat

 Prematuritas > 26 minggu dlm fase aktif/ perlu


dilahirkan
 IUGR berat

 Ingin steril
Prognosis persalinan
Anak :
• Kematian bayi mencapai 30% karena faktor-faktor :
Prematuritas
• Penyebab sungsang sendiri : panggul sempit, plasenta
previa
• Hipoksia ( lahirkan kepala > 8 menit )
• Perdarahan otak ( kompresi kepala yg terlalu cepat )
• Gangguan dalam persalinan : tangan menjungkit, after
coming head
• Akibat tindakan penolong : fraktur, kerusakan saraf
leher, plexus brachialis
Prognosis persalinan
Ibu :
 Laserasi cerviks ( pembukaan tidak sempurna )

 Infeksi ( manipulasi tangan penolong )

 Perdarahan post partum ( laserasi jalan lahir,


komplikasi penyebab letak sungsang
VERSI EKSTERNA
 Prosedur manipulasi eksternal (tangan penolong
seluruhnya berada diluar kavum uterus) pada janin
dengan presentasi bokong menjadi presentasi
kepala yang lebih menguntungkan untuk
persalinan pervaginam sebagai salah satu upaya
untuk mengurangi angka persalinan
perabdominam.
KONTRAINDIKASI
Perdarahan antepartum Insufisiensi plasenta
Hipertensi Abnormalitas janin
Cacat rahim Oligohidramnion
Kehamilan ganda Extended legs (relatif)
Primigravida tua
SYARAT
1. Bagian terendah janin masih dapat didorong ke
atas keluar pintu atas panggul (PAP).
2.Dinding perut ibu harus cukup tipis (ibu tidak
obese) dan rileks, agar penolong adpt memegang
bag. janin.
3.Janin harus dapat lahir pervaginam.
4.Selaput ketuban harus masih utuh.
5.Pada ibu yang inpartu pembukaan serviks < 4 cm.
6. Saat mengerjakan versi luar dalam kehamilan
(sebelum inpartu):
- Primigravida 34-36 minggu
- Multigravida dpt > 38 minggu.
PROSEDUR

1. Tahap mobilisasi :
mengeluarkan bagian terendah dari PAP
2.Tahap eksenterasi :
membawa bagian terendah ke fosa iliaka  radius
rotasi > pendek
3.Tahap rotasi:
memutar bagian terendah janin ke kutub yang
dikehendaki.
4.Tahap fiksasi:
memfiksasi badan janin agar tidak memutar
kembali. (pemasangan gurita)
LETAK LINTANG
 Keadaan janin melintang dalam uterus.
 Etiologi :

 Multiparitas disertai dinding uterus & perut yang lembek


 Hidramnion
 Prematuritas
 Kelainan panggul.
 Diagnosis :

 Inspeksi : uterus yang melebar ke samping. Kepala teraba


pada satu sisi. Fundus uteri teraba kosong.
 Pemeriksaan dalam : perabaan bagian terbawah janin.
 Mekanisme persalinan : tidak dapat terjadi persalinan
spontan.
 Penanganan sebaiknya dengan versi luar  lihat
kontraindikasi. Bila gagal, lakukan seksio sesarea.
PERTUMBUHAN JANIN BERLEBIH
 Bayi besar : bila berat > 4 Kg.
 Kapasitas panggul normal : bayi 4 – 5 Kg

 Faktor predisposisi : diabetes mellitus, postmaturitas,


grandemultipara.
 Diagnosis : pemeriksaan klinis yang baik & benar, bila
meragukan lakukan USG.
 Penanganan : bila ada CPD, pertimbangkan SC (risiko
terjadinya distosia bahu).
HIDROSEFALUS
 Terjadi Penimbunan Cairan Serebrospinalis Dalam
Ventrikel Otak Yang Berlebihan.
 Seringkali Disertai Spina Bifida Dan Dijumpai Pada
Letak Sungsang. Risiko Terjadinya Ruptura Uteri.
 Diagnosis :
 Palpasi :
 Perabaan Kepala Lebih Besar & Tidak Dapat
Masuk Ke Dalam Panggul.
 Pemeriksaan Dalam :
 Pelebaran Sutura Dan Tulang Kepala Yang
Lunak.
 Konfirmasi Dengan Pemeriksaan Ultrasonografi.
 Penanganan : Diusahakan Mengurangi Jumlah
Cairan Dalam Kepala Dengan Ventrikulosintesis.
KELAINAN BENTUK LAIN
 Janin kembar siam.
 Torakopagus, pigopagus, omfalopagus,
disefalus, sinsefalus, dll.
 Deteksi pada 16 – 18 minggu kehamilan.
 Janin dengan perut besar akibat asites,
tumor, dll.
 Bila berisi cairan  lakukan pungsi
perut
 Bila padat  seksio sesarea.
DIAGNOSIS
Anamnesis :
 Riwayat trauma, riwayat persalinan sebelumnya,
riwayat penyakit yang berhubungan.

Pemeriksaan fisik :
 Habitus : kifosis, skoliosis dll.
 Kemajuan persalinan yang berlangsung lama
tanpa disertai penurunan kepala dengan his
baik.

Pelvimetri klinik
 Pemeriksaan penunjang
 Pelvimetri Rx  bahaya bagi janin.
JENIS KELAINAN
Kesempitan pada pintu atas panggul
 Konjugata vera < 10 cm atau diameter transversa <
12 cm
Kesempitan pada pintu tengah panggul
 Bila distansia interspina + diameter sagitalis posterior
< 13,5 cm atau diameter interspina iskiadika < 8 cm.
Kesempitan pada pintu bawah panggul
 Jarang tanpa disertai kesempitan pada pintu
tengah panggul.
o
 Bila arkus pubis < 90 , sehingga distansia tuberum
mengecil.
KOMPLIKASI
 Maternal :
 Partus lama  dehidrasi, asidosis, infeksi intrapartum
 Terbentuk lingkaran retraksi patologik (ruptura uteri
mengancam)
 Penekanan jalan lahir oleh kepala janin  gangguan
sirkulasi  nekrosis  fistula
 Fetal :
 Peningkatan risiko kematian perinatal
 Risiko terjadi prolaps tali pusat
 Moulage hebat pada kepala dapat mengakibatkan
perdarahan intrakranial.
 Fraktur os parietal akibat penekanan oleh promontorium
DISTOSIA KELAINAN TRAKTUS GENITALIS
 Vulva :
 Edema
 Stenosis vulva : akibat perlukaan & radang 
episiotomi
 Tumor/kista/abses
 Vagina :
 Stenosis vagina/septum vagina
 Tumor vagina
 Serviks uteri :
 Disfungsional uteri karena parut pada serviks
 Karsinoma serviks uteri
 Uterus :
 Mioma uteri
 Ovarium :
 Tumor ovarium : risiko pecah atau ruptur uteri
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
2. Riwayat Kesehatan
a. RKD
Pengkajian klien, biasanya klien pernah mengalami distosia
sebelumnya, biasanya ada penyulit persalinan sebelumnya seperti
hipertensi, anemia, panggul sempit, biasanya ada riwayat DM,
biasanya ada riwayat kembar dll.
b. RKS
Biasanya dalam kehamilan sekarang ada kelainan seperti :
Kelainan letak janin (lintang, sunsang dll) apa yang menjadi
presentasi dll.
c. RKK
Apakah dalamkeluarga ada yang menderita penyakit kelainan
darah, DM, eklamsi dan pre eklamsi
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Rambut tidak rontok, kulit kepala bersih tidak
ada ketombe.
b. Mata : Biasanya konjungtiva anemis
c. Thorak : Inpeksi pernafasan : Frekuensi, kedalam, jenis
pernafasan, biasanya ada bagian paru yang tertinggal saat
pernafasan
d. Abdomen : Kaji his (kekuatan, frekuensi, lama), biasanya
his kurang semenjak awal persalinan atau menurun saat
persalinan, periksa posisi, letak, presentasi dan sikap anak
normal atau tidak, raba fundus keras atau lembek,
biasanya anak kembar/ tidak, lakukan perabaab pada
simpisis biasanya blas penuh/ tidak untuk mengetahui
adanya distensi usus dan kandung kemih.
e. Vulva dan Vagina :
Lakukan VT : biasanya ketuban sudah pecah
atau belum, edem pada vulva/ servik, biasanya
teraba promantorium, ada/ tidaknya kemajuan
persalinan, biasanya teraba jaringan plasenta
untuk mengidentifikasi adanya plasenta previa
f. Panggul :
Lakukan pemeriksaan panggul luar, biasanya
ada kelainan bentuk panggul dan kelainan
tulang belakang
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri b/d tekanan kepala
pada servik, partus lama, kontraksi tidak efektif
2. Resiko tinggi cedera janin b/d penekanan kepala
pada panggul, partus lama, CPD
3. Resiko tinggi kekurangan cairan b/d
hipermetabolisme, muntah, pembatasan masukan
cairan
4. Resiko tinggi cedera maternal b/d kerusakan jaringan
lunak karena persalinan lama
5. Resiko tinggi infeksi b/d rupture membrane, tindakan
invasive
6. Cemas b/d persalinan lama
C. Intervensi
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri b/d tekanan kepala pada servik, partus
lama, kontraksi tidak efektif
Ø Tujuan : Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi/ nyeri berkurang
Ø Kriteria : 1) Klien tidak merasakan nyeri lagi
2) Klientampak rilek
3) Kontraksi uterus efektif
4) Kemajuan persalinan baik
Intervensi :
a. Tentukan sifat, lokasi dan durasi nyeri, kaji kontraksi uterus, hemiragic
dan nyeri tekan abdomen
Rasional : Membantu dalam mendiagnosa dan memilih tindakan,
penekanan kepala pada servik yang berlangsung lama akan
menyebabkan nyeri
Rasional : Ansietas sebagai respon terhadap situasi darurat dapat
memperberat derajat ketidaknyamanan karena sindrom ketegangan
takut nyeri
b. Kaji intensitas nyeri klien dengan skala nyeri
Rasional : Setiap individu mempunyai tingkat ambang nyeri yang
berbeda, denga skala dapat diketahui intensitas nyeri klien
c. Kaji stress psikologis/ pasangan dan respon emosional terhadap kejadian
d. Berikan lingkungan yang nyaman, tenang dan aktivitas untuk
mengalihkan nyeri, Bantu klien dalam menggunakan metode relaksasi
dan jelaskan prosedur
Rasional :Teknik relaksasi dapat mengalihkan perhatian dan mengurangi
rasa nyeri
e. Kuatkan dukungan sosial/ dukungan keluarga
Rasional : Dengan kehadiran keluarga akan membuat klien nyaman, dan
dapat mengurangi tingkat kecemasan dalam melewati persalinan,
klien merasa diperhatikan dan perhatian terhadap nyeri akan
terhindari
f. Kolaborasi :
a) Berikan narkotik atau sedative sesuai instruksi dokter
Rasional : Pemberian narkotik atau sedative dapat mengurangi nyeri
hebat
b) Siapkan untuk prosedur bedah bila diindikasikan
2. Resiko tinggi cedera janin b/d penekanan kepala pada panggul,
partus lama, CPD.
Tujuan : Cedera pada janin dapat dihindari
Kriteria : + DJJ dalam batas normal
+ Kemajuan persalinan baik
Intervensi :
a. Melakukan manuver Leopold untuk menentukan posis janin dan
presentasi
· Rasional : Berbaring tranfersal atau presensasi bokong memerlukan
kelahiran sesarea. Abnormalitas lain seperti presentasi wajah,
dagu, dan posterior juga dapat memerlukan intervensi
khusus untuk mencegah persalinan yang lama
b. Dapatkan data dasar DJJ secara manual dan atau elektronik, pantau
dengan sering perhatikan variasi DJJ dan perubahan periodic pada
respon terhadap kontraksi uterus
· Rasional : DJJ harus direntang dari 120-160 dengan variasi rata-rata
percepatan dengan variasi rata-rata, percepatan dalam
respon terhadap aktivitas maternal, gerakan janin dan
kontraksi uterus.
c. Catat kemajuan persalinan
· Rasional : Persalinan lama/ disfungsional dengan perpanjangan. Fase
laten dapat menimbulkan masalah kelelahan ibu, stress berat,
infeksi berat, haemoragi karena atonia/ rupture uterus.
Menempatkan janin pada resiko lebih tinggi terhadap
hipoksia dan cedera.
d. Infeksi perineum ibu terhadap kutil vagina, lesi herpes atau rabas
klamidial
· Rasional : Penyakit hubungan kelamin didapat oleh janin selama proses
melahirkan karena itu persalinan sesaria dapat diidentifikasi
khususnya klien dengan virus herpes simplek tipe II
e. Catat DJJ bila ketuban pecah setiap 15 menit
· Rasional : Perubahan pada tekanan caitan amnion dengan rupture atau
variasi deselerasi DJJ setelah robek dapat menunjukkan
kompresi tali pusat yang menurunkan transfer oksigen kejanin
f. Posisi klien pada posisi punggung janin
· Rasional :Meningkatkan perfusi plasenta/ mencegah sindrom hipotensif
telentang
D. Implementasi
E. Evaluasi

Anda mungkin juga menyukai